Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
"Bibi senang sekali akhirnya Aven pulang juga ke rumah. Semalaman bibi nggak bisa tidur nyenyak mikirin semua hari ini, Ra," curhat Alin saat keduanya sedang berada di dapur setelah makan malam bersama.
Zara juga dapat merasakan betapa bahagianya kedua orang tua tersebut. Setelah sekian lamanya menantikan sang putra kembali. Kini kenyataan itupun telah tiba.
"Sekarang paman dan bibi sudah bisa merasa tenang. Bang Aven sudah berada di Indonesia. Jadi bibi tidak akan merasa kesepian lagi," ucap Zara sambil mencuci gelas yang barusan dia gunakan.
"Hmmm nggak begitu juga lho Ra, sebenarnya bibi pengen punya anak cewek," ujar Alin yang memang sedari dulu ingin memiliki anak lagi.
Sayangnya ada masalah dengan kandungannya sehingga dia hanya bisa melahirkan satu orang anak saja. Dan suaminya juga tidak mau mengambil resiko keselamatan Alin jika sang istri memaksakan diri untuk hamil kembali. Akhirnya mereka pun memutuskan hanya memiliki seorang anak saja.
"Bibi adopsi anak saja," celetuk Zara dan hal itu membuat Alin tampak berbinar.
"Nah iya, anaknya itu kamu aja gimana. Lagian kamu juga kenapa sih Ra, nggak mau banget tinggal serumah dengan paman dan bibi. Kalau kamu mau kan bibi bisa merasakan gimana rasanya punya anak cewek. Kamu malah milih tinggal di kontrakan. Sedih kan bibi jadinya jauh dari kamu," ujar Alin yang sudah menyukai Zara sejak anak gadis itu masih kecil. Bahkan dulu Zara dekat sekali dengannya membuat Nia seringkali iri dengan kedekatan mereka.
"Bibi....." Zara memeluk tubuh Alin dengan sayang.
"Zara nggak enak bi, apa kata orang nantinya. Sudah zara bekerja karena bantuan Paman dan bibi. Terus kalau Zara masih juga tingg serumah. Dikiranya Zara ngelunjak lagi. Biarkan Zara belajar mandiri ya bi. Tapi malah bibi pengen ngajak Zara jalan-jalan. Selama Zara nggak sibuk di kantor. Pasti Zara akan datang kok," ucap Zara lembut.
Alin tersenyum mendengar ucapan anak gadis sahabatnya tersebut. Anak ini selalu saja bisa membuat Alin merasa bahagia.
"Ma ditungguin papa dari tadi. Kenapa malah pelukan kayak Teletubbies di sini," ucapan Aven membuat Alin dan Zara melepaskan pelukan keduanya.
"Astaga kamu bikin mama kaget saja, Ven," ucap Alin menegur anaknya.
"Mama aja yang terlalu keasyikan," sahut Aven kemudian dia segera berlalu dari dapur.
"Bang Aven kok beda ya bi?" tanya Zara yang sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
Karena memang dia merasakan keganjilan sejak pertama kali bertemu dengan makhluk satu itu.
"Berbeda bagaimana Ra?" tanya Alin penasaran.
"Ya berbeda dengan yang dulu Zara kenal. Apa emang Zara aja yang nggak tahu semasa remaja Abang ya bi?" tanya Zara kembali.
Alin menghela napasnya. Dia mengerti maksud ucapan Zara.
"Sejak perpisahan itu dia memang menjadi lebih dingin orangnya. Tetapi dia masih Aven yang dulu kok. Mungkin dengan kamu dekat dengan dia bisa membuatnya kembali berubah seperti dulu," kata Alin.
"Hah? Dekat dengan Zara? Nggak ada hubungannya bi," sahut Zara pelan.
