Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Amira dan Ana sudah sampai di rumah sakit dengan tangan kosong, begitu juga dengan Marco, sudah dua komunitas dia datangi tapi hasilnya masih kosong, darah tersebut memang sangat langka.
"Ana, kita harus bagaimana, anakku butuh darah itu An," ucap Amira yang mulai di landa kepanikan.
"Kau tenangkan dirimu dulu Mir, kita mikir sama-sama untuk menemukan jalan keluarnya," tegas Ana.
Amira hanya bisa menatap putri semata wayangnya itu dengan tatapan nanar, bahkan sampai detik ini dirinya masih belum bisa membawa orang yang mau mendonorkan darahnya, hingga pada akhirnya Amira mulai di inginkan dengan sebuah kartu nama yang ia masukkan ke dalam kantong celananya tadi.
"Ah iya, kenapa aku tidak menghubungi orang tadi ya," gumamnya sendiri yang masih terdengar oleh sahabatnya itu.
"Orang siapa Mir?" tanya Ana.
"Tadi ada pria asing yang menolong anakku, dan dia menawarkan bantuan padaku," sahutnya dengan cepat.
Tanpa berpikir panjang akhirnya Amira mulai mengetik sebuah nomer tersebut lalu mulai menghubunginya.
"Tuan, Regan ayo angkat," ucap Maria sambil mondar-mandir menempelkan handphone ke telinga.
Panggilan pertama dan keduanya tidak diangkat, hingga panggilan ketiga pria itu mengangkat telepon dari Amira.
"Halo, Pak Regan," ucap Amira.
"Iya anda siapa?" tanya Regan bingung.
"Saya ibu dari anak yang anda tolong tadi," sahut Amira.
"Oh iya, ada yang bisa saya bantu Bu," ucap Regan segera.
"Begini Pak Anak saya membutuhkan donor darah, kamu di sini sudah berusaha mencari donor darah untuk anakku tapi kamu tidak mendapatkan darah tersebut," terang Amira.
"Darah anak Ibu, O Rhesus negatif ya?" tanya Regan memastikan.
"Iya, Pak," sahut Amira.
"Ya sudah tunggu sebentar," ucap Regan lalu memilih untuk mematikan teleponnya.
Regan langsung mendatangi rumah sakit secepatnya, entah apa yang membuat pria dewasa itu begitu ingin menolong gadis remaja tersebut, apa karena masa lalunya yang dulu pernah ada di posisi bawa sehingga dia begitu gigih ingin membantu gadis remaja itu.
"Afifah kau bertahan ya Nak," ucap Regan sambil mengemudi dengan kecepatan tinggi.
Tidak lama kemudian Regan sampai di res area rumah sakit, segera pria dewasa itu berjalan melewati kamar-kamar rumah sakit, hingga dia sampai di depan ruang inap Afifa.
"Selamat malam," ucap Regan, sedang ketiga orang tersebut langsung menyambut kedatangan Regan.
"Pak, Regan mana orang yang ingin donor darahnya untuk anakku?" tanya Amira dengan cepat.
"Saya sendiri Mbak," sahut Regan dengan penuh keyakinan.
Amira benar-benar merasa tersentuh dengan kebaikan hati Regan terhadap anaknya, tidak hanya membawa anaknya ke rumah sakit, tetapi Regan juga rela mendonorkan darahnya untuk Afifah.
"Pak Regan beneran memiliki golongan darah Rhesus negatif?" tanya Amira sekali lagi.
"Itu, benar makanya aku tadi menanyakan hal itu," sahut Regan.
"Kenapa tidak bilang dari tadi Pak, kalau Bapak bilang kan kita tidak usah kesana kemari," omel Amira di saat seperti ini masih saja wanita itu berceloteh.
"Sudah Mir jangan kaya gitu," bisik Anna, yang terdengar di telinga Regan.
"Gak apa-apa, aku tadi hanya berpikir pasti ada anggota keluarganya yang sama golongannya, makanya aku tidak ingin gegabah dulu," terang Regan.
