Ziva adalah seorang penulis novel romantis yang di gemari banyak orang, suatu karya nya di notis oleh seorang sutradara.
namun mereka meminta Ziva untuk menambah sosok baru untuk membuat cerita lebih menarik lagi.
dan malam itu Ziva menciptakan tokoh figuran dengan kehidupan menyedihkan,di hamili oleh antagonis pria yang tergila-gila pada protagonis perempuan.
namun karena sesuatu yang terduga keesokan harinya, Ziva malah bertrasmigrasi ke tubuh figuran itu, dan sial nya dia berpindah setelah figuran melakukan malam panas nya.
bagaimana kelanjutan kisah nya, staytune yaaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia setiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9 kiss ini the bathroom
Silas mengepalkan tangan nya saat mendengar ucapan Clara tentang Agnetta yang cuti akan menikah.
Entah kenapa, ada perasaan tidak rela saat mendengar hal itu, apa mungkin karena dia pernah melakukan hubungan badan dengan dia.
Dan mengambil mahkota gadis itu, hingga ia merasa tidak rela jika ada seorang pria yang menyentuh nya selain dia.
"Nikah?. " kaget sahabat Silas, Dimas namanya.
"Bukanya dia jomlo ya. " ucap seorang laki-laki di sebelah dimas, Arka.
"Lah, dia cantik, baik, gak sulit buat dapet calon suami. " ucap Clara aneh.
"Benar juga. " ucap Michelle.
Silas hanya diam, ia tiba-tiba langsung berdiri mengagetkan teman-teman di sana.
"Kenapa Silas. " tanya Michelle lembut.
"Aku mau ke kamar mandi dulu. " ucap Silas, lalu pemuda itu langsung pergi dari sana.
"Aneh banget, dia kayak marah. " ucap Michelle.
"Mungkin lagi gak mood. " ucap Clara menjawab.
Arka, dan Dimas hanya diam, mereka sudah teramat biasa dengan mood Silas yang berubah ubah.
Di sisi lain, Agnetta gadis itu sudah sampai di toilet, kebetulan toilet juga sepi.
Ia membuka almamater nya dengan pelan, sesekali meringis saat luka nya bergesekan dengan baju nya.
Setelah almamater nya terbuka, agnetta langsung membuka kancing kemeja putih nya.
Ia sedikit tenang karena toilet nya sepi, juga ini toilet perempuan, jadi gak papa kan buka baju di sini.
Lagian gak telanjang juga, masih ada tangtop mini yang dia pakai di balik kemeja putih nya.
Setelah semua kancing kemeja di buka, Agnetta langsung membuka bagian bahu nya sebelah.
Dan ia terkejut bukan main melihat luka cambukan di sana, hanya satu tapi lukanya cukup dalam.
Pantas saja perih, kenapa tidak kerasa ya pas kemarin, padahal ia sudah mandi beberapa kali juga.
"Shh, kenapa gak sadar ada luka. " gumam Agnetta sambil melihat luka nya di cermin.
Memang agak sulit melihat nya dengan mata telanjang, karena posisi luka nya hampir dekat dengan punggung nya.
Agnetta yang fokus melihat luka nya, terkejut saat pintu toilet di dobrak, dan di kunci setelah seseorang masuk ke dalam.
agnetta masih mematung karena terkejut melihat kedatangan orang itu yang mendadak.
Belum sempat ia menaikan kancing kemeja nya, orang itu sudah mendekat dan berada di depannya.
"eh, kamu ngapain ke sini. " ucap Agnetta kaget.
Ia segera menaikan kemeja nya kembali , namun karena pergerakan tiba-tiba nya itu.
Lukanya malah semakin sakit, dan perih, Agnetta meringis pelan, silas pemuda yang masuk tiba-tiba itu, menatap Agnetta datar.
Ia mendekat kan dirinya lebih dekat dengan gadis itu, lalu menurunkan pelan kemeja putih itu.
Hingga terlihat bahu dan leher mulus agnetta, yang bagian kirinya memerah juga luka cambuk yang kembali memerah di sana.
Agnetta memejamkan matanya malu, jujur walaupun Silas pernah melihat tubuhnya.
Tapi itu saat jiwa Agnetta masih menempel di tubuh nya, kan sekarang jiwa Ziva yang ada.
Ia malu, jujur. Dekat dengan laki-laki lain saja ia tidak pernah, lah sekarang sekalinya dekat sama cowok yang suka cewek lain.
"Jangan dekat dekat, malu. " ucap Agnetta lirih.
