THE REAL PRINCES
Menjadi anak yang dituntut untuk menjadi nomor dua. Membuat Lueina Philips, di kesampingkan keberadaannya.
Deon Philips adalah pria kaya raya yang merajai segala bisnis. Pria itu memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Ludwina Thompson.
Mereka dikaruniai anak kembar sepasang. Louis Edwar Philip dan Lueina Elisabeth Philips.
Louis memiliki mata biru sang ayah sedang Luein memiliki warna abu-abu seperti kakeknya Dek Robert Philips, ayah dari Deon.
Rambut Louis yang blonde dan warna kulitnya putih bersih. Ia juga memiliki ketampanan di atas rata-rata. Sama dengan saudara kembarnya, Luein juga memiliki kecantikan yang sangat sempurna.
Sayang. Sebagai anak perempuan, Luein harus jadi nomor dua, apapun prestasi yang ia capai.
"Bagus, Nak," hanya itu saja yang terlontar dari mulut keduanya ketika ia berhasil memperoleh bintang dalam karya lukisnya.
Tapi, jika Louis yang mendapatkan nilai bagus, walau anak itu mendapatkan nilai kedua. Baik Deon dan Ludwina akan menyanjungnya dengan membawanya jalan-jalan atau memberinya hadiah yang mahal.
Bahkan tak jarang, jika piala-piala yang Luein dapatkan adalah hasil dari Louis.
Hal itu tentu saja membuat Luein marah. Gadis itu merasa jika orang tuanya sudah sangat keterlaluan.
Sebagai aksinya. Luein akhirnya memposisikan diri selalu nomer dua, baik itu prestasi akademik atau non akademik.
Hal itu bertujuan agar Louis tidak bisa dibanggakan kedua orang tuanya.
"Luein, kenapa akhir-akhir ini nilaimu selalu nomor dua?" Tanya Wina, sang Mama.
"Kenapa, Ma? Kemarin ketika aku selalu nomor satu, nilaiku tidak Mama perhatikan sama sekali, bahkan dengan bangga Mama bilang itu adalah nilai Kak Loui!?' sarkas Luein.
"Apa maksudmu. Mama tidak pernah ...."
"Tidak apa, Ma!?" sergah Luein kesal memotong.
"Bukankah kemarin Kak Louis menyabet gelar juara satu tiap tahun, tapi sebenarnya itu adalah gelar ku!?" lanjut Luein tak terima.
"Lantas kenapa sekarang ketika aku tidak lagi juara, Mama bilang aku malas belajar?!"
"Apa tidak ada lagi bukti untuk kau ambil guna menutupi kebodohan putramu itu!"
"Luein!"
"Cukup, Ma! Aku tak tahan lagi. Lulus tahun ini, aku sudah mendaftarkan diriku ke sekolah asrama putri di kota N!" ujar gadis itu langsung memberikan keputusan.
Mamanya terdiam. Luein pergi begitu saja, walau sekarang gadis itu menyesal telah berkata keras pada wanita yang melahirkannya itu.
Luein abai akan kedatangan papanya. Gadis itu melangkah meninggalkan rumah dengan tatapan kosong.
Deon hanya menghela napas kasar mendapati putrinya melangkah tanpa berpamitan dengannya.
"Kenapa putrimu?" Tanya Deon ketika melihat sang istri keluar dari kamar gadis itu.
Ludwina hanya bungkam. Deon tak melanjutkan keingin tahuannya. Pria dengan postur tubuh 180cm itu berjalan ke kamar diiringi oleh istrinya.
Malam telah datang. Deon, Ludwina dan Louis sudah berada di meja makan, sedang Luein tidak ada. Mereka tetap makan seakan memang tidak ada yang mereka tunggu.
Ludwina melayani dua lelaki kebanggaannya dengan sangat manis. Sebuah percakapan ringan terdengar sebelum mereka menyantap makan malam. Lalu hening ketika makan.
Semua terjadi seperti itu hingga empat tahun kemudian.
4 TAHUN KEMUDIAN.
Usai makan malam mereka pergi begitu saja ke ruang keluarga. Para maid bergegas membersihkan meja makan.
Ketika di ruang keluarga. Deon nampak bertanya serius ke arah Louis.
"Nak, sebentar lagi kau lulus. Akhir-akhir ini, nilaimu merosot drastis. Daddy tidak yakin bisa memasukkan mu ke universitas Brocton Institute."
"Tapi, nilai Louis tidak buruk-buruk sekali Pa! Aku yakin putraku bisa lulus dengan nilai gemilang nanti," bela Ludwina sambil memasang wajah yakin.
Deon hanya menghela napas berat.
"Kau tahu! Universitas itu mengubah skrip nilai yang mereka terima. Mereka akan mendata keseluruhan nilai dari semester awal sekolah. Dan kau tahu, nilai Louis tidak begitu baik!"
