NovelToon NovelToon
Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:571
Nilai: 5
Nama Author: ATPM_Writer

Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.

"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair

"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt

Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?

Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Saat Agnes baru menginjakkan kaki di dalam Toilet, Suara Laras yang tengah memuntahkan air liur menggema. Walaupun Dia sudah menyalakan keran air, suara nya masih tidak tercover.

“Laras,” panggil Agnes mendekat dan membantu mengelus-elus pundak Laras dengan lembut.

“Uhuukk... Uhuukk..” Kini lanjut batuk. Tenggorokannya sakit, isi perut terasa tidak nyaman sama sekali. Ditambah di dalam kepala yang terasa cenat-cenut.

Wajah yang tertoreh di cermin nampak sangat pucat. Di saat Laras kesulitan mengontrol segala hal yang membuat tubuhnya tak nyaman, perkataan Agnes menyambar masuk ke dalam gendang telinga.

“Laras, Kau tidak lupa memakai pengaman dan meminum pil setelah melakukan hubungan intim kan ?”

“Hah ?”

“Aku tidak ingin Kau mendapat musibah seperti itu. Tapi coba ingat-ingat, apa Kau sudah menstruasi di bulan ini ?”

Laras sempat terdiam satu menit dan angkat suara “Kekhawatiran Mu berlebihan, Agnes. Hahaha, Aku sudah sangat mahir di bidang ini, jadi tidak mungkin membuat kesalahan fatal.”

“Tapi, Laras. Kau tau juga kan, bahwa memakai pelindung saat berhubungan dan meminum pil setelahnya masih menyisakan beberapa persen kemungkinan hamil?”

“Tidak mungkin Agnes.” Laras menggeleng. “Ini hanya karena asam lambung Ku saja.”

“Baiklah kalau Kau tetap kekeh dengan hal ini. Kau lebih paham dari pada orang lain tentang kondisi tubuh Mu. Apa Kau masih ingin meminum obat lambung ?”

“Tidak... Tidak perlu. Aku rasa sudah agak mendingan. Lebih baik Kita segera kembali, kasihan Charles duduk seorang diri.”

“Baiklah.” Balas Agnes yang berdiri tepat di sebelah Laras. Jaga-jaga jika tubuhnya lemas dan jatuh. Dan berusaha keras agar tidak menarik garis senyumnya ke atas.

...*** ...

Setelah duduk kembali, pesanan Mereka sudah datang. Agnes dan Charles langsung menyantap makanan Mereka. Berbeda dengan Laras yang terlihat sudah kehilangan nafsu makan. Padahal beberapa saat yang lalu, Dia sangat tergiur untuk memakan hidangan yang tampak cantik di buku menu tadi.

“Laras ? Kau baik-baik saja ?” Tutur Charles.

“Mau pesan menu yang lain ?” Sambung Agnes.

Tatapan Charles dan Agnes sungguh membebani. Sehingga membuat Laras dengan berat hati memakan menu yang terasa tawar di lidah.

...*** ...

Kini Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil. Laras masih dalam keadaan tubuh yang tidak merasa nyaman. Ingin sekali cepat sampai di apartemen, mandi dan tidur. Hanya itu hal yang terlintas di benaknya.

“Charles, apa Aku boleh mengurus undangan pernikahan Kita ?” Ucap Agnes memecahkan keheningan.

“Hem ? Tentu saja boleh. Kau pasti punya kenalan yang memiliki desain yang Kau sukai bukan ? Kau boleh mengaturnya sesuai keinginan Mu.”

“Kau tidak keberatan ?”

“Hahaha, tentu tidak Agnes. Ini hanya undangan, dan lagi, ini pernikahan Kita. Kau bebas mengatakan dan melakukan hal yang Kau inginkan. Cukup Kau suarakan saja, dan akan Ku usahakan agar terpenuhi.”

“Terimakasih Charles. Kau sangat pengertian.” Ucap Agnes saat atensinya dan atensi Charles bertemu di kaca spion.

Sekilas Agnes melirik dua tangan Laras yang sudah dikepal lantaran menahan emosi. Dia dengan jelas tengah merasa cemburu saat ini.

“Laras, apa Kau kesakitan ? Kau menggenggam—“

Takh!

“Jangan sentuh Aku!” Teriak Laras usai menepis tangan Agnes yang ingin menggenggam tangannya.

Cit!

Charles menginjak rem secara dadakan. Untung saja tidak ada kendaraan di belakang.

“Maaf, Aku seharusnya mengerti—“

“Kenapa Kau menepis tangan sahabatmu dengan kencang ? Dia berusaha untuk memberikan perhatian pada Mu, sialan!” Teriak Charles penuh emosi. Melihat wajah Agnes yang menahan sakit membuat Charles tidak terima.

