Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 22
_happy reading_
"Aku juga mau digandeng begitu." sambungnya masih membujuk. Helmi pacaran dengan Yusuf terlalu kaku, tidak ada romantis. Tapi mereka saling setia.
"Sudah gak usah banyak menghayal." sahut Yusuf sambil melangkah meninggalkan Helmi yang masih protes. Nurul cekikikan mendengar gerutuan sang senior.
Puspa menunggu sang senior kemudian menggandengnya. "Sama saya saja senior." ujarnya tanpa basa basi. Perjalanan mendaki pun sungguh seru. Beberapa kali Nurul akan terpeleset tetapi ada Dirman yang ternyata siaga menolong Nurul.
"Aw." ujar Nurul kaget karena terpeleset, tanahnya agak licin karena masih sedikit berembun. Nurul mencoba untuk pegangan pohon tapi Dirman sudah lebih dulu mengulurkan tangan. "Terima kasih." ucapnya tersenyum malu-malu.
Dirman hanya mengangguk dengan wajah yang biasa saja, ketika sampai di puncak mereka sempat beristirahat. "Istirahat dulu ya!" ujar Helmi ngos-ngosan. Dia biasa mendaki, tapi kali ini cukup menguras tenaga.
"Enak sejuk, lihat sana. Kota P terlihat semua." tunjuknya. "Keren kan!" ujarnya antusias. Nurul mengikuti arah pandang kak Helmi, dia akui memang keren.
"Wah keren banget kak, tinggi juga ya gunungnya." celetuknya. Semua menyempatkan diri berfoto masing-masing.
"Ayo lanjut, nanti di sumber air mengalir dari gunung baru istirahat lagi sekalian makan." ajak Dirman, baru beberapa langkah ponsel Nurul berbunyi.
Nurul lihat dan dia tolak, untuk panggilan ketiga kali Dirman menegur. "Angkatlah, sempat penting." ucapnya.
"Gak kok kak." jawab Nurul sambil tersenyum, dia tetap mengikuti langkah kak Dirman yang mulai menuruni gunung perlahan atau lereng gunung. "Ngapain ya Yuda menelfon? Tumben." gumam Nurul dalam hati.
Yuda adalah mantap Nurul saat sekolah dahulu, dia sudah lama tidak berkomunikasi dengannya. Entah ada angin apa sehingga Yuda menghubungi Nurul lagi.
Perjalanan diteruskan hingga menemui hutan yang memang pohonnya cukup tinggi. "Kayak nyasar ini." ujar Rahman yang lebih dulu berjalan. Saat ada penurunan yang cukup tajam kini Dirman duluan, kemudian Nurul.
Saat Nurul hendak turun." Aw. Kak." ujarnya spontan. Untungnya dibawah Dirman siap menangkapnya, jalanan cukup licin hingga terpeleset.
"Cie... Mau dong." ledek Helmi, dia kaget saat Nurul teriak karena kaget. Nurul hanya tersenyum malu-malu.
"Dirman harus siaga, apalagi kalau ceweknya gak pernah mendaki." celetuk Rahmat sok tahu.
"Pernah Nurul mendaki, iya kan de?" tanya Rahman sok tahu, dia memang sangat mendukung hubungan Nurul dan Dirman. Nurul hanya mengangguk sambil tersenyum.
Nurul merasa cukup canggung berada diantara mereka, meski telah mencoba biasa saja. Sedangkan Dirman cuek, tidak banyak bicara tapi tetap siaga. Dia merasa bahwa dia harus bertanggung jawab terhadap Nurul karena dia yang mengajaknya.
"Mau kah kamu tinggal disini Rahmat? Kalau kamu tinggal disini, saya akan sering datang sama Dirman." ujar Rahman.
"Ogah, kamu saja yang tinggal disini. Lebih cocok." jawab Rahmat.
Banyak hal mereka bahas, hingga tiba di tempat yang mereka tuju. Ada sumber air yang berada di atas gunung, kemudian ada sungai kecil yang mengalir membuat kesan sejuk dan segarnya alam. Masya Allah.
"Mantapnya, segar ini. Siapa mau mandi?" tanya Rahman semangat.
Rahman yang lebih dulu turun untuk menyentuh airnya, bahkan dia mandi disitu. Air pegunungan sungguh jernih dan alami. Belum terjamah manusia, sangat bersih.
"Ayo mandi." panggilnya lagi pada yang lain. Semua sibuk masing-masing, ada yang berfoto, ada yang sekedar cuci muka, cuci tangan, ada juga yang mengobrol.
