NovelToon NovelToon
Stalker Cinta

Stalker Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Queensha Narendra Sakti

"STALKER CINTA"
adalah sebuah drama psikologis yang menceritakan perjalanan Naura Amelia, seorang desainer grafis berbakat yang terjebak dalam gangguan emosional akibat seorang penggemar yang mengganggu, Ryan Rizky, seorang musisi dan penulis dengan integritas tinggi. Ketika Naura mulai merasakan ketidaknyamanan, Ryan datang untuk membantunya, menunjukkan dukungan yang bijaksana. Cerita ini mengeksplorasi tema tentang kekuatan menghadapi gangguan, pentingnya batasan yang sehat, dan pemulihan personal. "STALKER CINTA" adalah tentang mencari kebebasan, menemukan kekuatan dalam diri, dan membangun kembali kehidupan yang utuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queensha Narendra Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lingkaran Pertahanan

Keberanian Naura diuji semakin dalam, seperti ada tekanan berat yang menahan setiap langkahnya. Meski Ryan selalu hadir memberi dukungan, ketakutannya semakin menyelimuti hari-harinya. Suasana rumah yang dulu terasa nyaman kini berubah menjadi tempat yang penuh waspada. Naura mulai merasa bahwa tidak ada lagi tempat yang aman. Bahkan di dalam rumah sendiri, ancaman itu tetap ada.

Hari itu, Naura memutuskan untuk bertemu dengan beberapa teman dekat, termasuk Nisa, untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang apa yang harus dilakukan. Ia tahu, meskipun merasa lelah, ia tidak bisa menghadapi semua ini sendirian.

Teman-temannya, yang awalnya cemas dan terkejut, kini mulai lebih terbuka. Mereka mendengarkan Naura dengan serius, dan satu persatu mereka mulai menawarkan dukungan moral yang penting. Nisa, meskipun masih tampak khawatir, berusaha keras untuk memberi semangat pada sahabatnya.

"Naura, aku tahu kamu bisa melewati ini," kata Nisa dengan penuh keyakinan, meskipun hatinya sendiri tidak tenang. "Kita akan buat lingkaran pertahanan yang kuat. Kalau ada yang mencoba mendekatimu, kita akan hadapi bersama-sama."

Mendengar kata-kata itu, Naura merasa ada sedikit ketenangan yang meresap. Setidaknya, ia tidak sendirian.

Ryan yang hadir dalam pertemuan itu menambahkan, "Kamu punya kami, Naura. Setiap langkah yang kamu ambil, kami akan ada di sini untuk menjaga. Kita akan terus bekerja sama dengan polisi dan pihak berwenang, supaya ini bisa segera diselesaikan."

Namun, meski banyak dukungan yang datang dari berbagai arah, Naura merasa bahwa ancaman ini telah menjadi bagian dari hidupnya. Setiap kali ia mendengar suara ketukan di pintu atau pesan yang masuk ke ponselnya, detak jantungnya langsung meningkat. Rasa waspada itu sudah melekat dalam rutinitasnya.

Setelah pertemuan itu, Naura semakin bertekad untuk melangkah lebih jauh dalam memperkuat pertahanannya. Ia mulai mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana cara melindungi diri dari potensi ancaman yang bisa datang kapan saja. Bersama Ardi, konsultan keamanan yang kini menjadi bagian penting dari tim perlindungannya, mereka menyusun langkah-langkah baru untuk mengatasi ancaman yang semakin nyata.

"Saya akan bantu pasang sistem pemantauan di sekitar area rumahmu, Naura," kata Ardi saat mereka bertemu untuk meninjau area sekitar apartemennya. "Kita akan mengaktifkan beberapa kamera pengawas tambahan, terutama di pintu belakang dan sekitar parkir. Semua ini akan terkoneksi dengan sistem alarm yang sudah terpasang di rumahmu, jadi jika ada yang mencurigakan, kamu akan langsung diberi peringatan."

Naura merasa lebih tenang dengan langkah-langkah itu, meskipun rasa takut masih terus menghantuinya. Ardi menjelaskan lebih lanjut mengenai beberapa trik dasar yang bisa ia gunakan jika ada percakapan langsung dengan orang asing atau jika ada yang mencoba memasuki rumah tanpa izin.

"Selalu pastikan pintu terkunci dengan baik," pesan Ardi. "Dan jika ada seseorang yang datang dengan alasan mencurigakan, jangan ragu untuk menghubungi kami atau pihak berwenang."

