NovelToon NovelToon
Pesona Duda Perjaka

Pesona Duda Perjaka

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bareta

“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”

Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.

Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.

Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.

Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.



Cover by alifatania

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Minta Penjelasan

Senin pagi Sebastian datang lebih awal dari biasanya. Setelah mengantarkan Kirana pulang hari Sabtu lalu, Sebastian sempat memikirkan calon istri pura-puranya itu.

Kirana menjadi pendiam dan hanya menatap ke samping jendela sepanjang perjalanan. Sebastian tidak bertanya ataupun mengajaknya bicara, begitu juga dengan Dion yang menjadi sopir di depan. Berbeda dengan perjalanan pergi menuju hotel, Kirana bagaikan penyiar berita yang banyak bicara.

Sebastian melirik jam tangannya. Jam 6.50. Dion pun belum kelihatan batang hidungnya. Pagi ini Sebastian sengaja berangkat membawa sendiri mobilnya.

Pagi ini Sebastian sengaja tidak menutup rapat pintunya, biar bisa mendengar kalau Kirana sudah datang. Dan ternyata hanya selang 15 menit kemudian, dia sudah mendengar adanya aktivitas orang di luar. Tapi dugaan Sebastian salah, bukan Kirana yang datang melainkan Mansyur yang sedang membersihkan ruangan sekretaris. Ruangan Sebastian sendiri sudah dibereskan sejak pukul 6.30.

Sebastian tidak bisa fokus dengan laptopnya. Entah mengapa sejak Sabtu malam, hatinya gelisah memikirkan Kirana. Mau menelepon sudah pasti gengsi rasanya. Sebastian tidak ingin Kirana menganggap serius drama Sabtu malam mereka.

Sebastian kembali melirik jam tangannya. Sudah jam 7.30 tapi Kirana masih belum kelihatan batang hidungnya. Baru Dion yang sudah menyapanya 5 menit yang lalu.

“Yon, Kirana nggak ijin atau cuti hari ini kan ?” Sebastian berbicara dengan asistennya melalui telepon di mejanya.

“Belum ada info apa-apa, Pak.”

Belum juga Sebastian menutup teleponnya, terdengar suara Kirana bergema dari telepon dan pintu ruangan yang terbuka.

“Maaf terlambat, Yon,” napasnya terengah seperti habis berlari.

“Belum terlambat, absensi belum juga merah,” Dion memperlihatkan layar handphonenya dimana tertera waktu baru menunjukan pukul 7.40.

“Pak Bas sudah datang ?” Kirana melirik pintu ruangan bossnya terbuka.

“Sudah dari kemarin,” jawab Dion asal tanpa mengalihkan pandangannya.

“Dih asal,” Kirana mencebik dan Dion tertawa.

“Sudah siap berkas yang mau ditandatangani hari ini ?” Dion menoleh ke arah Kirana yang sedang menyalakan komputernya.

“Masih ada 3 yang belum saya selesaikan. Baru masuk Jumat sore hampir jam 5.”

Dion bangkit dan sudah memegang tabnya. Dia menghampiri Kirana untuk mengambil 4 berkas yang harus ditandatangani Sebastian.

“Dion,” Kirana memanggil sesaat setelah Dion berbalik menuju ruangan Sebastian.

“Apa nanti sore Pak Bas ada di kantor ?”

Dion langsung mengecek tabnya sebelum menjawab.

”Tidak ada jadwal meeting keluar, tapi sepertinya three musketers akan datang membahas proyek yang di Kalimantan.”

Kirana menautkan kedua alisnya karena tidak mengerti tamu yang dimaksud Dion.

“Tiga Jones, Ki,” Dion tertawa melihat raut wajah Kirana.

“Dih kayak kamu bukan jones aja , Yon,” Kirana mencibir.

Dion hanya tertawa dan langsung masuk ke dalam ruangan Sebastian sambil menutup pintunya.

Seperti biasa, sesudah meletakan map berkas, Dion membacakan jadwal kegiatan Sebastian hari ini. Dion mengernyit karena melihat bossnya sedang melamun. Celotehnya sia-sia karena sangat terlihat kalau pikiran Sebastian sedang menerawang entah kemana.

“Pak Bas ! Pak Bas ! Pak !” Panggilan Dion pun tidak digubris sama sekali.

