Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Pagi hari Ayu berangkat ke Kampung bersama dengan David dan Hani. Tadinya Ayu ingin menyetir dan membawa mobil sendiri, tapi David memaksa untuk berangkat bersama. Kemarin malam dia sudah mengabari kedua orang tuanya dan kakaknya Dina, kalau nanti malam Ayu akan dilamar seseorang. Kini mereka bertiga sedang dalam perjalanan dengan David yang menyetir. Dengan jarak waktu 8 jam perjalanan mungkin nanti sore mereka sampai tujuan jika kondisi jalan lancar. Rencana nanti David dan Hani akan menginap di sebuah Hotel terdekat.
Singkat cerita mereka sudah hampir sampai. David dan Hani menginap di Hotel dekat Kampung Ayu, hanya dengan jarak 30 menit sudah sampai rumah Ayu. David memesan kamar untuk Hani istirahat, sementara David akan mengantar Ayu pulang.
Sampai di rumah Ayu, Rudi dan Sri terlihat sedang mengobrol di teras depan. Lalu David pun turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Ayu. Mereka berdua menghampiri Rudi dan Sri.
"Assalamu'alaikum, Pak, Bu." Ucap Ayu mengucap salam dan menyalami kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah, Nak. Alhamdulillah kamu sampai dengan selamat." Jawab Rudi.
David pun mengikuti Ayu menyalami Rudi dan Sri.
"Ini, calonmu, Nak?" Tanya Sri.
"Iya Bu, namanya David." Jawab Ayu.
"Ayo, masuk dulu, gak enak ngobrol di depan, pasti kalian juga merasa capek kan." Ucap Rudi mengajak mereka semua masuk.
Terlihat Dina sudah berada di rumah.
"Eh, udah sampai ya, cepet amat udah dapet calon pengganti, udah gatel ya?" Ucap Dina tiba-tiba bersuara dengan tak ada sopan santunnya.
"Astaghfirullah, maksud kamu apa?" Tanya Ayu.
David memperhatikan wanita yang menghina Ayu. Tapi, dia hanya diam.
"Jaga bicara kamu, Dina. Kamu itu bukannya menyambut adikmu malah menghinanya." Ucap Rudi tersulut emosi.
Sri mengelus punggung suaminya agar mengatur emosinya.
"Kan benar, belum ada satu minggu aja, dia udah dapet pengganti Doni. Hei Masnya, kerja apa sampai adikku mau menerima kamu dengan secepat ini, apa cuma modal tampang doang?" Ucap Dina seperti wanita yang tak pernah dididik oleh kedua orang tuanya.
"Kak Dina, kamu ini apa-apaan? Semua itu bukan urusanmu, kamu ini aku kabari karena aku masih menghargai kamu sebagai saudaraku." Jelas Ayu. Ayu tak terima dengan perkataan Dina.
Dina memutar bola matanya malas lalu berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Nak David, maafkan anak bapak ya, kita sangat malu dengan semua perbuatan apalagi perkataannya." Ucap Rudi.
"Udah, Pak. Tenang saja, saya tak memasukkannya ke dalam hati kok." Jawab David.
*Kalau bukan kakaknya Ayu, sudah ku pastikan kamu menyesal dengan ucapanmu.* Batin David.
Lalu mereka semua duduk di sofa.
Ayu pergi ke dapur untuk membuatkan minum. David yang ditinggal Ayu pun berbincang-bincang dengan Rudi dan Sru. Mereka sangat nyambung dan terlihat akrab, padahal baru saja kenal. Setelah Ayu selesai membuatkan minum untuk mereka bertiga, Ayu kembali bergabung dan membawa minuman yang dia buat tadi ke ruang tamu. Dirasa waktu sudah cukup untuk mengobrol dan menyampaikan maksud untuk acara nanti malam, David ijin pamit untuk ke Hotel. Lalu David pun meninggalkan rumah Ayu.
Setelah David pergi, Ayu ijin ke kamar untuk bersih-bersih. Setelah itu dia membantu ibunya memasak untuk acara lamaran nanti malam. Ayu langsung turun ke bawah, ternyata ibunya sudah berada di dapur. Sri membeli beberapa bahan masakan, dan menu untuk nanti malam, Sri maunya bermacam aneka.
