Setelah mengalami percobaan mesin waktu yang gagal, Han Ziqing tiba di dunia kuno sebagai permaisuri yang siap dikubur di peti mati. Di hari dia membuka mata kembali, dia bertengkar dan bertarung dengan Wei Shiqi, sang Kaisar yang selama ini membencinya.
Di dalam harem yang kejam dan dingin, selain menghadapi sikap dingin Wei Shiqi, Han Ziqing juga harus menghadapi dan mengurus selir-selir yang memusingkan.
Wei Shiqi yang menyadari kepribadian Han Ziqing yang berubah total mulai mengubah pemahamannya. Dia secara tidak sadar melakukan segala hal untuk melindunginya dan membuatnya tetap berada di sisinya.
***
"Yang Mulia, Permaisuri meracuni Selir Yun karena kesal!"
Wei Shiqi menjawab, "Panggil tabib dan obati Selir Yun!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi menemui Sarjana Song!"
Wei Shiqi menjawab, "Batalkan gelar sarjananya, kirim ke perbatasan!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi berkencan dengan Tuan Fu!"
Wei Shiqi mengerutkan kening, "Kirim Fu Dou kembali ke negaranya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Melepaskan Satu Orang
“Jadi, pembunuh yang sebenarnya ingin membunuh Permaisuri adalah Menteri Pertahanan Zhong Xiwei?” Selir Shang bertanya pada Selir Tian mengenai kebenaran masalah yang telah terungkap malam tadi.
Saat ini, Selir Shang, Selir Tian, dan Selir Qiao sedang berkumpul di taman kekaisaran sambil minum teh. Permaisuri Han meliburkan salam pagi sehingga mereka tidak ada kerjaan selain berkumpul dan bergosip tentang berita panas yang tersiar saat ini.
“Kaisar semalam sudah menurunkan titah menangkap Tuan Zhong. Mungkin saat ini dia sudah sedang menunggu hukuman,” Selir Qiao menjawab pertanyaan Selir Shang dengan pembenaran terkait berita tersebut.
Selir Qiao yang sedang mengaduk teh kemudian berkata, “Aku dapat mengerti tentang dendam Tuan Zhong dan Adipati Yongyi. Tapi aku tidak percaya dia akan sangat berani mengambil risiko membunuh Permaisuri. Aku lebih tidak percaya kalau Selir Mu juga ikut terlibat.”
“Tuan Zhong juga ingin membuka jalan untuk Selir Cao. Setelah pamannya ditangkap, Selir Cao juga mengurung diri di kediamannya. Mungkin, dia malu menunjukkan wajahnya di depan orang-orang.”
“Dengar-dengar setelah kebenarannya terungkap, Selir Mu berlutut di depan Istana Ningxi dengan gaun putihnya. Permaisuri tidak ingin bertemu, kalau dihitung, sekarang sudah lebih dari empat belas jam sejak Selir Mu menekuk kedua kakinya di sana.”
“Permaisuri tidak ingin menemuinya? Tampaknya, sifat kejam Permaisuri memang belum hilang sepenuhnya.”
“Mau melihat keramaian?” tanya Selir Qiao.
Selir Shang dan Selir Tian saling berpandangan selama beberapa saat. Mereka sangat ingin melihat pertunjukan menarik, tapi mereka telah belajar dari pengalaman beberapa selir yang sebelumnya dihukum Kaisar karena ikut-ikutan melihat drama Selir Agung Yun yang ingin memfitnah Permaisuri.
Mereka tidak mau bernasib sama dengan para selir itu, tapi rasa penasaran sungguh sulit ditahan. Setelah sekian detik berpikir, akhirnya ketiga selir itu meninggalkan paviliun dan berjalan menuju Istana Ningxi. Ada dua selir lain yang mengikuti mereka di belakang punggung.
Di taman Istana Ningxi, Selir Mu masih berlutut. Terik matahari tidak menggoyahkan tekadnya untuk memohon ampunan atas kesalahannya pada Permaisuri.
Mereka yang baru datang sangat terkejut melihat penampilan Selir Mu saat ini. Bibirnya pucat dan kering, keringat mengucur di dahinya. Jubah putihnya mulai kotor terkena debu.
“Sudah berapa lama Selir Mu tidak minum air?” tanya Selir Shang pada yang lain. “Jika Permaisuri tidak menemuinya, Selir Mu benar-benar akan pingsan terbakar matahari.”
“Selir Mu benar-benar kasihan, tapi aku sangat tidak setuju dengan perbuatannya. Sekejam apapun Permaisuri, dia tidak pernah membuat nyawa kita dalam bahaya. Mengapa dia begitu berani?” Selir Shang berkata dengan heran.
Mereka melihat Selir Mu dari gerbang istana, seperti sekumpulan penggosip wanita yang sedang melihat adegan drama. Ketika Meixiang melihat selir-selir itu mengintip, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melapor pada majikannya. Dia pergi setengah berlari ke dalam aula.
“Yang Mulia, para selir mengintip dengan penasaran di gerbang istana. Mereka sungguh tidak sopan,” ucap Meixiang.
Han Ziqing tengah duduk di sofa. Ia memakan sebiji anggur segar, lalu berkata, “Biarkan saja.”
“Yang Mulia, mereka akan kembali mengatakan kau kejam karena hal ini.”
“Sebelumnya mereka bilang aku kejam. Lalu apa gunanya aku bersikap sok peduli?”
Bukan urusannya jika Selir Mu ingin berlutut. Ia heran mengapa wanita di zaman ini begitu suka berlutut setiap kali melakukan kesalahan. Dibandingkan dengan berlutut dan memohon ampun sambil menarik perhatian orang, Han Ziqing lebih suka berhadapan dan beradu kekuatan secara langsung.
Misalnya, dia lebih suka berkelahi secara langsung. Meskipun kemampuan bela dirinya tidak sebaik Wei Shiqi, tapi menghadapi sekumpulan wanita sudah cukup. Mereka begitu lemah, hanya bisa mengandalkan cara licik untuk memaksanya bertindak.
“Sudah berapa lama Selir Mu berlutut?” tanya Han Ziqing.
“Lima belas jam, Yang Mulia. Selir Mu mungkin akan pingsan jika Yang Mulia tidak mau menemuinya.”
“Karena dia ingin berlutut, maka biarkan dia berlutut sampai dia puas.”
“Yang Mulia….” Meixiang kesulitan membujuk Han Ziqing.
Han Ziqing malah asyik memakan buah-buahan segar yang dibawa Meixiang dari dapur kekaisaran. Cuaca sedang panas, jadi sangat tepat makan buah-buahan di saat seperti ini. Sepuluh menit berlalu dengan cepat. Setelah sebiji anggur terakhir sudah habis dimakan, Han Ziqing akhirnya bangkit dari duduknya.
Pintu Istana Ningxi kemudian terbuka. Sosok Han Ziqing keluar dari aula mengenakan gaun merah muda. Gaunnya agak tipis, tetapi tidak transparan dan terlihat sangat indah. Penampilan elegannya menarik perhatian para selir di pintu gerbang. Sebagian dari mereka menghela napas lega karena Han Ziqing akhirnya mau menemui Selir Mu.
Ada kesan lega tergambar di wajah pucat Selir Mu. Dengan senyum yang tulus dan mata berbinar, dia kemudian melakukan penghormatan sembari berkata, “Terima kasih Yang Mulia sudah bersedia menemuiku yang berdosa ini.”
“Beginikah caramu berterima kasih padaku? Apakah menyenangkan memaksaku hingga seperti ini? Kau pikir nyawamu ada berapa, hah?”
Selir Mu menunduk begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Han Ziqing. Yah, dia baru saja selamat dari kematian beberapa hari yang lalu dan tubuhnya belum pulih betul.
Dia tahu dia lemah, tapi dia tidak bisa berpangku tangan begitu mendengar kabar bahwa Kaisar dan Permaisuri mengetahui perbuatannya. Dia melewatkan jam tidurnya, merangkak dari kediamannya menuju Istana Ningxi dan berlutut di tempat ini selama lima belas jam.
“Saya tidak pantas dimaafkan. Bahkan jika Yang Mulia menginginkan nyawa saya yang tidak berharga ini, saya tidak keberatan memberikannya,” ucap Selir Mu.
Para selir yang mengintip menunggu dengan jantung berdegup kencang. Apakah kali ini Permaisuri akan mengambil nyawa Selir Mu untuk melunasi utangnya? Apakah dia sungguh akan bertindak kejam kepada wanita yang bahkan tidak dapat berdiri tegak melawannya itu?
Han Ziqing hanya menatap Selir Mu beberapa saat, kemudian menghela napas dengan enggan. “Jika aku menginginkan nyawamu, aku sudah membiarkanmu mati tenggelam saat itu.”
Selir Mu masih menunduk. Dia benar-benar merasa bersalah dan depresi. Seandainya Zhong Xiwei tidak mengancamnya dengan nyawa seluruh keluarganya, seandainya dia menguatkan dirinya sendiri, dia mungkin akan terhindar dari nasib buruk ini.
Setidaknya dia masih dapat hidup tanpa kelaparan selama beberapa tahun meski tidak lagi dipandang orang. Sekarang bagus. Kesalahannya begitu fatal, bahkan nyawanya tidak akan bisa menebus kesalahan itu.
“Apakah kalian juga datang untuk memaksaku?”
Mendengar suara Han Ziqing, lima selir yang mengintip di gerbang tahu bahwa pertanyaan itu ditujukan untuk mereka. Dengan langkah ragu dan takut, mereka lalu memasuki pekarangan Istana Ningxi. Mereka tidak berani mengangkat kepala mereka, apalagi menatap wajah Han Ziqing yang terlihat agak marah.
“Ya Tuhan, kalian sungguh merepotkan!”
Han Ziqing mengeluarkan sebuah gulungan dari lengan bajunya. Dia membentangkannya di hadapan Selir Mu dan lima selir lainnya, membiarkan mereka melihat dengan jelas setiap kata yang tertulis di dalamnya. Sesaat kemudian, mereka membelalak karena terkejut.
“Me-menebus kesalahan dengan berdoa?” Selir Tian bergumam tanpa sadar.
Isi gulungan itu adalah dekret pengampunan untuk Selir Mu. Semalam setelah mengeluarkan perintah penangkapan Zhong Xiwei, Wei Shiqi bertanya hukuman apa yang diinginkan oleh Han Ziqing untuk diberikan kepada Selir Mu. Karena Han Ziqing adalah korbannya, maka Wei Shiqi menghormati setiap keputusannya selama tidak melanggar aturan kekaisaran.
Hal ajaibnya adalah Han Ziqing sama sekali tidak menginginkan hukuman apapun. Kematian pemilik tubuh sebelumnya bukan kesalahannya, dan dia tidak bertanggungjawab penuh dalam segala halnya. Han Ziqing kemudian meminta Wei Shiqi agar menjatuhkan hukuman yang tidak mengancam nyawa.
Wei Shiqi bertanya lagi, apa yang dia inginkan. Setelah berpikir lumayan lama, Han Ziqing akhirnya memutuskan agar Selir Mu pergi berdoa selama hidupnya untuk menebus kesalahannya.
Bagaimanapun Selir Mu itu orang yang malang. Keluarganya sudah hancur, kalau dia mati maka semuanya benar-benar berakhir untuknya.
“Apakah kalian sudah puas?” tanya Han Ziqing pada selir-selir suaminya. Mereka menunduk, tidak berani bicara barang sepatah kata.
Han Ziqing memberikan gulungan itu pada Selir Mu setelah menyuruhnya bangun. Selir Mu dan lima selir lainnya tidak begitu memahami emosi Han Ziqing. Ekspresi sang Permaisuri terlihat biasa, bahkan terkesan acuh tak acuh. Ia jadi lebih sulit diterka seperti apa perasaannya yang sesungguhnya.
“Tebus kesalahanmu sendiri. Setelah ini, kau tidak lagi ada hubungannya dengan istana,” ujar Han Ziqing. Dia berbalik menatap para selir.
“Jika kalian sudah puas menonton pertunjukan, kembalilah dan jangan ganggu aku!”
wkwkwkwkwk