NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Kedatangan Eleonor

"Hp kamu ketinggalan di kamar Yang, tadi ada yang nelpon dua kali. Nomor asing. Kamu cek dulu gih, kayaknya penting," pinta Tyas. Ia lalu menoleh ke arah mertuanya dan tamu yang datang.

Ia kembali menatap Kaesang. "Kamu ada tamu? Yaudah deh kamu ngobrol dulu sama tamunya. Aku mau ke kamar dulu," lanjutnya.

Tyas tersenyum ramah ke arah mertuanya dan Eleonor. Namun, senyum Tyas tak dibalas Eleonor. Wanita itu bahkan tak tersenyum atau sekadar mengangguk. Tatapan Eleonor dingin dan tajam, jelas sekali ia sedang sangat marah.

Kaesang meraih tangan Tyas saat ia akan berbalik. "Aku ikut," katanya.

Tyas mengerutkan keningnya, heran. "Loh bukannya kamu ada tamu ya, kok mau ke atas?" tanyanya.

Kaesang menggeleng, raut wajahnya berubah dingin. "Itu tamunya Papa sama Mama, bukan Aku. Yuk, kita ke atas," katanya sedikit memaksa.

Tyas menyadari itu dan bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sudah terjadi? Tapi ia hanya menyimpan pertanyaan itu di dalam hatinya dan mengangguk.

"Pa, Ma, aku sama Tyas mau ke atas dulu. Istirahat," kata Kaesang tegas.

Papa dan Mama Kaesang hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka mengerti jika Kaesang tidak nyaman dengan keberadaan Eleonor di rumah mereka.

Kaesang dan Tyas berbalik, lalu menaiki tangga menuju ke kamar mereka.

Setelah Kaesang dan Tyas pergi dan tidak lagi terlihat. Papa dan Mama Kaesang kembali menoleh ke Eleonor. Di tempatnya terlihat Eleonor sedang menatap ke arah tangga dengan tatapan tajam.

"Mbak?" panggil Indra.

Eleanor menoleh ke Indra, tatapannya masih sama tajamnya. "Jadi itu menantu kalian?" tanyanya, nada suaranya agak ketus. Wajahnya tampak meremehkan.

Indra mengangguk. "Iya, itu Tyas, menantu kami," jawab Indra.

Eleonor menganggukkan kepalanya berulang kali. "Ah begitu? Sayang sekali ya," katanya.

Papa Indra dan Mama Zora sama-sama mengerutkan dahi. Bingung.

"Sayang kenapa?" tanya papa Indra.

Senyum miring mengembang di bibir Eleonor. Tatapan matanya yang masih sangat tajam tertuju lurus ke papa Indra. "sayang sekali karena rencana saya harus gagal karena menantu kalian," jawabnya, suaranya sedikit meninggi, tapi tetap terdengar tegas.

"Rencana apa?" Kali ini Zora yang bertanya.

Eleonor mengalihkan pandangannya pada Mama Zora. "Sebenarnya saya ke sini itu mau ngobrol-ngobrol sama kalian dan Kaesang. Saya ingin perjodohan anak kita yang waktu itu sempat gagal kembali dilanjutkan. Tapi melihat anak kalian yang sudah menikah saya jadi ragu. Saya sudah datang jauh-jauh loh, tapi harus pulang dengan tangan hampa." Eleonor menghela napas panjang, menunduk, seperti sedang berpikir.

Papa Indra dan Mama Zora saling berpandangan. Tak ada kata yang terucap, tapi tatapan mereka berbicara lebih banyak. Keduanya kemudian mengalihkan pandangan ke Eleonor. Di sana, mereka melihat jika Eleonor masih menunduk.

"Sebelumnya saya minta maaf ya Mbak Eleonor. Tapi seperti yang sudah mbak lihat anak saya sudah menikah dan dia mencintai istrinya. Jadi perjodohan yang sempat kita rencanakan waktu itu harus benar-benar gagal. Saya nggak mau merusak kebahagiaan anak saya," kata Indra, senyumnya mengembang sedikit, tapi bicaranya tetap tegas.

Eleonor langsung bungkam setelah mendengar ucapan Indra. Ia mengangkat wajahnya.

"Jika begitu saya pamit saja. Saya sudah meninggalkan pekerjaan saya untuk bisa datang ke sini," kata Eleonor, lalu berdiri. Indra dan Zora pun ikut berdiri.

"Hati-hati Mbak," pesan Indra.

Eleonor hanya mengangguk. "Saya permisi," katanya. Ia mengangguk singkat kepada Zora dan Indra, lalu ia berbalik dan berjalan keluar dari rumah itu.

Zora dan Indra tidak mengantar Eleonor sampai ke pintu. Mereka tetap berdiri diam di tempat mereka. Lalu mereka kembali duduk.

"Aku tau Mbak Eleanor itu sayang banget sama Reina dan pengen lihat dia bahagia. Tapi caranya, termasuk cara kita dulu, salah besar. Kita nggak seharusnya jodoh-jodohin mereka kayak gitu," kata Zora, raut wajahnya tampak sedih.

Indra mengangguk. Membenarkan ucapan istrinya. "Iya, nggak seharusnya kita jodoh-jodohin mereka. Sekarang setelah melihat Kaesang bahagia dan mencintai Tyas, aku merasa lega," sahut Indra, sambil tersenyum mengingat Tyas dan Kaesang.

