Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Mainan Kesayangan
"Pak Arthur,"
Sontak Arthur pun menoleh ke belakang. Ternyata seorang suster memanggilnya.
"Anda sedang apa di sini?" tanya Suster.
"Sebentar, Sus. Saya ada keperluan penting," jawab Arthur.
"Saya sarankan Pak Arthur beristirahat kembali ke kamar. Sebentar lagi dokter akan visit,"
Arthur membalikkan tubuhnya. Namun kini sosok mantan istrinya yang tengah menggendong Aaron, mendadak hilang dari pandangannya.
"Kemana mereka? Oh sial!" umpat Arthur dalam hati.
Ia tak mengindahkan panggilan sang suster. Arthur berjalan perlahan seraya tangan kanan memegang mainan Aaron dan tangan kirinya memegang perutnya karena masih terasa sakit.
Namun pada akhirnya Arthur harus menyerah sementara pada kondisi fisiknya yang tak memungkinkan untuk mencari keberadaan Devina dan Aaron di rumah sakit. Sebab, sampai di depan lobby dan area parkir mobil, ia tak menemukan mereka.
Arthur menghela napas beratnya. Seketika ia mendadak teringat dengan Aaron terutama parasnya.
"Kenapa aku baru sadar kalau wajah Aaron mirip denganku? Tapi, enggak mungkin kalau dia..." batin Arthur.
Ia terus berpikir keras terutama hubungan antara Devina dengan Aaron.
"Bukankah di berita yang lalu, bayi itu sudah meninggal. Apa dia mengambil Aaron sebagai anak angkat atau diam-diam mereka berdua telah menikah dan punya anak yaitu Aaron?" batin Arthur yang terus memikirkannya. "Ah, tapi opsi terakhir sepertinya tidak. Sebab paras Aaron sama sekali tak mirip dengan baji_ngan Reno itu. Aku harus menyelidikinya. Jika memang Aaron darah dagingku, bagaimanapun caranya kita harus rujuk. Perse*tan biarpun kamu masih mencintai Reno sialan itu!"
Dengan terpaksa Arthur kembali ke kamarnya bersama suster. Sedangkan di dalam mobil, Reno, Devina dan Aaron dalam perjalanan kembali ke apartemen.
"Tadi Aaron pergi ke mana? Bukankah Ayah Reno suruh Aaron buat tunggu di depan toilet," Reno bertanya lembut pada Aaron sembari fokus menyetir.
"Aaron kangen Mama. Jadinya, Aaron susulin aja Mama ke luangan doktel ganteng," jawab Aaron apa adanya.
"Ehem..." Reno pun berdehem. Ia begitu cemburu mendengar Aaron memuji dokter yang biasa merawat kesehatan Devina jauh lebih tampan darinya.
"Aaron tadi ketemu Om cakep, Ma."
"Oh, ya. Siapa namanya?" tanya Devina penuh kelembutan pada Aaron yang tengah duduk di pangkuannya. Reno yang menyetir mobil pun seketika memasang pendengarannya dengan seksama perihal pembicaraan Aaron dengan Devina terlebih menyangkut laki-laki di luar keluarga mereka.
"Aduh, aku lupa tanya Ma." Aaron menepuk dahinya. Devina tersenyum tipis melihat tingkah lucu putranya itu.
"Cakep mana nih Om tadi sama Ayah Reno?" goda Reno pada Aaron.
"Ehm, siapa ya?" Aaron tampak sedang berpikir.
"Pasti cakep Ayah Reno dong," sahut Reno.
"Kalau kata Mama cakep Papa," jawab Aaron dengan mimik wajah polosnya seraya tersenyum apa adanya pada Devina dan Reno.
Ciitt...
Seketika Reno menekan pedal rem mobilnya dengan mendadak. Alhasil kini mobil mereka berhenti. Beruntung saat ini mereka berada di jalan yang sedang sepi. Devina juga dengan sigap memegang Aaron agar tidak terbentur dashboard mobil.
"Kamu apa-apaan sih! Kalau enggak bisa bawa mobil dengan bener, tadi lebih baik dianterin sopir Opa," tegur Devina.
"Maaf, Sayang. Aku_" ucapan Reno pun menggantung dan tak berlanjut akibat delikan tajam dari sorot mata Devina.
Saat ini mereka sedang bersama Aaron. Apalagi Devina juga belum mengiyakan perihal pernikahan turun ranjang dengannya. Sepantasnya Reno tak memanggil Devina dengan sebutan 'sayang'. Sebab, Devina pun merasa tak nyaman dengan panggilan itu. Entah mengapa hatinya terasa berbeda kala dahulu berpacaran dengan Reno dengan kondisi sekarang ini.
☘️☘️
Saat perjalanan menuju apartemen, Aaron mendadak tantrum. Sebab ia terus menangis karena baru tersadar mobil-mobilan kesayangannya hilang. Mobil itu kado dari sang mama saat dia berulang tahun yang ke-4.
"Nanti Mama belikan yang baru ya," bujuk Devina.
"Enggak! Aaron mau yang itu. Pokoknya halus itu, enggak mau yang balu. Titik!" teriak Aaron.
Ini sudah beberapa kali Devina dan Reno membujuk Aaron. Namun bocah lelaki yang duduk di bangku taman kanak-kanak itu pun menolaknya. Dikarenakan mainan mobil-mobilan yang hilang itu, ada tempelan sticker khusus yang dibuat Aaron dari kertas ori_gami yakni inisial mama dan papanya.
Ya, Aaron sempat bertanya pada Devina nama sang Papa. Devina masih bungkam. Namun karena saat itu Aaron terus merengek padanya, Devina pun tak tega. Lalu, Devina memutuskan untuk menyampaikan inisial huruf depannya saja pada Aaron.
"Ayah Reno belikan yang jauh lebih mahal ya. Aaron bebas pilih mainan mobil yang mana saja. Sekarang kita ke tokonya ya,"
"Aku mau pulang ke apaltemen Kakek Opa saja!" ketus Aaron.
Devina pun memberi kode pada Reno agar segera pulang ke apartemen. Setelah tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba juga.
Bip...
Pintu utama apartemen Devina buka, Aaron langsung berlari masuk ke dalam kamar Arjuna. Sedangkan sang empunya kamar begitu terkejut karena mendadak Aaron nyelonong masuk di saat dirinya akan mencium bibir istrinya yang tengah pulas tidur siang.
Bening memiliki hobi jika tidur, maka mulutnya akan menganga cukup lebar. Alhasil kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Arjuna, namun berujung gagal.
"Astaga, anak siapa ini hobi kok nyelonong masuk enggak ketuk pintu dulu? Untung silaturahmi dua bibir belum bertemu. Kasihan mata sucinya kalau sampai tercemar polusi gempa lokal," batin Arjuna.
Padahal bukan sepenuhnya salah Aaron juga. Arjuna sepertinya mulai pikun sekaligus tertular virus Dion, si menantu kesayangan megalodon, yang hobi selalu ketinggalan alias terlupa untuk mengunci kamar jika akan memulai adegan pemersatu bangsa. You know what I mean.
"Kakek Opa-Nenek Oma, huhu..." Aaron pun menangis dan langsung naik ke atas ranjang. Saat ini ia sudah berada di tengah-tengah antara tubuh Bening dan Arjuna.
"Loh, datang-datang kok nangis. Jagoan Kakek Opa yang paling tampan se-Kabupaten ini, kenapa?"
"Mobil mainan kesayanganku hilang, Kakek Opa. Sepeltina ketinggalan di lumah sakit di kamal na Om cakep," jawab Aaron seraya mengadu pada Arjuna di sela isak tangisnya.
"Hah, Om cakep itu siapa?" tanya Arjuna.
Bersambung...
🍁🍁🍁