Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~02
"Cin, yey di dalam ?" teriak seorang pria berperawakan gemulai yang nampak sedang mengetuk kamar Kirana.
"Iya Bobby." Kirana yang tadinya sedang melamun kembali pada masa lalunya, langsung beranjak bangun saat sang sahabat sekaligus dewa penolongnya memanggilnya.
Bagi Kirana Bobby adalah dewa penolong baginya, 4 tahun yang lalu saat ia tak tahu arah dan tujuan setelah di usir oleh suami dan mertuanya pria itulah yang menolongnya di pinggir jalan.
Pria kemayu yang memiliki sebuah salon kecantikan di pinggiran kota itu rela memungutnya dan memberikannya pekerjaan di salonnya.
Kirana sangat berterima kasih pada pria itu karena hingga kini ia masih bisa bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan perkotaan.
Sebelumnya ia pernah kembali ke panti asuhan di mana ia dulu di besarkan, namun ia harus menghadapi kenyataan pahit jika pantinya telah bangkrut dan tutup.
Sepertinya keluarga Adiguna yang selama ini menjadi donatur utamanya telah menghentikan pendanaannya akibat kebenciannya padanya dan pada akhirnya Kirana tinggal di tempat Bobby hingga saat ini.
"Ada apa Bob ?" Tukas Kirana setelah membuka pintu kamarnya, sebuah kamar sempit yang terletak di ruangan belakang bagian salon tersebut.
"Cin, eyke mau bicara penting pada yey." ucap Bobby dengan gaya kemayunya sembari nyelonong masuk ke dalam kamar wanita itu.
Kirana nampak menaikkan sebelah alisnya tak mengerti lantas segera menutup pintu kamarnya, karena salon sedang ramai ia tak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh karyawan lain ataupun para pengunjung.
"Dengar ya Cin, apa yey serius ingin mengambil Keanu dari mantan laki yey yang kaya raya itu ?" ucap Bobby yang sebenarnya lebih suka di panggil Baby ataupun Betty.
"Tentu saja, aku mempunyai sedikit tabungan dan ku rasa aku masih mampu membiayainya dari aku bekerja di sini." terang Kirana, selama 4 tahun ini ia telah belajar menjadi seorang penata rambut profesional di salon kecil milik Bobby.
Meskipun penghasilan yang ia dapatkan tak begitu banyak tapi paling tidak ia bisa sedikit menabung, sungguh ia sangat bersyukur pada Bobby. Ia yang sebelumnya tak memiliki pendidikan tinggi akhirnya bisa mempunyai ketrampilan yang bisa membuatnya bertahan hidup hingga kini.
Tuhan memang begitu adil dan takkan menguji hambanya di luar batas kemampuannya, asalkan ia mau berusaha dan bertawakal maka jalan keluar pasti akan selalu ada.
"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusan yey, lalu apa yang akan yey lakukan sekarang ?" tanya Bobby ingin tahu rencana wanita itu, tidak mungkin kan jika dia akan menculik anaknya karena tingkat keamanan orang kaya pasti sangat ketat.
"Aku akan mendatangi rumah kami dahulu." sahut Kirana.
"Yey yakin tidak akan di usir oleh mertua yey yang seperti nenek sihir itu, eyke sih tidak yakin ?" timpal Bobby yang sontak membuat Kirana tak bisa menahan gelak tawanya.
"Aku akan mencobanya Bob, semoga saja tidak ada kesulitan." timpal Kirana meyakinkan.
Bobby nampak menghela napasnya sejenak, kemudian pria gemulai itu segera beranjak dari tepi ranjang milik Kirana.
"Baiklah, semoga berhasil cantik." ucapnya lantas melangkah pergi.
"Oh ya, eyke lebih suka jika yey memanggilku Beti." imbuhnya sebelum kembali menutup pintunya dari luar.
Kirana hanya menanggapinya dengan menggelengkan kepalanya, meskipun Bobby memiliki kelainan hormon yang membuatnya menjadi pria gemulai tetapi pria itu sungguh sangat baik padanya.
Keesokan harinya...
Pagi itu Kirana nampak menaiki bus kota menuju ke kediaman mantan suaminya, setelah sampai terminal wanita itu melanjutkan perjalanan dengan naik ojek. Meskipun rumahnya dahulu terletak di pinggir jalan besar namun tak ada angkutan kota yang lewat mengingat kawasan tersebut lumayan elit.
Setelah menempuh 30 menit perjalanan dengan segala kemacetannya, kini Kirana telah sampai di sebuah rumah mewah yang dulu pernah ia tinggali itu. Namun rumah tersebut terlihat sepi bahkan hampir tak terawat.
Rumah yang dahulu selalu bersih dengan beberapa hiasan bunga di halamannya kini nampak seperti gedung tua yang tak berpenghuni bahkan catnya pun mulai pudar dan berlumut.
"Maaf mbak, mencari siapa ya ?" tanya seorang pria muda dengan pakaian security yang kebetulan sedang lewat.
"Ini rumahnya pak Kendra Adiguna kan mas, apa beliau masih tinggal di sini ?" tanya Kirana kemudian, meskipun itu tidak mungkin mengingat keadaan rumah yang tak terawat.
"Benar mbak ini rumahnya pak Kendra, tapi sudah lama kosong." terang security tersebut.
"Apa masnya tahu di mana pak Kendra sekarang tinggal ?" tanya Kirana lagi.
"Kalau itu saya kurang tahu mbak, sejak tiga tahun lalu saya bekerja di komplek ini rumahnya sudah kosong." sahut security tersebut.
Kirana nampak menghela napasnya sejenak, kemudian ia mengangguk kecil. "Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak mas." ucapnya, kemudian wanita itu melangkah pergi.
Padahal sebelumnya Kirana sudah sangat senang karena akan bisa melihat sang putra, namun kini ia gagal lagi. Entah seperti apa wajah putranya saat ini dan sungguh ia sangat merindukannya.
Setiap malam Kirana hampir tak pernah bisa tidur nyenyak karena memikirkan darah dagingnya itu dan ia bertekad akan mengambilnya dari sang mantan suami.
"Jadi, mantan laki yey yang tajir melintir itu sudah pindah ?" tanya Bobby saat Kirana datang dengan wajah masam.
"Hm, aku tidak tahu sekarang dia tinggal di mana." sahut Kirana yang nampak duduk di atas sofa dengan tak semangat.
"Menurut eyke sih mungkin di rumah nenek sihir itu karena laki yey pasti kerepotan kalau harus ngurus anaknya sendirian." timpal Bobby memberikan pendapatnya.
"Bisa jadi, tapi aku tidak mungkin datang ke sana. Keamanan di sana lebih ketat dan tak ada yang bisa masuk jika tak memiliki kartu akses." terang Kirana mengingat rumah ibu mertuanya itu berada di perumahan elit dan untuk masuk ke dalam sana harus melalui pemeriksaan security komplek.
"Itu sih kecil Kirana, tunggu sebentar." Bobby nampak beranjak dari duduknya lalu mengambil tumpukan surat kabar di dalam salonnya.
"Eyke tidak tahu yey setuju atau tidak dengan ide ini, tapi ini satu-satunya cara agar yey bisa masuk ke dalam komplek itu." ucap Bobby sembari meletakkan tumpukan koran di hadapan Kirana, lalu membuka bagian lowongan pekerjaan.
"Ya kamu benar Bob, aku akan menjadi pembantu atau baby sitter di komplek itu dengan begitu aku akan lebih leluasa mencari keberadaan anakku di sana." Kirana nampak kembali bersemangat, kemudian wanita itu mencari satu persatu dari ratusan lowongan di koran tersebut.
"Cin, apa eyke sedang tak salah lihat? coba baca sepertinya semesta sedang mendukungmu." Bobby terlihat histeris dengan gaya kemayunya.
Kirana yang penasaran pun langsung mengambil koran di tangan pria tersebut. "Di butuhkan asisten rumah tangga di kediaman Adiguna...." ucapnya tak percaya.
"Astaga, apa ini mimpi? cubit tanganku Bobby." Kirana nampak tak percaya dengan yang ia baca tersebut, akhirnya keinginannya selamat 4 tahun untuk bertemu dengan sang buah hati sebentar lagi akan terwujud.
"Tunggu ibu Nak, sebentar lagi kita akan bertemu."
habiskannnnnnnn.....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