Silas hanya diam, ia menghembuskan nafasnya ke arah leher Agnetta pelan, membuat gadis itu meremang di buat nya.
Silas mengelus pelan luka di balik punggung Agnetta membuat gadis itu refleks memeluk silas yang berada di depannya.
"Sakit." lirih Agnetta di sela leher Silas.
Jujur memang sakit, tapi bercampur juga dengan malu, entah lah memang sial nya mungkin perasaan cinta nya sudah mulai tumbuh pada laki-laki itu.
Silas meniup lembut luka itu, agnetta memejamkan matanya menikmati angin lembut yang menerpa kulit nya.
Silas mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya, satu tangan nya memeluk pinggang Agnetta pelan.
Dan satu lagi tangan nya, mengeluarkan salep ke yang ia bawa tadi.
Salep itu ia beli saat malam di mana ia melakukan hal itu dengan gadis itu, ia belum tidur setelah melakukan nya.
Dan melihat punggung agnetta yang terluka, Silas dengan cepat menghubungi bawahan untuk membeli salep terbaik untuk luka.
Dan mengoles kan nya di tubuh Agnetta, malam itu, ia sempat bertanya-tanya dimana gadis itu mendapatkan luka seperti ini.
Silas menahan pinggang Agnetta pelan, saat melihat gadis itu memberontak setelah ia mengoleskan salep nya.
"Shh, gak mau, perihh. " ucap Agnetta memberontak dalam pelukan Silas.
Namun karna tenaga nya kalah kuat tenaga Silas, ia akhirnya pasrah saja.
Silas dengan pelan mengobati luka cambuk Agnetta, lalu mengoleskan salep nya ke area bahu dan leher gadis itu.
Agnetta memejamkan matanya saat wajah Silas begitu dengan dengan lehernya, geli rasanya.
Agnetta meremat bahu Silas saat pemuda itu mengecup bahu polos nya, lalu merambat ke area dadanya.
Namun suara ketukan pintu mengagetkan mereka, Agnetta langsung mendorong Silas menjauh karena kaget.
Silas juga terkejut, namun ia ingat pintu kamar mandi itu masih tertutup karna ia mengunci nya.
"Hallo ada orang kah di dalam. " ucap seseorang sambil menggedor pintu kamar mandi
Agnetta menatap Silas yang mulai mendekati nya, agnetta menggelengkan kepala pelan.
"Jangan mendekat. " gumam Agnetta pelan.
Silas tidak mendengar kan, namun saat melihat Agnetta yang akan berteriak.
Cup
Silas langsung mencium bibir Agnetta, untuk meredam teriakan gadis itu.
"Mmm ummm. " Agnetta memberontak dalam pelukan silas.
Sial, bibir nya di cium tanpa persetujuan, laki-laki itu merebut fresh kiss nya.
"Lewmpasss." ucap Agnetta tidak jelas.
Namun Silas malah memejamkan matanya menikmati ciuman kasar nya pada Agnetta.
Gadis itu menangis meratapi nasib nya, emang agak sialan, walaupun umur nya sudah legal berciuman.
Tapi kan Ziva baik, ia tidak pernah berciuman, walaupun sering melihat dalam drakor.
Silas yang mendengar tidak ada lagi orang di depan pintu kamar mandi pun, melepaskan ciuman nya.
Ia memandangi wajahnya sembab agnetta yang sial nya malah membuat nya gemas.
"Lepas." ucap Agnetta menangis.
Silas mengelus pelan air mata yang mengalir di pipi agnetta, dan mengecup kedua mata gadis itu pelan.
Lalu Silas mengecup kedua pipi gadis itu, turun ke bibir, lalu ke leher dan bahu.
Setelah puas, Silas lalu dengan pelan mengancingkan kembali kemeja putih gadis itu.
Ia membenarkan letak kemeja itu, lalu Silas membuka jaket yang dia pakai tadi.
dan memakai kan nya pada Agnetta, lalu ia mengambil almamater milik gadis itu.
"Pakai ini, agar luka mu tidak bergesekan dengan pakaian. " ucap Silas.
Agnetta hanya diam, ia menganggukan kepala nya saja, tanpa menatap pemuda itu.
Agnetta dengan buru-buru langsung mengambil tas nya, dan pergi dari toilet.
Meninggal kan Silas yang menatap nya dalam, dengan tangan nya yang masih memegang almamater milik gadis itu.
Ia mengusap pelan bibir nya, mengingat kembali ciuman nya dengan Agnetta.
"Sial, bibir nya kenapa manis sekali. " gumam Silas mengeringkan.
***