Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan Tanpa Pilihan
Keputusan Berat
Mereka melangkah keluar dari dunia bayangan yang penuh ujian, dan kembali ke tempat yang mereka kenal. Namun, meski fisik mereka kembali ke dunia nyata, ketegangan di dalam diri mereka tetap ada. Ujian-ujian yang mereka hadapi telah membentuk mereka menjadi sosok yang berbeda—lebih kuat, tetapi juga lebih terikat dengan kenyataan yang keras.
Alaric memandang Menara Penjaga Dunia yang masih berdiri kokoh di depan mereka, seakan menunggu untuk menghadapi mereka sekali lagi. Rasa sakit dan keraguan menguasai dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukanlah tentang menyelesaikan masalah kecil atau mencari jawaban singkat. Ini adalah tentang pilihan-pilihan besar yang akan menentukan nasib dunia.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Kiran, suaranya penuh kelelahan.
Alaric menghela napas panjang. "Kita harus menemukan prisma terakhir. Hanya dengan itu kita bisa menyelamatkan dunia ini."
Namun, kata-kata itu terasa kosong di telinganya. Ia tahu bahwa tujuan mereka jauh lebih rumit daripada sekadar mencapai prisma terakhir. Setiap langkah mereka membawa mereka lebih dekat pada keputusan yang tak terhindarkan—dan dia mulai merasakan bahwa mungkin, tak ada jalan kembali.
---
Misteri di Balik Prisma
Perjalanan mereka menuju prisma terakhir membawa mereka ke wilayah yang jauh lebih berbahaya. Hutan gelap, sungai beracun, dan medan penuh jebakan menghadang mereka di sepanjang jalan. Namun, lebih dari itu, ada sesuatu yang lebih gelap yang mengintai dari balik setiap sudut.
Malam itu, saat mereka beristirahat di sebuah gua yang tersembunyi, suara-suara aneh mulai terdengar. Suara bisikan yang datang dari arah yang tak bisa mereka tentukan.
"Apa itu?" Kiran bertanya, memegang pedang dengan siap.
Alaric berdiri dan berjalan menuju suara itu. Ia merasa ada sesuatu yang menghubungkannya dengan suara-suara itu. "Aku merasa seperti... mereka memanggilku."
"Siapa?" tanya Kael, tidak yakin apakah itu hanya ilusi atau sesuatu yang lebih nyata.
"Sesuatu dari masa lalu," jawab Alaric pelan. "Mungkin ini adalah bagian dari ujian kita."
Ketika Alaric semakin mendekat, sebuah bayangan muncul dari kegelapan, sosok yang dikenalnya—ayahnya, sekali lagi.
"Alaric..." suara itu berbisik. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan."
"Ayah, apa yang kau maksud?" Alaric berkata dengan hati yang berdebar. "Apa yang terjadi? Apa yang harus kulakukan?"
Bayangan ayahnya hanya tersenyum, namun senyuman itu terasa lebih seperti sebuah peringatan. "Jangan biarkan mereka mengambil keputusan untukmu, Alaric. Ingat, kekuatan yang kau cari... bukan untuk diserahkan begitu saja."
---
Rencana yang Terungkap
Keesokan harinya, Alaric kembali memikirkan kata-kata ayahnya. Setiap langkah mereka semakin dekat dengan prisma terakhir, namun mereka juga semakin merasa terpojok. Seiring berjalannya waktu, semakin jelas bahwa jalan mereka penuh dengan pilihan-pilihan yang hanya bisa diselesaikan dengan pengorbanan besar.
Saat mereka tiba di lokasi yang dipercaya menyimpan prisma terakhir, mereka menemukan sebuah reruntuhan kuno yang terbalut dalam cahaya mempesona. Namun, tidak seperti yang mereka harapkan, tak ada tanda-tanda keberadaan prisma itu. Sebaliknya, mereka menemukan sebuah altar besar dengan simbol yang mirip dengan kunci bayangan.
"Ini bukan tempat yang biasa," kata Kael dengan hati-hati. "Ada sesuatu yang aneh di sini."
"Tempat ini menguji siapa yang layak," kata Penjaga Dunia yang muncul tiba-tiba di depan mereka. "Dan di sini, kalian akan diberi pilihan yang akan menentukan nasib dunia."
Alaric memandang Penjaga itu dengan ketegangan yang terasa semakin berat. "Apa yang harus kami pilih?" tanya Alaric, matanya penuh tekad.
Penjaga itu menunjuk ke altar. "Kalian akan diminta untuk mengorbankan sesuatu yang paling berharga bagi kalian. Jika kalian memilih untuk mengorbankannya, dunia akan diselamatkan. Namun jika kalian menolak, dunia ini akan jatuh ke dalam kegelapan."
Mata mereka bertiga saling bertemu. Kiran, Kael, dan Alaric tahu bahwa ini adalah titik tanpa kembali. Keputusan yang mereka buat di sini akan menentukan takdir, bukan hanya untuk mereka, tetapi untuk dunia yang telah mereka perjuangkan.
---
Pengorbanan yang Tak Terelakkan
Alaric memegang erat kunci bayangannya, yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Kunci itu bukan hanya sebuah benda, tapi simbol dari segala yang telah mereka hadapi, dan yang harus mereka tinggalkan.
"Apa yang harus kita korbankan?" tanya Kiran dengan suara penuh rasa takut.
"Untuk dunia ini, apa yang kita cintai mungkin harus hilang," jawab Alaric pelan, menyadari bahwa pengorbanan terbesar bukanlah hanya tentang benda atau kehidupan, tetapi tentang kepercayaan dan harapan yang telah mereka bangun.
"Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dunia ini adalah dengan melepaskan segalanya—termasuk dirimu sendiri," kata Penjaga Dunia, suaranya berat dengan kebijaksanaan yang dalam.
Kiran menggenggam pedangnya dengan erat, sementara Kael menundukkan kepala, tampaknya sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.
Di hadapan mereka, altar itu memancarkan cahaya yang semakin terang, memanggil mereka untuk mengambil langkah terakhir yang menentukan.
"Sekarang, waktunya datang," kata Alaric dengan suara tegas. "Kita tidak bisa mundur. Mari kita selamatkan dunia ini."
😄😄😄
Good job...!!!