Zora menoleh ke suaminya, senyum manis mengembang di bibirnya. Namun, matanya mulai berkaca-kaca. "Kamu benar Mas. Aku juga merasa lega dan bahagia melihat Kaesang bahagia," katanya.

Tiba-tiba, Indra seperti tersambar petir. Ia menepuk kening, langsung berdiri. Zora pun ikut berdiri, raut wajahnya penuh tanda tanya.

"Sayang, kita kan tadi lagi masak ya main ditinggal ke sini itu kompor udah dimatiin atau belum ya? Para art kan lagi sibuk sama tugas mereka masing-masing, kalau mereka nggak cek masakan kita dan kompor belum dimatiin gimana?" tanya Indra beruntun. Sungguh ia lupa.

Zora pun ikut menepuk keningnya. Ia juga lupa. "Astaga Mas! Iya aku juga lupa loh. Ya udah deh ayo kita ke dapur dulu, semoga aja udah dimatiin," balasnya ikut panik.

Mereka langsung berlari ke dapur, takut kalau-kalau kompornya masih menyala. Tadi mereka baru selesai masak, terus pergi begitu mendengar suara Kaesang dan Tyas yang sudah pulang.

*************

Di kamar mereka, Kaesang dan Tyas duduk berdampingan di tepi ranjang. Kaesang sedang memainkan ponselnya, sementara Tyas terlihat menatap ke arah ponsel Kaesang.

"Siapa Yang?" tanya Tyas setelah melihat ekspresi wajah Kaesang yang serius.

Kaesang menghela napas kasar. Ia mematikan ponselnya lalu meletakkannya kembali di atas nakas. "Nggak penting," katanya sedikit meninggi.

Tyas mengerutkan keningnya melihat ekspresi wajah Kaesang dan nada suaranya. "kok gitu? Kenapa?" tanyanya.

"Kenapa apanya Dear?" tanya Kaesang sembari menoleh.

"Muka kamu loh kok kayak gitu? Suara kamu juga kelihatan marah. Kenapa sih? Siapa emangnya yang nelpon?" tanya Tyas lagi. Ia masih sangat penasaran tentang siapa yang menelpon Kaesang karena sekembalinya mereka dari ruang tamu tadi dan Kaesang mengecek ponselnya ekspresi wajah Kaesang dan suaranya sangatlah berbeda. Seperti kelihatan marah dan Tyas menyadari itu.

Kaesang menghela nafasnya lagi. "Itu loh Reina. Dia nelpon aku Dear. Sebelumnya aku udah blokir nomornya dia, eh dia malah hubungi aku pakai nomor lain. Kan aku kesel ya. Tadi aku udah blokir nomornya lagi. Nggak tau deh dia bakal hubungi aku lagi atau enggak," jelasnya berapi-api. Lalu kembali menggelengkan kepalanya.

Tyas merasa cemburu setelah Kaesang menyebutkan nama Reina. Tapi sebisa mungkin ia menahan rasa cemburunya itu dan meraih tangan Kaesang. Ia tersenyum getir.

"Kamu ganti nomor aja deh Yang," kata Tyas tiba-tiba.

Sejenak Kaesang hanya diam, menatap ke arah lain. Lalu ia menoleh ke Tyas.

"Sebenarnya aku juga pengen ganti nomor sih, toh di HP aku juga nggak ada nomor penting selain nomor kamu. Tapi aku males ganti nomor Dear. Berulang kali loh Aku ganti nomor gara-gara banyak nomor nggak dikenal yang nelpon aku," balas Kaesang.

"Ini lagi Reina...haduh, Dear, aku capek deh. Kita keluar yuk, jalan-jalan atau ke mana gitu. Jadi males aku di rumah," lanjutnya.

Tyas mengerutkan keningnya. "Capek Kok malah keluar? Kalau capek ya istirahatlah," katanya.

Benar juga apa yang dikatakan Tyas. Tapi masalahnya yang lelah bukanlah fisiknya, melainkan...

"Aku bukan capek fisik Dear, tapi...ah udahlah, yuk keluar aja. Kita jalan-jalan atau ke mana gitu. Aku bener-bener capek di rumah terus apalagi ada wanita tadi tuh yang bertamu...hhh, bikin mood ku bertambah buruk," jelas Kaesang. Wajahnya terlihat lelah, tapi bukan lelah fisik.

Tyas mengerti apa yang dirasakan suaminya. Ia tersenyum manis dan mengangguk. "Ya udah ayo kita keluar. Tapi kalau kita keluar harus lewat depan kan? Kayaknya kamu nggak suka sama wanita tadi?" tebak Tyas.

Kaesang menganggukkan kepalanya. "Kita bisa lewat lift Dear. Di kamarku ini ada lift pribadi yang langsung mengantarkan kita ke garasi. Yuk, keburu malem nanti," ajaknya lagi.

Ia pun berdiri, disusul oleh Tyas. Kaesang mengambil jaketnya, sementara Tyas meraih tas kecil berisi ponsel dan beberapa barangnya dari nakas. Bergandengan tangan, mereka menuju lift pribadi yang ada di kamar Kaesang. Kaesang menekan tombol, pintu lift terbuka. Mereka masuk, Kaesang menekan tombol di dalam, pintu lift menutup.

Beberapa saat kemudian, lift terbuka kembali dan mereka sudah di garasi. Mereka keluar, berjalan menuju mobil Kaesang yang terparkir di ujung garasi, dekat pintu keluar.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!