"Ayo foto bersama dulu." ajak Helmi semangat. Semua mendekat, lalu Helmi mengarahkan untuk posisi berfoto yang bagus. Semua berdiri di atas bebatuan tetapi airnya tetap terlihat difoto.
"Ayo cepat semua, Rahman jangan buat ulah." tegurnya, karena dia berusaha menyiramkan air sungai pada Helmi hingga mengenai celananya.
"Dirman sama Nurul bagian kanan, Rahman dan Rahmat, tengah, kemudian Yusuf, saya baru Puspa. Kita selfi saja." tuturnya mengatur, tetapi Rahman menyela.
"Tidak bisa begitu, Puspa ditengah antara saya dan Rahmat. Okey. Ayo!" ucapnya semangat. Akhirnya berfoto bersama cukup dua kali saja. "Keren." ujarnya setelah melihat gambarnya.
"Ayo makan, lapar." ajak Yusuf, Rahman dan Rahmat siap mengeluarkan air dan makanan dari tas ransel yang dibawanya.
"Gak cukup deh." ujar Puspa, karena dia yang membeli makanan. Akhirnya makanan dibagikan, dan benar saja Nurul tidak dapat bagian.
"Puspa sengaja atau bagaimana?" gumam Rahman lirih. Dia justru merasa kesal kenapa nasi kuningnya dibeli sampai kurang? Padahal itu uang hasil kumpul-kumpul bahkan lebih dari cukup.
"Biar kami berdua." sahut Dirman cepat, dia tidak mau jika terjadi percekcokan di tengah hutan. Mau tidak mau nasi satu bungkus berdua antara Dirman dan Nurul.
"Cie romantis." ucap Helmi yang terkadang iri. "Kita juga yuk." ajaknya menatap Yusuf ~ kekasihnya. Yusuf yang diajak hanya mengedikan kedua bahunya tanda acuh. Dia gak suka yang sok romantis atau semacamnya.
"Gak keren dia senior." ucap Puspa mengadu domba. Helmi mengangguk membetulkan perkataan Puspa.
Diam-diam, Rahman memotret kebersamaan Dirman dengan Nurul saat makan. Dia memang duluan selesai, Nurul kalau makan termasuk lama karena kalem. Dia mengirim foto tersebut ke nomor Dirman dan Nurul dengan kata "Dunia milik berdua, yang lain Numpang."
Rahman hanya tertawa sendiri, selesai makan. Masih ada buah jeruk yang mereka nikmati. "Ayo lanjut." ajak Yusuf memberi komando. Semua pun mengangguk.
"Jangan dulu dong, kan belum mandi." rengek Rahman, berhubung dia sudah mandi makanya Yusuf segera mengajak beranjak supaya tidak terjadi mandi-mandi.
Rahman tidak kehabisan akal untuk mengajak semuanya mandi, dia siram satu persatu. Pertama yang pakaiannya basah adalah Helmi disusuk Puspa yang tersiram apalagi Helmi juga mengejarnya.
Nurul dan Dirman juga basah, mau tidak mau semua mandi di sungai tersebut. Sekitar tiga puluh menit mereka habiskan untuk mandi, kini saatnya melanjutkan perjalanan.
"Dingin kan, gegara Rahman nih." ucap Helmi, bukan hanya Helmi yang dingin bahkan semua. Akhirnya membuat lah api unggun untuk menghangatkan badan. Setelah cukup hangat perjalanan dilanjutkan hingga ketemu sekolah dasar di Kelurahan S.
"Oh, tembus disini ternyata." batin Nurul sambil membaca nama sekolah dasar tersebut. "Jauh juga." sambungnya pelan.
"Kamu capek?" tanya Dirman. Nurul menggeleng, dia bahkan masih semangat berjalan, semua terasa dekat dan menyenangkan.
"Seru kok kak." jawabnya bahagia. "Kita jalan saja kak." imbuhnya karena dia mendengar Helmi dan Puspa ingin naik ojek. Dirman setuju dengan usulan Nurul untuk jalan saja.
"Baik lah, kalau kamu capek bilang ya!" ujarnya sedikit khawatir.
"Siap senior." jawab Nurul semangat, Dirman tersenyum sambil mencubit pelan hidung Nurul gemas. Nurul jadi dag dig dug salah tingkah. "Jantungku lepas." batinnya sambil memegangi jantungnya.
Dirman mengambil pergelangan tangan Nurul untuk ditariknya karena jalannya lambat. "Ayo, kenapa melamun." ujar Dirman ketus. Mereka menjadi tontonan gratis bagi Rahman, Rahmat, dan Yusuf.
...----------------...
Terima Kasih Sudah Mampir ♡♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.