"Kalian dulu kan pernah berteman baik sewaktu kecil. Bahkan bibi masih ingat bener. Aven pernah nangis gara-gara dia terlambat kasih kado ulang tahun padamu. Dia bahkan ngambek ke bibi gegara masalah itu," cerita Alin sambil tersenyum mengingat masa lalunya sewaktu masih di Surabaya dulu.
Mereka hidup bertetangga dengan Keluarga Zara.
"Itu kan dulu bi, sekarang sepertinya bang Aven lebih dingin dan datar orangnya," jawab Zara.
"Tugasmu itu Ra, membuat dia kembali menjadi Aven yang pernah kita kenal. Siapa tahu dengan kalian sering bersama. Membuat batu es di dalam diri Aven mencair, bukan?" ujar Alin.
"Bersama bagaimana bi?" tanya Zara tidak mengerti.
"Ya, Aven akan menggantikan posisi pamanmu di kantor. Itu artinya kalian akan sering bersama bukan," jawaban Alin membuat Zara membelalakkan kedua matanya.
Astaga, jadi pangeran kutub selatan itu akan menggantikan posisi paman Tomo. Astaga buah naga!!!!!
......................
"Aku ingin tinggal di apartemen ini," ujar Widia meneguk minumannya seketika.
Sepulang kerja dia keduanya kembali bertemu. Karena Azka masih merindukan Widia. Azka sudah kecanduan akan rasa yang ditawarkan oleh Widia saat di ranjang. Widia merasa bebas untuk pergi dengan Azka karena mengetahui jika Zara sedang tidak di kantor. Dia melihat Zara pergi diantara oleh sopir pribadi pimpinan MH. Sepertinya dia mendapatkan perintah untuk menjemput putra pimpinan MH yang baru pulang dari luar negeri. Sehingga Widia pun kembali menerima tawaran Azka untuk kembali berhubungan di apartemennya.
Azka yang berada di dalam bak mandi yang sama dengannya. Seketika terkejut akan permintaan wanita yang selalu mampu menghangatkan ranjang miliknya.
"Tetapi Zara pernah ke sini. Dan dia juga tahu password apartemen ini. Sebaiknya kamu...."
"Sayang...." Widia menyentuh bibir Azka yang hendak membantah ucapannya.
Wanita itu kemudian mendekat dan menyentuh dengan lembut mulai dari pipi, turun ke leher, dada bidang Azka, perutnya yang six pack dan juga sesuatu di bawah sana yang ternyata sudah merespon sentuhan lembut yang dia berikan. Dan memang itulah tujuan Widia. Sedangkan Azka hanya memejamkan kedua matanya menikmati apa yang dilakukan Widia kepada tubuhnya.
"Sayang, bukankah enak jika aku tinggal disini. Sewaktu-waktu kamu butuh aku. Aku selalu siap untuk kamu. Setiap saat kamu butuh, sayang," ucap Widia dengan nada yang sensual.
Sentuhan dan suara yang begitu cukup membangkitkan sesuatu yang tadi sudah tertidur. Kini kembali tegak menantang dan ingin segera masuk ke dalam sarangnya.
"Kalau malam ini kamu bisa memberikan apa yang belum pernah kurasakan. Maka aku akan memenuhi permintaanmu itu," ucap Azka dengan senyum smirknya.
Tantangan yang cukup menggiurkan. Hal itu membuat Widia semakin tertarik untuk melakukan permintaan sang partner.
"Siapa takut? Ayo siapa yang bisa bertahan lebih lama. Aku atau kamu," ucap Widia sambil mengedipkan sebelah matanya.
Tak lama kemudian dia menenggelamkan kepalanya sejenak. Mengambil posisi untuk memanjakan yang berada di bawah sana yang sudah menantang dirinya sedari tadi. Azka hanya memejamkan kedua matanya sambil membelai kepala Widia. Tak lama suara-suara itu mulai terdengar dari bibir Azka. Dia mulai meracau dan menuntut lebih akan apa yang diperbuat oleh Widia.
❤️❤️❤️
TBC