Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. siapa dalangnya?
Indah mendapat kabar dari pak Ahmad kalau anak sulungnya mendapat teror, dia langsung menghampiri anak dan menantunya di kamar tamu.
Tok.. Tok ..
"Adel." Panggil Indah.
Tidak ada sahutan dari dalam, pintunya terkunci dan Indah terus mengetuk pintu dari luar. Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Indah pun pergi.
Di dalam kamar.
Adel membantu Al memakai pakaiannya, namun Al bersikeras ingin memakainya sendiri dengan alasan dia sudah mempunyai wudhu.
"Berikan padaku" Ucap Al meminta pakaiannya.
"Biar aku bantu pakaikan bajunya. Ucap Adel.
"Katanya mau sholat subuh...! Tadi aku sudah wudhu kalau kau sampai menyentuh salah satu bagian tubuhku berarti batal, lagian kenapa kau selalu ngotot ingin memakaikan baju padaku? Kau mau melihat tubuhku yang seksi bukan?" Protes Albert.
Adel memutar bola matanya jengah, dia ingin membantu Al memakai bajunya semata-mata bukan untuk menikmati keindahan tubuh suaminya, namun dia hanya ingin mempersingkat waktu saja.
"Badan kerempeng kayak gitu aja bangga bener, kagak ada menariknya buat di lihat." Ucap Adel.
Al mengerucutkan bibirnya, jika sudah behadapan dengan Adel maka sifat aslinya akan berbanding terbalik dari dingin menjadi bawel.
Akhirnya Albert pun manut saja, dia pasrah saat Adel memakaikan baju dan mau tak mau Albert kembali mengambil wudhu. Setelah semuanya selesai, mereka pun sholat subuh.
****
Pagi hari.
Seperti biasanya, setiap pagi hari keluarga Wiguna sarapan bersama, sebelum memulai sarapannya Adel pasti ke dapur menyiapkan makanan untuk suaminya.
"Selamat pagi semuanya..!" Ucap Satria menyapa semua anggota keluarga.
"Pagi juga, Satria duduk lah, kita sarapan bersama." Ucap Indah.
"Tidak usah nyonya, saya sudah sarapan di rumah." Ucap Satria menolak dengan halus tawaran Indah.
Cindy senyam senyum sendiri saat melihat Satria datang, Rasya menggelengkan kepalanya melihat adik bontotnya yang kesemsem setiap kali ada Satria.
"Mom nikahin aja tuh anak bontot, ngeri liatnya apalagi udah mesam-mesem gitu takutnya kalo dibiarin lama-lama bisa gila beneran dia." ucap Rasya menyarankan agar adiknya itu segera di nikahkan, melihat tingkahnya Cindy membuatnya geli.
"Enggak..! Tunggu dia lulus kuliah dulu, baru boleh nikah." Tolak Indah dengan tegas.
Cindy mengerucutkan bibirnya, dia sudah menyukai Satria sejak duduk di bangku SMA namun setiap kali dia mendekati asisten pribadi kakaknya itu selalu saja menghindar.
"Ihh Mommy..! Kan bisa kuliah walaupun udah nikah, Bang sat aja gak bakal keberatan kok." Protes Cindy.
"huss .. Kalo ngomong tuh yang lengkap..! Masa nama sebagus itu di samain sama maling sih." Tegur Indah.
"Heheh maafin neneng ya, bang satria." Ucap Cindy cengengesan ke arah Satria.
"Tidak apa-apa Nona." Jawab Satria datar.
Al merasakan hangat saat berkumpul dengan keluarganya, Adel membawa makanan yang telah siap di masaknya ke meja makan. Melihat Adel sudah datang Indah menginstruksikan agar memulai sarapan bersama, setiap makan bersama Indah meminta kepada anak-anaknya untuk tidak langsung makan, agar yang lainnya bisa makan bersama Al dan juga Adel, maka dari itu Indah selalu menunggu Adel menyelesaikan masakannya, dia memaklumi apa yang Adel lakukan karena setiap pagi Adel membersihkan dan mengurus Al sendirian.
Selesai sarapan, Adel mengantar Al ke kamarnya. Adel mengangkat tubuh Al dan memindahkannya ke kasur, dia keluar dari kamar dan ikut berkumpul di ruang kerja. Sebelumnya Indah berbisik pada Adel untuk ikut ke ruang kerja, ada hal yang akan mereka bahas.
"Maaf aku terlambat." Ucap Adel sambil menutup pintunya.
"Pak Ahmad tolong berjaga di depan, takutnya ada yang mendengarnya di depan pintu kau juga bisa mendengar percakapan kami bukan? Di rumah ini ada mata-mata jadi kita harus lebih waspada." Titah Indah.
Di dalam ruang kerja tidak di pasang alat kedap suara, untuk kedepannya sepertinya Indah harus mengurusnya.
"Baik nyonya." Ucap pak Ahmad.
Pak Ahmad berjaga di depan pintu, Indah mengajak Adel untuk bergabung dengannya membicarakan sesuatu yang penting yang harus di diskusikan.
"Benar kalau semalam ada teror?" Tanya Indah pada Adel.
"Benar, tapi aku tidak bisa melihat siapa orangnya karena sudah malam." Jawab Adel.
"Nyonya maaf menyela, saya sudah mengumpulkan semua bukti yang kini saya dapatkan, namun jika memang ada mata-mata di rumah ini bisa di pastikan kita akan kesusahan menangkap siapa dalang dari semua ini." Ucap Satria.
"Saranku lebih baik kita berbagi tugas, biar kakak ipar fokus mengurus kak Al saja, aku dan Cindy yang akan mengawasi setiap orang yang ada di rumah bersama pak Ahmad, bagaimana?" saran Rasya.
Indah dan Satria saling pandang satu sama lain, keduanya memiliki pemikiran yang sama, Adel memikirkan cara lain selain yang di sarankan oleh Rasya.
"Menurutku lebih baik kita fokus dengan kesembuhan Al agar lebih memudahkan kita mencari siapa dalangnya, semalam Al juga bicara tentang wanita yang menemuinya di rumah sakit, tapi aku tidak terlalu menanggapinya takut dia kembali ketakutan, menangkap tikus di rumah itu mudah namun untuk menangkap ketuanya itu pasti cukup sulit bukan? aku akan membawa Al ke rumah orangtuaku, setelah tikus di dalam rumah ini tertangkap, aku akan bawa sumiku pulang demi ke amanan Al sendiri."Jelas Adel.
"Aku punya cara lain, nyonya." Ucap pak Ahmad menyembulkan kepalanya di balik pintu.