Ludwina memberengut. Ia tidak bisa menampik penjelasan suaminya. Ia sangat tahu kualitas yang diusung universitas ternama di kota mereka. Hanya anak orang kaya yang benar-benar cerdas yang bisa masuk, atau jika tidak memiliki kekayaan. Anak tersebut harus berebut beasiswa yang memang dikejar oleh para anak-anak yang lain.
Louis tidak menanggapi percakapan kedua orang tuanya. Pria itu hanya diam melamun. Pikirannya entah kemana. Dididik untuk mengikuti semua kemauan orang tua, membuat pria itu tidak memiliki pendirian.
Ludwina memanjakan putranya secara berlebihan, sedang Deon tidak ambil pusing dengan apapun yang dilakukan oleh sang istri.
Pria itu terlalu sibuk mengembangkan usahanya hingga ke mancanegara. Kepiawaiannya dalam bisnis tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Banyak kawan dan lawan yang sangat segan padanya. Sosok Deon bukanlah pria dingin dan arogan. Tapi, tegas dan berwibawa.
Sayang. Kepiawaiannya dalam berbisnis tidak sebanding dalam mengolah rumah tangganya. Menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya.
Pria itu benar-benar melewati siklus puber karena sejibun kesibukannya. Bisa dibilang pria itu tidak pernah jatuh cinta.
Sedang Ludwina adalah sosok wanita yang memang didandani untuk dinikahi oleh pria kaya raya. Hanya berbekal kecantikan dan sedikit kelebihan, tetapi banyak kepintaran, kelebihan dari Ludwina. Wanita itu sangat penurut.
Makanya ketika orang tua Deon tengah mencari istri yang bisa di stir oleh keluarga. Ludwina satu-satunya wanita yang mengalahkan ribuan kandidat untuk diperistri oleh Deon.
Sayang, kedua orang tua Deon meninggal sangat cepat. Hingga tidak bisa mengawasi cucu mereka.
Ludwina hanya menciptakan putranya sosok yang indah dipandang. Tapi, wanita itu tidak pernah menggali apa yang putranya bisa lakukan.
Louis terdidik untuk jadi anak yang penurut. Dipaksa untuk belajar semua pendidikan bisnis dari usia dini.
Padahal Louis sangat bagus dalam dunia seni lukis. Lukisan pertamanya saja bisa laku hingga ratusan dolar.
Sayang, Ludwina menolak kebisaan putranya. Wanita itu selalu memarahi Louis jika sudah memegang kuas dan cat.
Tanpa segan, Ludwina membuang dan mematahkan semua bahan lukisan yang disembunyikan oleh putranya itu.
Setiap acara keluarga. Ludwina tak pernah melepaskan Louis. Wanita itu selalu jadi jurubicara sang putra. Hingga orang beranggapan jika Louis bisu.
Pernah ada salah satu kerabat memprotes cara Ludwina memperlakukan Louis seperti itu. Tapi, Ludwina memiliki seribu alasan untuk membela diri.
Deon ingin sedikit ringan menjalankan perusahaannya, namun ia tidak melihat putranya bisa menggantikan dirinya untuk membantunya menjalankan perusahaan.
Hingga satu kejadian besar terjadi. Louis bunuh diri dengan menggantungkan tubuhnya di tiang atap rumah. Satu coretan ia torehkan di dinding.
"I'm tired!"
Deon sangat terpukul sedang Ludwina pingsan berkali-kali.
"Jika Luein tidak meninggalkan kita. Mungkin kita masih bisa berharap anak itu mau membantuku. Jika sudah begini. Aku berharap pada siapa lagi?" Tanya Deon pada Ludwina.
Seminggu sudah kepergian Louis secara tragis, membuat wanita itu hanya banyak diam. Ia tahu jika ini semua kesalahannya. Penyesalan terus menghantuinya.
"Aku akan mencari putriku!" Putus Deon bangkit meninggalkan istrinya yang masih mematung.
Ludwina hanya bisa menangis dalam diam. Selama nyaris empat tahun sejak kepergian Luien dari rumah. Ia tidak pernah bertanya keberadaan sang putri. Bahkan ia juga tidak pernah memberi Luein uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Bukan karena ia tidak bisa memberi uang-uang itu. Tapi, ia abai dan lupa jika ia memiliki seorang anak yang lain.
Bersambung.
Wah ... Bagaimana nasib Luein?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sita Sit
yaa ampun. luein kasian bgt,Louis tertekan itu samapai bundir,ibu kok membedakan anak2 nya ya,apalagi itu kembar
2024-11-02
0
Lisstia
astagfirullah ibu kandung sendiri aja bisa tega begitu sama putrinya
2024-11-09
0
Jade Meamoure
ibu dodol ini 🤣🤣🤣
2024-11-14
0