Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Mobil yang di tumpangi, pengantin baru tersebut kini berada di depan gerbang yang menjulang tinggi. Rumah yang paling megah dari semua rumah yang Shanum lewati.
Bangunan ini memiliki desain Amerika style dengan cat putih yang terlihat elegan. Shanum terperangah melihat rumah mewah yang ada di hadapannya. Karena selama ini ia melihat rumah mewah hanya ada di TV saja.
"Apakah, ini rumah bu Aisyah? Ternyata mewah sekali!!! " Shanum bertanya dalam hati.
Para wanita, dengan pakaian sama sudah berjejer dengan rapi di depan pintu menyambut kedatangan ke dua ingsan tersebut seraya menundukkan badan.
Azam terlebih dahulu menurunkan kursi roda milik Bisma. Dan membawanya menuju Bisma. Setelah membantu Bisma turun dari mobil dan mendudukkannya di kursi roda. Azam berjalan menuju ke bagasi mobil untuk mengambil koper milik Shanum dan Bisma.
"Ayo, Mas shanum bantu dorong." ucap Shanum sambil mendekat ke arah Bisma.
"Jangan mendekat, saya tidak perlu bantuan dari kamu!!!! " sergah Bisma membuat para ART saling pandang.
Azam yang telah selesai menurunkan barang-barang dari bagasi, melihat itu Shanum lalu segera menghampiri. Untuk membantu. Karena Bisma mengatakan tidak butuh bantuannya.
"Tidak usah Non, biar saya dan para ART saja yang membawanya masuk." cegah Azam.
"Tidak apa, Zam. Jika Shanum ingin membantu. Sekalian saja suruh dia bawa semuanya." timpal Bisma. Kemudian ia mendorong kursi rodanya melewati semua orang yang tengah berbaris rapi. Ia tetap terlihat gagah dan berwibawa. Meskipun menggunakan kursi roda. Beberapa ART yang menawarkan diri untuk membantu, namun lagi-lagi Bisma menolaknya dengan kasar.
"Non, Shanum. Biarkan saya saja dengan ART yang membawakannya. Tuan dan Nyonya akan marah kalau kami membiarkan menantu di rumah ini kelelahan." Azam mencoba memberi pengertian pada Shanum.
Mendengar itu Shanum pun mengangguk. "Baiklah kalau bagitu, maafkan saya." ucap Shanum.
Azam pun memanggil ART untuk membantunya.
Shanum kemudian berjalan terlebih dahulu, ia menyapa semua orang dengan ramah.
"Wah, itu beneran istri mudanya tuan Bisma, beda jauh ya sama nona Steveni. Lebih sopan dan ramah, serta penampilannya pun lebih tertutup." ucap salah satu ART dengan berbisik.
"Iya, benar. Sangat beruntung tuan Bisma bisa memiliki istri seperti itu."
"Bener banget, gak kayak menantu pertama keluarga ini, sangat tidak punya etika.
"Iya, nona Stefani dulu bahkan pernah mendorong dan memakiku, ketika tidak sengaja kopernya yang aku bawa menabrak meja. Padahal tidak lecet sama sekali.
"Benar-benar, keterlaluan. Sikapnya yang sombong dan sok berkuasa."
"Hei, kenapa kalian masih berdiri disana dan mengobrol? Ayo cepat masuk!!! pastikan nona baru kita tidak kekurangan suatu apapun selama ia berada di sini." teriak salah satu ART yang sudah berada di ambang pintu dengan menarik koper dan di bantu dengan yang lainnya.
"Iya," jawab mereka serempak.
"Shanum, menantuku yang cantik. . Akhirnya kamu sampai juga di rumah Umi." sambut Bu Aisyah dengan ramah.
Shanum yang tersenyum mengangguk langsung segera menghampiri ibu mertuanya, kemudian menyalami tanga Aisyah dengan takzim.
"Umi, apa kabar?" tanya Shanum
"Ya, alhamdulillah sehat, orang tua ya beginilah keadaannya. Kadang-kadang ya suka drop." ucap Aisyah tersenyum.
"Bisma, suamimu mana? Umi, kok tidak melihatnya?" Tanya Aisyah.
Benar sekali apa yang di katakan Umi. Dimana Bisma. Shanum celingak celinguk mencari keberadaan Bisma tapi tidak juga tampak. "Shanum juga tidak tau, tapi tadi sudah sudah masuk duluan kok Umi. Mungkin langsung masuk ke kamarnya." jawab Shanum seraya menunduk.
"Dasar, memang benar-benar keterlaluan anak itu!!! Istrinya di tinggal begitu saja di hari pertama datang kerumah ini." ucap Aisyah yang merasa kesal melihat tingkah laku Bisma.
