(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 04¹
...Ketika malam menjelang, Tamara dengan anggun memasuki mansionnya dan langsung disambut oleh seorang pelayan yang tampak bersemangat....
"Selamat malam, Nyonya. Anda pasti terkejut mendengar ini, tapi wanita udik itu berani-beraninya meminta tukang untuk merenovasi kamarnya. Lebih dari itu, ia bahkan pulang dengan mobil sport baru dan membawa banyak sekali barang belanjaan bermerek ke mansion," ujar pelayan tersebut.
"Hah? Cepat, kita ke kamarnya!" kata Tamara dengan nada tak percaya.
...Tanpa menunggu, Tamara dan pelayan itu segera menaiki anak tangga menuju kamar Silvia. Di dalam kamar, tampak Silvia yang baru selesai mandi sedang berjalan ke wall closet barunya, memilih pakaian untuk acara makan malam di luar....
Tok.
Tok.
Tok.
"Silviana! Buka pintunya!" teriak Tamara sambil menggedor pintu kamar Silvia dengan kasar.
...Silvia mengabaikannya. Ia terus memilih gaun berwarna perak selutut, lalu mengenakannya. Kemudian, Silvia duduk di depan meja rias dan mulai merias wajahnya dengan makeup tipis, memulas bibir tebalnya dengan lipstik berwarna merah muda lembut. Tak lupa, ia menyemprotkan parfum mahal ke seluruh tubuhnya....
"Waktunya menyembur nenek sihir," gumam Silvia sambil mengedipkan sebelah mata, tersenyum manis pada pantulan dirinya di cermin.
Tok.
Tok.
Tok.
"Silviana! Apa kau tuli?!" bentak Tamara, amarah dan kekesalannya semakin memuncak karena diabaikan oleh Silvia.
Ceklek.
...Silvia dengan sengaja membuka lebar pintu kamarnya, lalu berdiri anggun di hadapan Tamara. Tindakan itu ia lakukan untuk memancing amarah Tamara melihat perubahan mewah di kamarnya....
"Ada apa ini? Sungguh berisik," ujar Silvia dengan nada datar.
...Tamara mengabaikan pertanyaan Silvia, tatapannya lurus tertuju pada interior kamar Silviana yang baru direnovasi dengan sangat mewah. Pemandangan itu semakin membakar emosinya hingga nyaris meledak....
(Visual kamar baru Silvia)
"Siapa yang memberikanmu izin untuk melakukan semua ini?" tanya Tamara dengan nada menuntut.
"Bukan urusanmu. Lagi pula, apa pun yang kulakukan adalah hakku," jawab Silvia acuh tak acuh sambil mengamati kuku barunya.
"Hak? Hak apa yang kau bicarakan, Silviana? Jangan lupakan bahwa kau di sini karena paksaan dari ayah mertuaku, dan Leon tidak menginginkan wanita desa sepertimu," sentak Tamara dengan tajam.
"Ayah mertua? Hahahaha... Apa kau sedang bercanda, Tamara? Sadarlah. Aku adalah istri sah secara hukum dan agama. Dan kau..." Silvia mengalihkan pandangannya dari kaki Tamara, perlahan naik hingga tepat di wajahnya. "Kau hanyalah gundik suamiku. Artinya, kau hanyalah peliharaan suamiku, tidak lebih," lanjut Silvia mencibir dengan sinis.
"Kau..." Tamara tercekat, tak mampu melanjutkan kata-katanya.
"Ups... Maaf, aku sudah lapar, permisi," sela Silvia seraya menutup dan mengunci pintu kamarnya.
...Silvia melangkah pergi meninggalkan Tamara dan pelayan itu, senyum lebar terukir di wajahnya saat menuruni tangga. Mata biru lautnya tanpa sengaja menangkap sosok Leon yang baru saja tiba dan disambut oleh para pelayan....
"Waktunya beraksi," gumam Silvia dengan ekspresi dingin saat menuruni anak tangga.
"Bi," panggil Silvia dengan suara lantang, sontak membuat kepala pelayan dan Leon menoleh ke arahnya.
"Iya, Nyonya Muda," sahut kepala pelayan, sedikit terkejut mendapati perubahan pada Silviana.
"Jangan siapkan makan malam untukku. Aku akan makan di luar," perintah Silvia tanpa sedikit pun memedulikan keberadaan Leon.
"Baik, Nyonya Muda."
...Silvia berlalu dengan anggun, mengibaskan rambut lurusnya yang panjang dengan santai, meninggalkan Leon yang mengerutkan kening menatap punggungnya penuh tanda tanya....
"Sayang, kamu sudah pulang," tegur Tamara menuruni anak tangga sambil tersenyum lebar.
"Sayang, kau sudah pulang," sapa Tamara seraya menuruni tangga dengan senyum lebar.
"Ah, iya, Sayang," jawab Leon yang tersadar, lalu berbalik menghadap Tamara.
...Tamara segera berlari kecil menghampiri Leon dan memeluknya erat. Leon pun membalas pelukan Tamara....
"Sayang, apakah kau yang memberikan uang kepada wanita itu?" tanya Tamara dengan nada manja sambil menyembunyikan wajah di dada bidang Leon.
"Apa maksudmu, Sayang? Aku tidak mengerti," jawab Leon sambil mengerutkan keningnya.
...Tamara segera melepaskan pelukannya, lalu memasang wajah cemberut penuh kekesalan sambil mendongak menatap Leon....
"Kalau begitu, bagaimana mungkin dia bisa membeli mobil mahal dan barang-barang mewah itu? Lalu kamarnya pun direnovasi dengan sangat mewah, Leon," rengek Tamara dengan nada merajuk.
"Apa?" Leon membelalakkan kedua matanya sempurna mendengar ucapan Tamara.
"Jangan-jangan... dia menjual diri kepada pria hidung belang, Leon," Tamara mencoba mereka-reka sambil berusaha memancing emosi Leon.
"Aku akan—"
Drrrttt Drrrttt.
...Dering ponsel Leon menginterupsi ucapannya. Dengan sigap, Leon merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel, dan menatap layarnya....
"Mama," gumam Leon sambil melirik Tamara.
"Ayo, cepat jawab," desak Tamara dengan rasa ingin tahu mengapa ibunda Leon menelepon selarut ini.
...Leon mengangguk mengerti, lalu menggeser ikon hijau dan mengaktifkan loudspeaker....
"Selamat malam, Ma," sapa Leon.
"Malam juga, Nak. Di mana wanita sialan itu?" tanya ibunda Leon dari seberang telepon dengan nada penuh amarah.
"Dia baru saja keluar Ma, pergi kemana Leon tidak tau, memangnya ada apa?" tanya Leon.
"Wanita sialan itu seharian penuh menguras habis uang Papamu, Leon!" umpat ibunda Leon dari seberang telepon dengan suara yang semakin meninggi.
"Apa? Bagaimana bisa terjadi, Ma?" tanya Leon terkejut.
"Entahlah, Mama juga bingung. Untungnya pihak bank menghubungi Mama, kalau tidak, Mama tidak akan tahu soal ini."
"Baiklah, Ma. Nanti Leon akan bicara dengannya."
"Bagus. Selamat malam, Nak."
...Panggilan telepon terputus. Leon meremas ponselnya dengan geram....
"Sungguh keterlaluan," desis Leon.
"Sudah kubilang! Jangan-jangan—"
"Tamara, hentikan!" potong Leon tegas, tahu ke mana arah pembicaraan Tamara. "Papaku bukan orang seperti itu. Bahkan seratus wanita seksi berbaris di hadapannya, dia tidak akan tertarik."
"Maafkan aku, Sayang," ucap Tamara sambil tersenyum manja dan melingkarkan kedua lengannya di leher Leon.
"Baiklah, aku memaafkanmu," jawab Leon sambil ikut tersenyum, lalu mengulurkan tangannya mengusap pipi Tamara dengan lembut.
...Kelembutan Leon membawa Tamara hanyut dalam suasana romantis. Ia berjinjit, lalu mencium bibir Leon dengan lembut. Leon tanpa ragu membalas ciuman Tamara, membuat kepala pelayan yang sejak tadi berdiri di sana perlahan mundur dan memberi isyarat kepada yang lain untuk meninggalkan ruang tengah....
...Ciuman itu semakin intens, semakin dalam, dan terasa menuntun. Leon akhirnya melepaskan tautan bibir mereka dengan napas yang berhembus kasar....
"Kenapa, Sayang?" tanya Tamara dengan tatapan bingung menelisik wajah Leon.
"Aku tidak bisa melanjutkannya. Maafkan aku, Sayang," jawab Leon sambil mengusap sudut bibir Tamara yang basah karena ciumannya.
...Meskipun Leon membenci Silviana, ia tetap menjunjung tinggi pernikahan mereka dan enggan melangkah lebih jauh dengan Tamara, cinta pertamanya....
"Kenapa kau selalu menolakku, Leon? Apa kau mulai mencintai wanita itu?" tuduh Tamara dengan nada penuh kekecewaan sambil menatap Leon.
"Bukan itu maksudku, Sayang."
"Ah, sudahlah! Lupakan saja. Malam ini aku tidur di rumahku. Permisi."
...Dengan marah, Tamara meraih tas tangan mewahnya dan berjalan menuju pintu mansion. Leon berniat menghentikannya, namun ia khawatir Tamara akan menjadikannya syarat untuk tidur bersamanya....
"Sial! Ini semua gara-gara Silviana!" geram Leon sambil mengusap wajahnya dengan frustrasi.
...🔥🔥🔥🔥...
...(Di sisi lain)...
...Tepat di sebuah restoran mewah, terlihat Silvia tengah menikmati steak beef yang dipanggang setengah matang dengan bumbu racikan khusus dari chef restoran, sambil menyesap red wine....
"Aku sangat puas melihat nenek sihir itu diliputi amarah," gumam Silvia sambil tersenyum dan melanjutkan menikmati steak beef-nya dengan lahap.
(Bersambung)
lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?