"Dengerin saya baik-baik, Ellaine! Kamu harus jauhin Antari. Dia bakal kuliah di luar negeri dan dia bakal ngikutin rencana yang saya buat. Kamu nggak boleh ngerusak itu. Ngerti?"
Gue berusaha ngontrol napas gue. "Nyonya, apa yang Ella rasain buat dia itu nyata. Ella—"
"Cukup!" Dia angkat tangannya buat nyuruh gue diam. "Kalau kamu beneran sayang sama dia, kamu pasti pengen yang terbaik buat dia, kan?"
Gue ngangguk pelan.
"Bagus. Karena kamu bukan yang terbaik buat dia, Ellaine, kamu tahu itu. Anak dari mantan pelacur, pecandu narkoba nggak pantas buat cowok kayak Antari."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Mata Hitam
Pas kita balik ke meja, Irvy sudah nggak bisa diganggu. Karena lidahnya Sion sudah ada di tenggorokannya.
Si Mata Hitam memperhatikan gue dengan ekspresi terhibur. Gue cuma angkat bahu. Dia ulurkan tangannya. "Ayo, kita cari tempat lain."
Minuman terus berdatangan, satu gelas habis, gelas lain datang lagi. Si Mata Hitam nyuruh gue santai dan minum lebih pelan, tapi gue cuek. Rasanya enak banget setelah sekian lama.
Makin banyak gue minum, makin sering pikiran gue balik ke pemilik klub berengsek ini.
Mau main apa sih dia?!
Satu hari nyaris nyium gue, besoknya ngomong kalau dia cuma mau hubungan kerja?!
Sok banget, memang siapa dia?!
Memang gue bilang gue mau lebih dari sekadar hubungan kerja?!
Berengsek.
Sudah, Ellaine!
Lo punya cowok yang bisa dibilang seperti model di depan lo. Lupakan si bajingan itu.
Tapi... argh!
Gue sudah mau angkat gelas tequila lagi pas si Mata Hitam nahan tangan gue di udara. "Eh, eh, santai, santai."
Gue turunin gelas gue. "Gue baik-baik aja."
Dia memperhatikan gue. "Gue rasa enggak. Lo kelihatan kesal banget. Gue gak ada masalah sama orang yang minum karena emosi, tapi lo harus lebih santai."
"Minum karena emosi?"
"Ya, tahu kan? Minum sambil marah. Temen gue sering banget begitu."
"Kayaknya gue bakal cocok sama temen lo. Kita pasti punya banyak kesamaan."
Si Mata Hitam ketawa kecil. "Percaya deh, lo gak mau kenalan sama dia. Orangnya gampang naik darah."
Terus dia ngambil tangan gue dengan lembut, deketin dirinya ke gue di sofa berbentuk L tempat kita duduk.
"Kalau lo mau ngelupain sesuatu, ada cara lain, tahu?"
Dia berhasil nyedot perhatian gue sepenuhnya. Gue gigit bibir bawah, senyum dikit. "Kayak apa?"
Tangan satunya nyentuh pipi gue, wajahnya deket banget sampai gue bisa ngerasain napasnya di bibir gue.
Gila, dia cakep banget.
"Gue rasa lo tahu jawabannya."
Gue hampir aja nyium dia.
"Ellaine!"
Suara Irvy bikin gue dan Mata Hitam langsung noleh ke dia yang berdiri di sebelah kita, tangan di pinggang, ekspresinya penuh arti.
"Boleh ngomong bentar?"
Tapi sebelum gue bisa jawab, si Mata Hitam narik perhatian gue lagi.
"Nama lo Ellaine?"
Irvy mendengus. "Lo berdua bahkan belum nanya nama masing-masing? Ellaine, ini Elnaro. Elnaro, ini Ellaine."
Gue baru aja mau nyapa, tapi Elnaro malah memperhatikan gue dengan ekspresi horor sebelum langsung melepaskan gue, seperti baru aja nyentuh sesuatu yang gak seharusnya disentuh.
"Sial..."
Gue memperhatikan dia bingung. "Kenapa?"
Elnaro pegang kepalanya, jelas panik.
"Jangan bilang lo kerja di rumah keluarga Batari... Lo Ellaine yang itu?"
Gue makin mengerutkan alis. "Kita pernah ketemu?"
"Brengsek!" Dia langsung bangkit. "Gue ke toilet bentar."
Terus, dia pergi begitu aja tanpa ngejelasin apa pun.
Irvy langsung duduk di samping gue. "Gue gak mau ganggu sih, tapi Sion ngajakin gue ke apartemennya. Gue gak bakal ninggalin lo sendirian kalau lo gak mau, kita bisa anter lo pulang dulu atau kasih duit buat naik taksi."
Gue sudah tahu ini bakal kejadian. "Gue baik-baik aja, lo pergi aja."
Irvy menggenggam tangan gue, nyelipin duit buat ongkos. "Jangan minum lagi, dan kabarin gue pas lo udah nyampe rumah."
Dia cium kepala gue sekilas sebelum cabut.
penasaran dgn part yg antari mukulin asta 🤔
btw, apa asta suka sama ella ya🤔