Dion mendekat dan memukul meja pelan namun mengembalikan nyawa Sebastian yang melanglang buana sejak tadi.

“Ngapain pake pukul meja !” Omel Sebastian dengan wajah merenggut.

“Bapak tidak lagi berpikiran aneh kan ?” Dion mengernyit.

“Aneh gimana ? Kamu pikir saya lagi mikirin perempuan ?”

Dion terkekeh, tanpa sadar bossnya mengakui kalau dirinya memang sedang memikirkan seseorang. Dion yakin seribu persen kalau nama Kirana yang jadi nominatornya.

“Kirana sudah datang dan ada di luar, Pak,” goda Dion sambil terkekeh.

“Siapa yang mikirin Kirana ? Saya tidak tanya dia sudah datang atau belum. Lagian memang mejanya kan di luar, masa di pangkuan saya,” Sebastian mengomel panjang lebar.

Dion bukan lagi terkekeh tapi sudah tahap tertawa. Hanya dipancing dengan nama Kirana, kalimat Sebastian jadi panjang kali lebar.

“Yakin Pak ?” Dion mengerling membuat Sebastian mendengus kesal.

“Sebelum masuk, Kirana sempat menanyakan jadwal hari ini. Mungkin calon istri Bapak ingin minta waktu berduaan.”

Sebastian langsung melotot kesal, namun anehnya hatinya sekaligus berdebar saat mendengar Dion mengatakan kalau Kirana menanyakan waktu luangnya.

“Ngaco kamu !” Sebastian meremas kertas baru yang ada di dekatnya lalu melemparkannya pada Dion.

“Bapak kayak abege aja. Malu-malu meong.”

“Kamu mau saya pecat ?” Sebastian kembali mendelik.

“Kalau saya dipecat, Kirana naik pangkat jadi asisten Bapak dong,” Dion makin menggoda bossnya dengan wajah jahilnya.

“Kamu benar-benar menyebalkan pagi ini, Yon. Cepat bacakan jadwal saya lagi,” omel Sebastian.

15 menit sesudah pembacaan ulang jadwal dan urusan kerjaan lainnya, Dion keluar ruangan Sebastian.

“Kamu dipanggil masuk tuh, mumpung jadwal boss pagi ini agak senggang,” Dion menghampiri meja Kirana dan menyuruh gadis itu gantian masuk.

“Ada perlu apa Pak Bas memanggil saya pagi-pagi begini ? Perasaan tidak ada yang hal penting yang harus saya laporkan.” Kirana memgernyit bingung.

Kirana pun bangun sambil membawa buku agenda dan pena sebelum masuk ke ruangan Sebastian.

Dion tertawa di mejanya karena berhasil mengerjai Kirana dan Sebastian.

Kirana sudah berada di dalam ruangan Sebastian dan berdiri dekat pintu. Tadi dia sudah mengetuk dan mendapat jawaban dari pemilik ruangan.

“Bapak panggil saya ?”

Sebastian menghentikan tangannya di atas laptop. Dia mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan pertanyaan Kirana.

“Tadi Dion bilang kalau Bapak memanggil saya.”

“Asem nih si Dion, siapa juga yang minta dipanggilkan Kirana,” omel Sebastian dalam hati.

“Dion malah bilang kalau kamu mau ketemu saya,”

Sebastian bangun dari kursinya menuju sofa. Pria itu menyuruh Kirana duduk di sofa juga. Wajahnya sengaja terlihat datar.

Kirana menarik nafas dan mengumpat dalam hati karena dikerjai teman kerjanya itu. Merasa tidak enak kalau keluar lagi, akhirnya Kirana ikut duduk di sofa berseberangan dengan Sebastian.

“Saya mau protes !” ucap Kirana dengan tegas. Duduknya tegak tanpa bersandar pada sofa.

Sebastian yang semula menyibukkan diiri dengan handphonenya langsung mendongak dan menatap Kirana dengan tatapan biasa-biasa saja. Padahal hatinya berasa aneh pagi ini.

“Protesnya nggak pakai demo segala kan ?” Sebastian terkekeh saat meledek Kirana. Raut wajah sekretarisnya terlihat jutek pagi ini.

“Saya mau bicara serius, Pak !” omel Kirana dengan bibir mengerucut membuat Sebastian tiba-tiba jadi gemas.

“Iya saya juga serius. Memangnya kamu mau protesa apa ?” Sebastian menegakkan posisi duduknya.