"Umi, sebenarnya ini bukan kesalahan Mas Bisma, tapi Shanum yang kelamaan di luar tadi."
"Tetap saja, ini salahnya. Harusnya sebagai suami ia tetap menunggu istrinya. Ayo Shanum, Umi antarkan ke kamar kalian." Ujar Aisyah kemudian menggandeng Shanum menuju ke kamarnya dengan menggunakan lift.
Sesampainya di lantai dua. Didepan pintu yang menjulang tinggi dengan banyak ukiran, Aisyah berhenti. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia langsung menggedor pintu tersebut.
Dor...
Dor...
Dor...
Ceklek... Kriet...
"Apa lagi, sudah ku katakan antarkan barang Shanum ke kamar lain saja!!! kenapa kalian masih berani mengganggu ku. Bahkan sampai menggedor pintu."
Terdengar pria suara pria yang tengah membuka pintu dengan sangat kesal.
Saat pintu dibuka dengan sempurna, wajahnya berubah menjadi sangat datar.
"Ternyata Umi, pantes saja berani gedor pintu," ucapnya lalu mengulurkan tangannya untuk salaman.
"Umi, kita bicaranya nanti saja, sekarang aku lelah sekali dan ingin istirahat."
"Tidak, ada yang ingin bicara dengan mu. Umi, hanya ingin menyampaikan bahwa mulai sekarang kamar kamu pindah di sebelah, semua pakaian kamu sudah Umi pindahin. Supaya, Shanum bisa dengan mudah mengurus kamu."
" Tapi, Mi. Ini kan kamar aku dengan Stefani. Umi kok gitu sih. Main pindah-pindah aja tanpa persetujuan aku." ucap Bisma dengan kesal.
"Mulai sekarang, Shanum yang akan mengurus semua kebutuhan kamu. Lagian Stefani juga tidak pernah pulang, untuk apa kamu mengharapkannya lagi. Seharusnya sejak dulu kamu menceraikannya. Tapi karena kebodohanmu, kamu selalu memilih untuk bertahan."
"Sudahlah, Mi. Aku malas berdebat untuk masalah itu." Bisma menggerutu.
"Ya sudah, pindah ke kamar sebelah. Kasihan Shanum, dia juga mau istirahat." paksa Aisyah.
Dengan terpaksa Bisma pun menurut ke inginan Ibunya. Ia masuk ke kamar sebelah bersama Shanum.
"Bisma, " teriak Aisyah.
"Iya, ada apa lagi Umi," ucap Bisma dengan wajah cemberut.
"Pintunya jangan di kunci dulu, biarkan para ART memasukkan barang-barang milik Shanum dulu. Apa lagi ini masih siang kan!!!" Goda Aisyah, seraya mengedipkan matanya, disertai kekeh jahilnya.
"Aish, Umi ni. Apa-apaan sih, udah tua masih saja suka menggoda anak muda. Gerutu Bisma lalu menutup pintu.
Shanum, merasa kagum melihat kamar yang ia tempati bernuansa putih tersebut. Dengan perabotan yang mewah. Saat ini Shanum masih tetap berdiri, karena ia bingung harus melakukan apa.
"Kenapa kamu hanya berdiri disana! Apa hanya ingin jadi pajangan dikamar ini. Mengganggu pemandangan saja!!!" Ucap Bisma ketus.
Shanum pun melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi. Namun saat akan memutar knpop pintu Shanum berhenti. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Kalau aku mandi sekarang, aku kan tidak punya baju ganti. Aku harus mengambilnya sekarang." gumam Shanum.
Shanum berbalik menatap Bisma, yang sedang berbaring di atas ranjang king sizenya. Shanum bingung. "Apa aku menunggu sampai Mas Bisma bangun dulu atau gimana! Tapi aku belum sholat Zuhur." gumamnya lagi.
Dengan ragu-ragu Shanum mendekati Bisma, baru saat akan membuka mulutnya, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dan Shanum pun segera membukanya. Ternyata sda seorang ART yang mengantarkan koper Shanum. Akhirnya Shanum merasa lega, ia bisa segera menunaikan kewajibannya.
"Non, ini kopernya!!!" ucap ART tersebut.
"Terimakasih ya mbak, sudah mengantarkan koper saya kemari. maaf jika itu merepotkan mbaknya!!! ujar Shanum sedikit sungkan.
" Sama-sama Non, Non Shanum terlalu baik. sampai mengucapkan terimakasih. Padahal ini sudah menjadi tugas saya. ucap Art tersebut.
"