Ayu dan Sri tak merasa kelelahan justru mereka senang. Saat Ayu dan Sri sibuk di dapur, Dina dan Doni di dalam kamar terlihat sedikit bertengkar. Bagaimana tidak jika Doni saja selama menjadi suami Dina berubah acuh dengannya. Dan Dina sendiri juga egois yang tak mau sedikit berubah, apalagi tahu kalau Doni laki-laki kere dan pekerjaannya hanya sebagai staf biasa. Dina begitu menyesal menikah dengan Doni. Rencananya, Dina setelah ini tidak akan ikut pulang bersama Doni dan akan menetap di rumah kedua orang tuanya.
"Kamu itu hanya laki-laki kere, aku gak sudi lagi bersamamu. Aku ini wanita, cantik butuh modal dan kamu tak mampu memberikannya untukku. Aku benar-benar menyesal karna menikah denganmu. " Ucap Dina.
"Kamu kira hanya kamu yang menyesal? Sama, aku pun menyesal menikah denganmu. Kamu itu hanya wanita murahan yang taunya modal ngangkang aja." Jawab Doni menghina istrinya.
"Apa kamu bilang? Aku murahan? Hello, kamu sendiri apa? Kalau bukan karena kamu yang godain aku, aku gak bakal kemakan omongan manismu. Kere aja belagu." Ucap Doni tak kalah nylekit.
"Aku laki-laki tak masalah, sedang kamu, aku melakukan pertama kali denganmu aja kamu udah gak segel, pasti kamu udah banyak yang menjamahi tubuh kamu itu. Oh, iya aku lupa. Kamu kan janda, aku jadi mikir kalau kamu kemarin cerai denganya karna sifat dan sikapmu yang seperti ini. Sekarang aku baru sadar, aku ini laki-laki goblok yang mau dengan wanita sepertimu. Lebih baik aku mendekati Ayu lagi dan kembali bersamanya." Ucap Doni.
"Lakukan saja jika dia mau. Ku pastikan kamu akan ditolak mentah-mentah. Aku juga udah gak betah sama kamu. Lebih baik kita cerai saja." Ucap Dina yang sudah tak tahan dengan Doni, padahal usia pernikahan mereka belum genap satu minggu.
"Oke, setelah acara nanti malam, akan ku ladeni ucapanmu itu." Ucap Doni.
Setelah mengucapkan itu Doni keluar kamar dan turun ke bawah ingin mencari udara segar di luar. Tapi, ketika dia melewati dapur, Doni melihat Ayu yang begitu berbeda. Menurut Doni, Ayu terlihat sangat cantik ketika memasak. Doni diam sejenak memperhatikan Ayu. Dia berpikir jika tak ada ibu mertuanya dia akan memeluk Ayu dari belakang. Tapi, sayang itu hanya sebuah angan-angan saja. Setelah itu dia lanjut berjalan keluar. Dan di teras depanlah tujuannya.
Terlihat Rudi datang dari luar.
"Dari mana, Pak?" Tanya Doni.
"Dari rumah Pak RT." Jawab Rudi singkat. Lalu pergi masuk meninggalkan Doni.
"Oh" Hanya itu yang keluar dari mulut Doni.
Rudi memang tak akrab dengan Doni, entah kenapa berasa tak nyambung jika ngobrol bersama menantunya itu.
Singkat cerita malam pun tiba. Di rumah Rudi sudah ada Pak RT dan dua orang saksi. Tak lama datang sebuah mobil masuk halaman rumah. Lalu Rudi pun menyambut kedatangan David bersama Hani. Hani membawa seserahan untuk Ayu di bantu David dan kedua saksi dari Ayu. Mereka langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Seserahan pun di taruh di meja yang sudah di siapkan oleh keluarga Ayu.
Dina yang sedari tadi juga sudah ikut dengan ibunya pun melotot iri dengan seserahan yang dibawa oleh David untuk Ayu. Semua yang dijadikan seserahan adalah barang mahal dan branded.
Mereka semua pun duduk. Rudi meminta Sri untuk memanggil Ayu untuk segera turun.
Sri dan Ayu pun turun, David melihat Ayu tak berkedip. Padahal Ayu hanya memoles tipis wajahnya yang ayu itu. Tapi, menurut David, Ayu begitu berbeda dan membuat David terhipnotis.
