Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Tidak ada yang menyuruh saya, Tuan. Semua saya lakukan sendiri karena saya tidak menyukai nona Lyra yang suka mengganggu Nona Myra," ucap pelayan itu dengan kepala tertunduk.
Myra tersenyum puas, dengan begitu dia tidak perlu mencari alasan untuk membela diri. Tangannya akan tetap bersih, dan Xavier akan selalu membelanya.
"Benarkah?" Suara lain ikut menggema, dingin dan memiliki khas yang tak dimiliki oleh orang lain.
Sosok yang dulu direndahkan, dihina, dan mudah diprovokasi kini berubah menjadi sosok yang dingin dan memiliki aura pembunuh yang kuat. Semua orang menoleh, ketukan langkahnya bahkan menghantarkan getar yang tak biasa di hati mereka. Suasana yang tegang, semakin mencekam karena kedatangan Lyra.
Semua orang ternganga melihat penampilan gadis itu. Ke mana pakaian seksi dengan warna-warna mencolok yang dulu sering dia kenakan? Lyra saat ini berdiri dalam balutan pakaian serba hitam dengan rambut digerai lurus.
"Ah, Xavier. Bukankah kau sudah mendengar yang dikatakan pelayan tadi. Kurasa masalah ini juga seharusnya tidak perlu diperpanjang, bukan?" ucap Myra panik dan juga gelisah.
Begitu pula dengan pelayan tadi, biasanya mereka akan bersikap biasa saja terhadap sosok Lyra. Bahkan, sering menindas gadis kecil itu meski mereka hanya pelayan biasa.
"Benarkah? Lalu, bagaimana denganku yang selaku korban? Bagaimana jika aku mati? Siapa yang akan bertanggungjawab?" sengit Lyra membuat Myra membungkam mulut dengan rapat.
Kini, semua orang bisa merasakan aura kepemimpinan dari sosok gadis itu. Xavier sendiri merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada diri Lyra.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Xavier membuat Myra cemas setengah mati.
Lyra tersenyum, pelayan itu mendongak menatap wajah dingin Lyra. Bahkan, senyumnya yang sekarang sangat jauh berbeda dari sosok Lyra yang dulu.
"Serahkan dia padaku. Apapun yang aku lakukan terhadapnya, kau tidak bisa ikut campur," tegas Lyra menatap tajam Xavier yang tertegun karena ucapannya.
"Xavier, kau tidak bisa menyerahkan pelayan ini padanya. Kau cukup membuatnya pergi saja dari mansion ini," sambar Myra dengan cepat.
Lyra beralih menatap Myra, bagaimanapun dia harus membawa pelayan itu bersamanya dari pada menjadi korban keserakahan Myra sama seperti penyusup waktu itu.
"Kenapa kau terlihat panik sekali, Myra? Mungkinkah kau terlibat dalam rencananya?" singgung Lyra membuat gadis manja itu bereaksi cepat.
Tak hanya mereka berdua, semua pelayan di sana ikut merasakan kecemasan yang luar biasa.
"Xavier, kau lihat! Dia bahkan memfitnahku. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah saja karena dia sendiri sudah mengaku. Kita bukanlah manusia yang tidak memiliki perasaan, bukan?" rengek Myra mencari pembelaan Xavier.
Lelaki itu menjadi gamang, dia sadar betul bahwa Myra bukan siapa-siapa dan tidak memiliki status apapun di mansion itu. Sementara Lyra, seorang istri sah yang diakui meski selalu direndahkan.
"Sudahlah-"
"Aku tidak butuh pendapatmu, Xavier. Sebagai nyonya di mansion ini aku berhak membuat keputusan sendiri. Para pelayan ini bukanlah tanggung jawabmu, mereka berada di bawah perintahku. Untuk itu, setuju tidak setuju dirimu aku akan tetap membawanya," sarkas Lyra cukup membuat semua orang tercengang karenanya.
Ia mengangkat dagu angkuh, menunjukkan kuasanya sebagai nyonya di mansion itu. Orang yang berkuasa kedua setelah Xavier.
"Kau tidak bisa seenaknya di sini, Lyra! Kau tidak memiliki kuasa apapun atas para pelayan ini," tolak Myra tak terima.
"Oh, siapa orang ini? Apa hakmu di sini? Apakah kau memiliki status di mansion ini? Kau hanya perempuan tidak tahu malu yang menginginkan laki-laki beristri. Apa hebatnya?" cibir Lyra membuat Myra menggeram.
"Kau!"
"Sebagai orang luar yang dibawa masuk suamiku, tidak mengusir mu bukan berarti aku menerima kehadiran dirimu di sini. Kapan saja jika aku ingin, kau harus angkat kaki dari mansion ini," sambar Lyra dengan tatapan mata yang begitu tajam menusuk, menghujam tepat di jantung Myra.
"Cukup!" Xavier meninggikan suara, tak tahan kekasihnya dihina sedemikian rupa.
Lyra benar-benar berubah. Dia tidak lemah seperti dulu lagi. Bahkan, mampu mengintimidasi Myra. Ternyata selama ini yang diucapkan para pelayan benar. Lyra adalah perempuan jahat yang egois.
"Kau bisa melakukan apa saja di mansion ini, tapi tidak berhak mengusirnya!" tegas Xavier sembari menggenggam erat tangan Myra.
Lyra mendengus, sedikit tawa mencibir tak sengaja ia perlihatkan.
Bukankah seharusnya dia merasa sedih? Mengapa sekarang ...?
"Lakukan sesuka hatimu saja. Dia milikmu, sangat mudah kau atur. Sementara aku hanyalah milikku sendiri, kau tidak bisa berbuat semaunya terhadapku!" Tak kalah tegas, Lyra bahkan langsung berbalik tak ingin lagi berdebat.
Xavier mengepalkan tangan erat-erat hingga buku-bukunya memutih. Tak hanya berubah, dia bahkan berani berdebat dengan Xavier di hadapan para pelayan.
"Nira! Bawa pelayan itu kepadaku!"