Teriakan Charles semakin membuat Laras membenci Agnes. “Saat ini yang lebih sakit adalah tubuh Ku. Tapi kenapa Agnes yang di perhatikan ? Apa-apaan ? Hanya karena Kalian terikat dengan hubungan pertunangan yang di atur oleh orang tua ? Sangat tidak adil!” Pekik nya di dalam batin, dan hanya bisa mengeluarkan perasaan kesalnya lewat air mata.

“Hikss.. Maaf, Aku kehilangan kontrol karena tubuhku masih terasa sakit.” Keluhnya dengan suara lemah.

“Baiklah baiklah... Charles, minta maaflah pada Laras. Bentakan Mu barusan membuat Dia ketakutan.”

“Haah.! Baiklah, maaf. Aku hanya reflek melakukan nya saat Kau memukul tangan Agnes dengan kencang barusan.” Charles membenarkan posisi duduknya dan kembali melihat ke depan.

“Hahaha, ini Dia. Aku akan selalu menang. Saat air mata ini sudah keluar, Sahabatku ini akan menegakkan bendera keadilan untukku.” Batin Laras tersenyum senang dalam pelukan Agnes.

Kini wajah Agnes tidak dapat di lihat oleh Laras maupun Michael yang tengah fokus mengemudi, Dia memanfaatkan cela ini untuk mengulas senyum lebar tanpa harus di tutupi dengan tangan.

“Hah! Dugaan Ku mencapai angka 100%. Kebenaran nya kini terpampang nyata.” Batinnya kegirangan.

...*** ...

Dua hari kemudian, saat jarum jam panjang dan jarum jam pendek bertengger di angka 12, Agnes tengah mencuci buah-buahan untuk di letakkan di atas meja makan.

Bukan meja makan keluarga Roosevelt, melainkan meja makan keluarga Lecllair. Hari ini tidak ada acara spesial, namun Theresia Fyodorou mengundang Agnes secara langsung agar mau makan siang bersama. Agnes tidak punya kuasa untuk menolak setelah semua kebaikan yang Theresia torehkan sejak kejadian luka di bibirnya. Tidak semua, namun Agnes sudah membuka sedikit cela untuk keluarga Lecllair.

“Nak Agnes, Ku dengar lima minggu lagi pernikahan Mu dan Charles Eklet akan dilaksanakan. Apa Kau akan cuti satu minggu untuk berbulan madu ?”

“Uhuukk.!! Uhuukk.!” Michael dan Brigida kompak tersedak. Dalam keadaan itu, Brigida membantu menyodorkan air putih terlebih dahulu pada Michael.

“Benar bahwa pernikahan akan berlangsung sebentar lagi, namun besar kemungkinan Aku tidak akan mengambil cuti, Nyonya Theresia.”

“Apa tidak ada bulan madu ? Sekalipun Pernikahan yang diatur oleh keluarga, biasanya tetap ada bulan madu, Agnes. Untuk mendatangkan penerus— Ugh!“

“Jangan dengarkan perkataan Pria tua bangka ini, Agnes. Orang kaya selalu penuh dengan perhitungan merepotkan dalam hal apapun. Untunglah Dia tidak bisa berkutik saat dulu dekat dengan Ku.” Sela Theresia sambil menginjak kaki Feliks.

“Hahaha, tidak apa Nyonya Theresia. Aku berkata seperti ini karena memang tidak ada pembahasan tentang bulan madu sebelum pertunangan sampai detik ini.”

Walaupun Feliks dan Theresia tau bahwa Sang Putra tengah menaruh hati pada Agnes, tapi Mereka tetap terang-terangan bertanya tentang topik sensitif. Toh Michael belum tentu dapat meluluhkan Agnes dalam waktu singkat.

“Ekheem.. Ekheem.. Ayah, Ibu. Ada yang ingin Aku sampaikan.” Cetus Michael setelah mengatur suara.

“Hum ? Apa itu ?” Jawab Feliks

“Jika tentang pekerjaan lebih baik Kau dan Ayahmu pindah ke ruang kerja. Kalian makan dan berdiskusi saja di sana.” Tutur Theresia saat wajah Feliks berubah serius. Dan wajah-wajah ini sering membahas tentang bisnis di meja makan.

“Tenang saja, Ibu. Kali ini bukan tentang bisnis.”

“Oh... Kalau begitu katakan saja.”

“Ayah, Ibu... Aku menyukai Agnes Roosevelt.”

“Uhuukk.!! Uhuukk.!” Kali ini gantian Agnes yang tersedak. Dia tidak sendirian. Brigida pun kembali tersedak dan lagi dengan susah payah menyodorkan air putih untuk Agnes.

Theresia dan Feliks membolakan mata tak percaya. Anak Mereka akan mengejar dengan cara seperti ini ?

Sedangkan sambil meminum air, Agnes berusaha mengatur nafas dan terus memukul-mukul dadanya. Syok dengan pernyataan penuh kejujuran yang terlontar dari mulut Michael barusan.

...*** ...

Jangan lupa like dan komen ya. Thank you so much Darling~♡

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!