Setelah itu Regan langsung dibawa keruangan UTD (Unit Transfusi Darah) oleh perawat yang bertugas, sesampainya di ruangan tersebut petugas medis mulai memeriksa terlebih dahulu kondisi pendonor. di lihat tidak ada kendala apapun petugas langsung memasukkan jarum steril ke pembuluh darah vena di lengan, setelah itu darah mengalir melalui selang infus.
Sekitar 1-2 jam darah sudah terkumpul sesuai yang di butuhkan, saat ini kondisi Regan masih lemas, akibat transfusi darah yang ia lakukan untuk seorang gadis remaja yang tidak ia kenal sama sekali.
'Afifah mungkin kita ini orang asing, tapi ketahuilah Nak. Om dulu pernah susah, di saat itu kakak Om sakit berat dan tidak bisa terselamatkan hingga pada akhirnya dia meninggal karena terlambat mendapatkan perawatan, dan setelah itu Om berjanji untuk selalu menolong orang yang membutuhkan, karena Om pernah mengalami kesusahan, dan tidak ada satu orang pun yang mau membantu,' batin Regan.
Setelah selesai diambil darahnya tenaga Regan masih lemas, lalu Amira pun mulai menemani Regan di ruangan khusus.
"Pak, masih lemas ya?" tanya Amira.
"Masih, kalau boleh jangan panggil saya bapak ya karena saya bukan bapak kamu," protes Rogan, yang membuat Namira meringis karena malu.
"Maaf, ya sebenarnya tujuan saya memanggil Bapak, hanya untuk menghargai anda saja, ya sudah kalau begitu saya panggil Mas saja," sahut Amira.
"Itu lebih tepat, lagian usiaku paling sepantaran sama kamu, dan satu lagi jangan menggunakan bahasa formal, aku kurang setuju l," jelas Regan.
"Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak sudah mau menolong putriku," ucap Amira.
"Sama-sama, ya sudah kalau boleh tolong antarkan aku untuk melihat Afifah," pinta Rogan.
Amira pun dengan senang hati menuntun tangan Regan yang memang masih terlihat lemas, pria itu merasa senang karena bisa menolong gadis remaja yang tadi siang dia tolong di jalanan aspal.
"Afifah akhirnya kamu bisa mendapatkan transfusi Nak, cepat sembuh dan jangan lupa kalau sembuh datanglah ke rumah Om," ucap Regan sambil menatap teduh wajah remaja itu.
"Insya Allah, pasti akan aku ajak putriku ke rumah Mas Regan ketika sudah sembuh nanti," sahut Amira.
Tidak lama kemudian Afifah perlahan mulai sadar dan membuka matanya remaja itu mulai kebingungan ketika melihat pemandangan di sekitarnya berbeda dengan tempat biasanya.
"Ibu, aku dimana?" tanya gadis remaja itu.
"Kamu ada di rumah sakit Sayang," sahut Ana, karena memang posisi Ana yang dekat dengan Afifa.
"Tante itu siapa?" tunjuk Afif pada pria asing yang duduk di samping ibunya itu.
"Dia Om Regan orang yang menolong mu tadi pas kecelakaan," sahut Anna.
Sejenak Afif terdiam bayangan tadi pas kecelakan mulai melintas di otaknya.
"Iya Tan, tadi sehabis pulang sekolah motor Afif tiba-tiba remnya plong terus Afif bingung mau berbuat apa dan tiba-tiba saja inisiatif Afif untuk menabrakkan motor itu ke pohon besar dari pada harus menerobos lampu merah yang mungkin nanti akan banyak memakan korban," ucap remaja itu.
"Astaga! Nak di saat keadaan genting pun kau masih bisa memikirkan keselamatan orang lain," ungkap Ana yang merasa bangga memang sedari dulu Afif selalu di didik untuk berbuat baik oleh ibunya.
Amira pun langsung kaget, ketika mendengar rem blong dari mulut putrinya itu, mungkin sebagian orang tidak menyadari tetapi Amira sangat jeli dengan ucapan yang keluar dari mulut anaknya itu.
"Apa rem blong, tidak mungkin sepedamu itu baru ibu beli pas kenaikan kelas, mana mungkin blong lagian ibu rajin membawa motormu itu ke bengkel," ucap Amira yang membuat seisi ruangan itu terkejut.
Siang kak .... maaf ya agak telat.🙏🙏🙏
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng