tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Malam berganti pagi Gueen keluar dari kamarnya, wanita cantik itu merasakan tidak enak badan. Rasanya, dia ingin mengambil absen dan libur kuliah. Tapi, hari ini jadwal Kalindra yang mengajar dan mau tak mau dia harus hadir. Sebab, jika dia membolos tentu saja dia akan mendapatkan kembali makian dari kakaknya.
“Kenapa kau tidak membuatkan Kaka sarapan?” tanya Kalindra ketika dia keluar dari kamar dan berpapasan dengan adik tirinya.
Gueen membulatkan matanya kala mengingat bahwa dia belum membuatkan sarapan untuk Kalindra, karena semalaman dia tidur dengan waktu yang cukup larut apalagi dia mengalami demam hingga Gueen bangun sedikit telat dari biasanya.
“Maaf, Kak. Aku akan siapkan sekarang,” ucap Gueen.
“Cepat siapkan waktuku hanya tinggal 10 menit,” ucap Kalindra lagi. Sepertinya Amarah kalindra masih belum mereda, lelaki itu masih kesal pada Gueen. Walaupun mungkin tidak ada masalah pun sikap Kalindra pasti akan seperti ini.
Lima menit kemudian
Sarapan Kalindra sudah siap, Gueen hanya membuatkan roti gandum dan juga oatmeal untuk kakaknya, karena memang ketika sarapan Kalinda tidak bisa memakan berat.
“Kak!” panggil Gueen yang memberanikan diri berbicara.
“Apa!” tanya Kalindra.
“Bisakah kaka memotong uang jajanku bulan depan saja, aku sedang banyak yang harus dibeli.” Setelah mengatakan itu, Gueen menunduk tidak berani menatap Kalindra.
Kalindra menjatuhkan sendok yang dia pegang dengan keras, membuat Gueen langsung terkejut. “Memangnya Kakak peduli?” tanya Kalindra. membuat Gueen menggigit bibirnya.
“Tapi ini untuk kegiatan kuliahku, Kak,” jawab Gueen, uang yang diberikan Kalindra sangat kecil dan sekarang Kalindra malah memotongnya. Tentu saja itu tidak akan cukup. “A-ku takut aku tidak bisa mengikuti kegiatan jika tidak membeli kebutuhan kuliah.” Gueen kembali erucap dengan pelan. Jari-jarinya saling mengepal karena ketakutan melihat reaksi kakaknya.
“Pakai saja kartu kredit,.tapi jangan pernah memakai lebih dan jangan pernah gunakan untuk hal yang tidak penting karena kakak memantaunya Jika kamu menggunakan kartu kredit untuk membeli hal lain di luar tugas atau kamu membeli makanan dengan kartu itu, maka Kaka benar-benar akan menyita semuanya.” Kalindra berucap dengan sadis.
Gueen menelan ludah ketika mendengar itu, tapi tak urung dia mengangguk. Setidaknya ini lebih baik daripada dia tidak mengikuti kegiatan di kampus.
“Kalau begitu aku duluan kak."Dengan cepat, Gue berbalik, karena takut Kalindra akan mengomelinya lagi.
Guen mendudukkan dirinya di halte bis, tubuh wanita itu terasa lemas, dia ingin menangis karena dia ingin istirahat. Tapi, tentu saja tidak bisa. Bisa habis dia oleh Kalindra jika dia membolos.
Beberapa saat berlalu, Gueen pun langsung bangkit dari duduknya karena bis yang akan membawanya ke kampus tiba dan ketika berada di bis pun, Gueen kembali melamun, hingga pada akhirnya bis itu sampai di kampus dan ternyata ketika dia sampai mobil Kalindra sudah terlebih dahulu terparkir di parkiran karena memang jalur menggunakan bis lebih panjang daripada menggunakan mobil pribadi.
Saat dia akan berjalan ke lorong, tiba-tiba Gueen menghentikan langkahnya kala melihat Kalindra berjalan bersama Jesica yang tak lain kekasih Kalindra, yang merupakan mahasiswa tingkat akhir.
“Aku tidak pernah berharap dianggap seperti adikmu, aku juga tidak pernah berharap kau terlalu bersikap baik. Tapi, bisakah kau memperlakukanku seperti manusia atau memanusiakan aku.” Gueen membatin. Setiap melihat Kalindra bersikap baik pada orang lain, tentu saja Gueen merasa sesak. Namun, Gueen merasakan perasaan berbeda ketika melihat Kalindra dengan Jessica, dia seolah merasakan cemburu.
Cukup lama terdiam, Gueen pun langsung melanjutkan langkahnya kemudian dia masuk ke dalam kelas. Materi demi materi diberikan oleh kalindra dan di tengah rasa lemas yang mendera Gueen, masih berusaha untuk mencerna materi yang diberikan oleh Kakak tirinya. Sebab, jika dia melewatkan satu hal saja dia pasti akan dibabat habis dan dia juga tidak bisa bertanya, sebab jika dia bertanya pada Kalindra tentang tugas dia malah akan dimaki oleh kakaknya.
Akhirnya, Kalindra pun selesai dengan acara mengajarnya. Dia menutup laptop kemudian melihat ke arah mahasiswa dan mahasiswanya. “Kumpulkan pada saya materi itu satu minggu lagi,” ucap kalindra ketika dia selesai mengajar hingga para mahasiswa dan mahasiswi mengangguk mengiyakan perintah Kalindra.