“Saya mau protes soal perlakuan Bapak di acara pesta Tuan Herdiman.”

“Kenapa ? Saya kurang meyakinkan ?” Ledek Sebastian sambil tertawa pelan.

“Iissshh Bapak, saya sudah bilang kalau lagi bicara serius.”

“Iya… iya…” Sebastian mengangguk dan menghentikan tawanya. Tapi agak susah memasang wajah serius melihat raut muka Kirana yang terlihat lucu karena memberenggut.

“Tidak ada perjanjian kalau ada acara cium-cium segala !” protes Kirana dengan wajah kesal. “Mana bisa Bapak sembarangan mengambil ciuman pertama seorang perempuan yang hanya diajak bersandiwara.”

Sebastian terbelalak, ternyata sama seperti dirinya, Kirana juga tidak bisa melupakan adegan ciuman Sabtu malam.

“Terus saya harus bagaimana untuk memenuhi protes kamu ?”

“Mana bisa bibir saya yang sudah ternoda sama Bapak dibuat seperti semula lagi.”

“Bisa ! Sini saya ambil kembali ciuman saya,” Sebastian memajukan tubuhnya mendekat ke Kirana. Gadis di depannya justru langsung mundur.

“Bapak pikir saya perempuan gampangan seperti cewek-cewek yang Bapak kenal ?” Mata Kirana mulai berembun membuat Sebastian sedikit terkejut.

Gadis kuat dan periang di depannya sudah hampir menangis gara-gara menbahas ciuman. Sebastian kembali ke posisinya semula.

“Saya menyesal membantu Bapak hari Sabtu kemarin. Bapak pikir sudah kasih modal buat saya jadi cinderella lantas Pak Sebastian Pratama bisa memperlakukan saya seperti barang sewaan !” Nada suara Kirana sudah naik satu oktaf.

“Dan Bapak menganggap semuanya cuma sebagai lelucon, bagian dari skenario yang Bapak buat ?”

Kirana memalingkan wajahnya karena tetesan bening mulai keluar dari kedua sudut matanya.

Tidak ingin berlama-lama menumpahkan semua emosinya, Kirana beranjak bangun.

“Maaf kalau saya dianggap kurang ajar karena berani memarahi bossnya. Saya permisi.”

Sebastian langsung ikut beranjak dan menahan lengan Kirana. Gadis itu berusaha menepisnya dengan sedikit kasar namun genggaman Sebastian lebih kuat.

“Tolong lepaskan tangan saya, Pak. Saya mau keluar,” lirih Kirana.

“Saya belum bicara apapun dan kamu tidak mau mendengar sedikitpun ?”

Kirana menggeleng tanpa menoleh, dia masih berusaha melepaskan genggaman Sebastian.

Sebastian bergerak melewati meja yang menjadi pembatas buat mereka. Posisinya semakin dekat dengan Kirana membuat gadis itu bergeser memberi jarak.

“Maaf kalau tindakan saya sudah membuat kamu salah paham.”

Kirana menoleh dan menatap Sebastian dengan tatapan tajam. Hatinya mendadak jadi panas.

“Jadi Bapak menganggap saya cuma sebagai orang sewaan yang Bapak bisa pergunakan semaunya ? Saya memang sekretaris Bapak dan tugas saya membantu Bapak, tapi bukan berarti Bapak bisa sembarangan memperlakukan saya !” seru Kirana dengan nada marah.

Sebastian hanya terdiam mendengarkan Kirana mengeluarkan uneg-unegnya. Bahkan dia melepaskan tangan Kirana saat gadis itu menghempaskannya dengan kasar.

“Saya tidak salah paham dengan ciuman itu. Bapak pikir saya menganggap dengan ciuman itu berarti Bapak menyukai saya ?”

Kirana mendekati Sebastian dan tanpa terduga dia menarik kemeja bossnya hingga wajah Sebastian mendekat kepadanya.

“Saya tidak salah paham, hanya saya tidak terima diperlakukan sembarangan seperti itu,” ucap Kirana dengan tegas. “Jadi untuk ke depannya tolong perlakukan saya bukan sebagai sekretaris penggoda bossnya !”

Kirana melepaskan cengkramannya dengan kasar hingga Sebastian yang tidak siap terhuyung ke belakang.

Kirana bergegas keluar dan menutup pintu Sebastian dengan keras membuat pria itu teekejut dan mengelus dadanya.

Dion yang duduk di mejanya ikut terkejut saat mendengar bantingan pintu ruangan Sebastian. Ditambah lagi melihat wajah Kirana yang basah dengan air mata.

Tanpa bicara apapun, Kirana mengambil tas tangannya dan keluar ruangan menuju toilet untuk membersihkan wajahnya.

Dia mengutuki dirinya kenapa harus sampai menangis di depan Sebastian. Bukan seperti ini niatan awalnya. Dia ingin memarahi bossnya yang sudah seenaknya mencium bibirnya, di depan umum pula ! Tapi melihat sikap Sebastian yang biasa saja membuatnya teringat akan ucapan Steven.

Apa iya karena Sebastian orang kaya dengan sejuta pesona membuat Kirana diam saja diperlakukan seenaknya ? Hatinya memang dbuat tidak karuan saat diperlakukan begitu manis oleh Sebastian, tapi bukan berarti dia akan menuruti semua permintaan Sebastian.

Kirana memukul-mukul sendiri kepalanya di dalam toilet. Membodohi dirinya karena menangis di depan Sebastian. Kirana takut dengan sikapnya, Sebastian malah berpikir kalau dia menginginkan hubungan lebih dari pura-pura.

Sementara di dalam ruangannya Sebastian berdiri menghadap keluar jendela dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Kebiasaan Sebastian kalau sedang menghadapi masalah yang perlu ketenangan berpikir.

Bukan hanya Kirana, dia sendiri pun tidak menyangka akan nekad mencium gadis itu di depan umum. Perlakuan Steven pada Kirana membuat hatinya mendadak terbakar emosi. Padahal Kirana hanya calon istri pura-puranya.

Kirana memang tidak membalas pelukan Steven malam itu. Tapi bayangan Shera yang tertangkap basah tengah memeluk Steven dengan mesra, terlintas di benaknya saat itu. Kecurigaan Sebastian kalau Shera punya hubungan dengan Steven memang tidak pernah terbukti, meski Sebastian sering melihat kalau Shera sering mencuri-curi pandang pada Steven saat mereka bertemu dalam acara keluarga.

Sebastian menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Kenapa hatinya tidak karuan saat tahu kalau Kirana memang punya hubungan yang cukup dekat dengan sepupunya ? Bukankah Sebastian tidak punya hubungan khusus dengan Kirana selain sebagai boss dan sekretaris ?

Sebastian memejamkan matanya sejenak dan mencoba menelisik hatinya sendiri. Berharap dia mendapatkan jawaban yang membantunya bersikap jujur pada perasaannya.

1
Anita Nita
capek aku thor ketawa terus dari tadi😂😂😂
Anita Nita
sudah kena guna guna kirana kamu sebastian😂😂😂
Tia Iia
ngidam ny unik
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Tia Iia
keren
mrsdohkyungsoo
Luar biasa
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Luh Nanik
uuuuuuhhh bikin baper🥺🥺
Linda Febri
Luar biasa
Baretta: Terima kasih bintangnya kak Linda Febri 😊🙏
total 1 replies
Asiasi Ptk
loading kok lama ya
Rumah Aman
kasian istri yg seterusnye..
Murni Murniati
mgkn foto itu dia yg krm, ato Steven, mgkn dia duanya
Murni Murniati
mgkn yg krm foto itu Steven, n revan anak Steven, shera n Steven, jdnya raven
erry astutik89
Luar biasa
Dhia Syarafana
sera hamil duluan gara gara pacaran suka gelap gelapan...., ky lagu tuti Wibowo
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Baretta: Terima kasih kak 😊🙏
total 1 replies
sweetpurple
Luar biasa
Baretta: Terima kasih Kak Sweet Purple 😊🙏🙏
total 1 replies
Yuli Yuli
dedknya twein blom lahir kok Uda tamat☺️☺️☺️
Baretta: 😊😊🙏🙏 Biar nggak kepanjangan Kak
total 1 replies
Yuli Yuli
org tampan tajir paket komplet emg byak godaannya boossss🥰🥰
Yuli Yuli
tu emg shera mau bunuh dri, Mau dia apa Romi yg mati dluan yg pnting dia lepas dr Romi, trnya mlah dua" meninggal smua, ksian bgt kmu shera
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!