Setelah Sri dan Ayu ikut bergabung, Hani menyampaikan maksud kedatangannya.
"Selamat malam bapak ibu calon besan, Pak RT dan sekalian, saya disini ingin membicarakan maksud kedatangan kami kesini. Tidak perlu panjang lebar ya pak bu, di sini anak saya memiliki niat baik melamar anak Pak Rudi yang bernama Ayudisa untuk menjadi istri dari anak saya. Bagaimana?" Jelas Hani.
"Saya sebagai orang tua dari Ayu. Hanya mengikut saja, Bu. Jelasnya kita tanyakan kepada Ayu. Bagaimana Nak, apakah kamu menerima lamaran anak dari ibu Hani?" Ucap Rudi.
"Saya menerimanya, Pak." Jawab Ayy tanpa ragu sedikitpun.
"Alhamdulillah" Semua yang berada di situ mengucap hamdalah kecuali Doni dan Dina.
"Pak, Bu, maaf, ini hantaran dari kami, tolong diterima." Hana memberikan hantaran uang sebesar 111.000.000 rupiah.
Dina membulatkan matanya, tak terima jika adiknya nanti bahagia.
"Maaf, Bu, apa ibu tau kalau adik saya ini pernah gagal menikah dan itu belum ada seminggu ini, kok ibu mau-maunya merestui anak ibu dengan adik saya ini. Sayang bu uang segitu hanya untuk adik saya." Ucap Dina yang terlihat iri dengan Ayu.
"Kamu ini bicara apa Dina, lebih baik kamu diam. Doni, atur istrimu itu." Tegur Rudi.
"Maafkan anak saya bu, sudah lancang." Sambung Rudi.
"Saya sudah mengetahui semuanya, pak. Dan saya tak mempermasalahkan semua itu. Buat saya asal anak saya bahagia." Jawab Hani begitu santai.
"Terima kasih Bu, sekali lagi maaf." Ucap Rudi.
Sedari tadi David menahan amarahnya, tangannya mengepal dengan sangat kuat. Tapi, ketika melihat Ayu, dia seperti lemah tanpa daya.
"Oh iya Pak Rudu, saya minta pernikahan kedua anak kita dilakukan dua hari lagi, semuanya kami yang akan mengurus. Bapak dan keluarga tinggal terima bersih saja. Karena kondisi saya juga tak memungkinkan. Bagaimana?" Ucap Hani menyampaikan keinginannya.
"Jika Ayu sudah setuju, kita sebagai orang tua hanya ngikut bu." Jawab Rudi pasrah.
Acara pun dilanjutkan dengan makan malam bersama.
Setelah selesai Hani dan David ijin pamit. Pak RT dan kedua saksi juga pamit. Rudi dan Sri masuk ke dalam kamar begitupun dengan Ayu. Mereka akan melanjutkan mengobrol esok hari.
Sementara Doni dan Dina kembali bertengkar.
"Kamu ini benar-benar hanya bisa membuat malu." Ucap Doni.
"Malu kenapa, semua yang aku bicarakan fakta." Jawab Dina.
"Dina Dina, kamu memang gak pernah berpikir dulu sebelum berucap, aku benar-benar sudah jengah dan muak denganmu. Lebih baik kita beneran cerai." Ucap Doni sudah tak dapat menahan rasa jengahnya terhadap Dina.
"Oke, lakukan saja, siapa takut." Ucap Dina.
"Baiklah, Dina, mulai saat ini kamu bukan istri dan tanggungjawab ku lagi, mulai malam ini kamu ku talak tiga." Ucap Doni.
Lalu Doni keluar kamar pergi meninggalkan Dina dan turun untuk tidur dikamar tamu. Doni sudah tak bisa menahan amarahnya, dia sudah sangat jengah dengan sikap Dina. Baru kali ini dia tak dihargai sama sekali sebagai laki-laki. Doni saat ini mau menenangkan pikiran supaya tetap waras. Urusan Dina akan dia bicarakan besok dengan Rudi.
Setelah dia membaringkan tubuhnya di kamar tamu, dia menelpon Tya kekasihnya sebelum dia bersama Ayu. Yah buat apalagi kalau bukan buat menyalurkan hasratnya lewat media video call.