Setelah itu, Kalindra langsung keluar dari kelas.
“Gueen, Are you okay?” tanya Jenna teman sekelas Gueen, dan dia adalah satu-satunya teman orang yang mau berteman dengan Gueen, terlebih lagi Gueen cukup introvert. Mungkin, karena Gueen tidak mempunyai kepercayaan diri yang lebih untuk bergabung bersama teman lainnya.
“Gueen, kau pasti belum sarapan?” tanya Jena hingga Gueen menoleh, kemudian dia malah menyimpan kepalanya di meja.
“Hmm, Aku belum sarapan." Gueen menjawab dengan lemas.
“Kita ke kantin,” ajak Jena, Gueen tampak terdiam seharusnya dia tadi membawa bekal agar tidak membeli di luar dan bisa mengirit.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu," ucap Jena yang mengerti dengan permasalahan Gueen.
"Tidak usah, Jena, aku masih punya uang," tolak Gueen.
"Halah, sudah jangan bohong, ayo." Jena pun langsung bangkit dari duduknya di susul Guee, kemudian wanita cantik itu langsung pergi dan langsung keluar dari kelas.
"Apa aku tidak apa-apa memesan ini?" tanyanya, dia merasa tidak enak ditraktir oleh Jena, padahal Gueen hanya memesan sandwich yang sangat murah karena dia tidak mau membebani temannya.
"kau ini sudah aku tawarkan yang lebih enak malah memilih itu, tunggu sebentar." Jena langsung bangkit dari duduknya kemudian dia langsung berjalan ke arah etalase untuk mengambilkan makanan lain, dan ketika melihat itu mata Gueen berkaca-kaca.
"Tuhan terima kasih, jika tidak ada Jena aku tidak tahu harus bagaimana.” Gueen membatin.
Setahun kuliah, Jena benar-benar selalu membantunya, bahkan terkadang Jena selalu memberikan uang jajan padanya walaupun Gueen selalu menolak, tapi Jena selalu diam-diam menyelipkan uang itu dan hanya Jena-lah yang tahu apa yang terjadi dengannya, hingga beberapa saat kemudian Jena pun kembali ke meja yang ditempati oleh Gueen.
Jena melihat Gueen melamun lalu bertanya, "Apa ada masalah?" Tanya Jena yang menyimpan makanan di dekat Gueen.
"Apa uang jajanmu dipotong lagi?" tanya Jena.
Gueen menggigit bibirnya kemudian mengangguk. "Nilai kemarin aku jelek dan kakakku murka," jawab Gueen, dia berusaha tersenyum.
"Kau tidak mau menerima bantuanku, lalu kenapa kau tidak mau meminta tolong kedua orang tua tua kakakmu?" tanya Jena.
Gueen tampak terdiam. Ya, dia bisa saja meminta tolong pada Salsa maupun Nino yang tak lain orang tua Kalindra dan Alona. tapi dia cukup sadar diri karena malu, apalagi ibunya sudah merebut kebahagiaan keluarga Kalindra. Setiap Kalindra memakinya, Kalindra akan mengingatkan kesalahan ibunya.
Walaupun ibunya mungkin bukan ibu yang baik untuk Gueen, tapi setiap Kalindra memaki dan menghina ibunya, Gueen selalu merasa sesak. Ya, dia tidak pernah berani meminta lebih, apalagi selama lima tahun ke belakang, dia sudah ditampung oleh keluarga Salsa karena sudah lima tahun ini ayah dan ibunya benar-benar menghilang dan dia tidak tahu bagaimana keadaan orang tuanya.
***
"Kau yakin ingin pulang naik bus? Tidak mau memakai mobilku saja? Aku akan mengantarkanmu ke apartemen," ucap Jena.
"Tidak, aku akan memakai bus, aku masih mempunyai voucher untuk memakai bus," kata Gueen karena dia tidak mau merepotkan Jena.
"Uh, kau ini menyebalkan sekali," ucap Jena.
Setelah itu, mereka pun keluar dari kampus. Jena berjalan ke arah mobilnya, sedangkan Gueen pergi ke jalan lain untuk ke halte bus. Saat dia berjalan, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu kemudian tersenyum getir
Terlalu banyak rasa sakit, hingga dia melupakan sesuatu, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Terlalu banyak hal pelik yang dirasakan Gueen selama setahun ini, sampai dia sendiri tidak mengingat hari lahirnya dan pada akhirnya, Gueen memutuskan untuk pergi ke gereja terlebih dahulu sebelum pulang ke apartemen dan sekarang, di sinilah Gueen berada, di gereja.
Karena Gueen datang saat sore hari, gereja masih sepi, bahkan tidak ada siapa pun di sana hingga Gueen langsung masuk. Gueen mendudukkan dirinya kemudian dia menyatukan kedua tangannya lalu memejamkan matanya dan berdoa. Ketika dia memejamkan mata, wajah kedua orang tua Gueen langsung terlintas hingga bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata wanita itu.
"Mom, Dad, sebenarnya apa alasan kalian meninggalkanku? Ini sudah lima tahun berlalu, kenapa kalian sama sekali tidak mencariku diriku?" tanya Gueen. “Apa salahku sampai kalian mengabaikanku seperti ini?”
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