Namun, meski langkah-langkah perlindungan itu sudah diambil, rasa cemas tetap ada. Naura merasa bahwa meski ia memiliki semua pengamanan ini, ancaman yang ia hadapi bukan sekadar tentang perlindungan fisik, tetapi juga ancaman mental yang perlahan meruntuhkan ketenangannya.

Naura berusaha untuk tetap bertahan dan terus berfokus pada pekerjaannya. Di tengah semua kekacauan ini, desain-desain kreatif yang ia buat menjadi pelarian dari kekhawatiran yang membelenggu pikirannya. Setiap kali ia menciptakan karya baru, ia merasa sedikit lebih kuat, seakan ada yang menahan dirinya dari jatuh terlalu dalam ke dalam ketakutan itu.

Namun, meski berusaha keras untuk terus berkarya, Naura merasakan sebuah perubahan dalam dirinya. Ia merasa semakin terbebani oleh ancaman yang datang dari berbagai arah. Bahkan ketika Ryan datang berkunjung untuk memberi semangat, Naura merasa ada yang mengganjal.

"Naura, kamu harus memberi dirimu waktu untuk istirahat," kata Ryan, memperhatikan betapa lelahnya Naura. "Kamu tidak bisa terus bertahan seperti ini tanpa memberi diri sedikit ruang untuk menghirup udara segar."

Naura tersenyum lemah, merasa lega dengan perhatian Ryan. "Aku tahu, Ryan, tapi setiap kali aku mencoba beristirahat, rasa takut itu datang lagi. Aku tidak tahu bagaimana cara menyingkirkannya."

Ryan duduk di sampingnya dan mengangkat tangannya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Kamu lebih kuat dari yang kamu kira, Naura. Jangan biarkan ketakutan itu menguasai. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama. Aku akan selalu ada di sini untukmu."

Naura mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Meskipun rasa takut itu belum sepenuhnya hilang, dukungan Ryan memberinya kekuatan untuk terus berjuang.

Namun, di balik semua itu, ancaman semakin mendekat. Meskipun lingkaran pertahanan yang Naura bangun sudah semakin kuat, ada sesuatu yang Naura tak tahu—bahwa seseorang yang dekat dengan dirinya memiliki niat jahat yang lebih dalam daripada yang ia bayangkan.

Dengan tekad yang semakin kuat, Naura melangkah maju. Ia tahu, dengan setiap langkah yang ia ambil, ia semakin mendekat pada penyelesaian masalah ini—mungkin lebih dari yang ia duga sebelumnya.

Tapi, apakah ia bisa mengatasi semua ini tanpa membiarkan dirinya hancur?

Kehidupan Naura semakin dipenuhi dengan ketegangan, meskipun ia berusaha untuk tetap tampil tenang di luar. Hari-hari yang sebelumnya terasa penuh harapan kini mulai dipenuhi dengan kecemasan yang tak terucapkan. Meskipun ia memiliki dukungan dari teman-temannya dan Ryan, ia merasa ada bagian dari dirinya yang mulai retak. Setiap kali ia melihat ponselnya bergetar atau mendengar suara pintu diketuk, hatinya langsung berdebar kencang. Ketakutan itu terus menyertai setiap langkahnya.

Pada suatu sore yang cerah, Naura memutuskan untuk keluar rumah, mencoba memberi ruang bagi dirinya untuk bernafas. Ia merasa butuh sedikit jeda, walaupun ketakutannya masih mengintai di setiap sudut kehidupannya. Saat itu, ia pergi ke kafe tempat ia biasa bekerja, dengan harapan bisa fokus pada desain-desainnya dan sedikit mengalihkan pikirannya dari situasi yang menekan.

Namun, bahkan di tempat yang seharusnya menjadi pelarian, Naura merasa tidak sepenuhnya aman. Ia terus memperhatikan sekelilingnya, memastikan tidak ada orang asing yang mengamatinya. Setiap orang yang lewat membuatnya merasa cemas, apakah mereka mengenalinya, apakah mereka tahu lebih banyak darinya.

Saat ia sedang tenggelam dalam pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat dari Ryan muncul di layar.

*"Naura, ada yang aneh. Aku baru saja mendapat informasi dari Ardi, ada seseorang yang mencurigakan berada di sekitar apartemenmu. Aku akan segera datang."*

Naura menelan ludah, hatinya bergetar. Meskipun ia tahu bahwa Ryan dan Ardi akan menjaga keamanannya, perasaan cemas itu tetap tidak bisa ia hindari. Ia segera menutup laptopnya dan bergegas pergi, dengan harapan bisa segera sampai di rumah dan merasa aman.

Namun, sesampainya di rumah, ketegangan yang ia rasakan semakin membuncah. Pintu depan tertutup rapat, dan lampu rumah menyala dengan terang. Naura berjalan perlahan, mencoba menenangkan dirinya. Saat melangkah lebih dekat ke pintu, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Suara pintu yang seharusnya aman terkunci itu kini terasa lebih sunyi dari biasanya.

Tiba-tiba, Naura mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia berbalik dengan cepat, dan hampir saja terjatuh karena ketakutan. Namun, saat ia melihat siapa yang ada di belakangnya, ia merasa lega. Ryan berdiri di sana, dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Ada apa, Naura? Kenapa terlihat cemas?" Ryan bertanya, sambil menatapnya dengan perhatian.

"Ada sesuatu yang aneh, Ryan," jawab Naura dengan suara gemetar. "Aku merasa seperti mereka sudah mengetahui segala sesuatu yang aku lakukan."

Ryan menggenggam tangan Naura dengan lembut, memberikan ketenangan yang ia butuhkan. "Kita sudah meningkatkan pengamanan di sekitar sini, dan aku sudah bekerja sama dengan Ardi untuk memastikan tidak ada yang bisa mendekat tanpa terdeteksi. Jangan khawatir, kita akan menghadapinya."

Naura mencoba untuk percaya pada kata-kata Ryan, tetapi ketakutan yang menguasai pikirannya sulit untuk dihilangkan begitu saja. Meskipun begitu, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam ketakutan ini. Ia harus lebih berhati-hati, lebih cerdas, dan lebih siap menghadapi setiap ancaman yang datang.

Beberapa hari kemudian, Ardi menghubungi Naura untuk memberi kabar terbaru. "Kami sudah berhasil melacak beberapa jejak yang bisa mengarah pada pelaku. Namun, kami perlu memastikan semuanya sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Kamu harus tetap waspada."

Naura mengangguk, meskipun rasa cemasnya semakin mengganggu. "Terima kasih, Ardi. Aku akan berhati-hati," jawabnya.

Ryan, yang selalu berada di sisinya, memberikan semangat. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, Naura. Sekarang saatnya kita memberi perhatian pada diri kita sendiri. Aku tahu kamu merasa lelah, tetapi kamu harus tetap kuat."

Malam itu, Naura merasa lebih tenang dibandingkan malam-malam sebelumnya. Walaupun ancaman itu masih ada, ia mulai belajar untuk menerima kenyataan bahwa ketakutan adalah bagian dari pertempuran yang harus ia hadapi. Dengan bantuan Ryan, teman-temannya, dan tim keamanan, ia merasa sedikit lebih siap menghadapi segala kemungkinan.

Namun, Naura juga tahu bahwa ancaman ini belum berakhir. Bahkan dengan segala pengamanan yang telah dipasang, rasa tidak aman tetap menghantuinya. Dia merasa semakin sadar bahwa mungkin ada seseorang yang lebih dekat dengan dirinya daripada yang ia kira, seseorang yang mungkin telah lama mengamati setiap gerakan hidupnya.

Saat Naura menatap langit malam dari jendela apartemennya, dia menyadari satu hal yang penting. Meskipun ketakutan itu akan selalu ada, ia harus belajar menghadapinya. Hanya dengan keberanian dan ketekunanlah ia bisa mengalahkan rasa takut yang terus mengejarnya.

"Ini baru permulaan," pikir Naura, dengan tekad yang semakin kuat. "Aku tidak akan menyerah."

1
Aulia Nur
aku tunggu kedatangan nya yaa...
🤗
Queen: terimakasih kk Aulia Nur sudah dukung aku kk
total 1 replies
grr_bb23
Halaman profil author terlihat sepi, tolong sedikit perhatian untuk pembaca yang setia!
Queen: terimakasih juga bang grr_bb23
total 1 replies
Melanie
Intensitas emosi tinggi.
Queen: iya kk cerita penuh emosi banget kk
total 1 replies
DARU YOGA PRADANA
Penuh emosi deh!
Queen: sangat banget emosi ya😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!