NovelToon NovelToon
"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perjodohan
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: wheena the pooh

Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.

Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.

Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.

Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Humairah memucat saat melihat beberapa orang memasuki ruang A tempat para mahasiswa magang sekarang.

Mereka dikumpulkan untuk mendapatkan sambutan resmi dari pemilik perusahaan, karena minggu lalu sang CEO belum menyempatkan diri pada pertemuan ini, turut hadir pula beberapa dosen pembimbing kampus ungu di sana.

"Matilah aku, tuan itu benar-benar bukan orang sembarangan. Bagaimana ini? oke tenang Mairah, yang tadi itu hanya salah paham"

Humairah bergumam kecil sambil mengatur napas, ia menjadi cemas sendiri ketika menyadari bahwa ia tengah duduk di kursi paling depan.

Gadis itu tidak bercerita pada Lola yang di sampingnya, hingga membuat Lola bingung membaca ekspresi Mairah saat ini.

"Kau kenapa Mairah? Aku perhatikan kau tampak tegang"

"Iya, aku merasa nyawaku di ujung tanduk sekarang, aku mengalami kejadian konyol di toilet, aku memukul pria tanpa alasan"

"Apa? hei apa katamu?" Ulang Lola lagi.

"Aku mengira dia mengintipku pipis, tidak tahunya aku yang salah masuk toilet pria"

"Hhhfffff, lalu apa hubungannya dengan nyawamu di ujung tanduk? itu biasa terjadi bodoh, aku juga sering salah masuk toilet"

Lola menutup mulutnya ingin tertawa.

"Kau tahu pria itu siapa?"

"Mana ku tahu, Mairah jangan berbelit! kau yang mengalami kenapa bertanya padaku, dasar aneh"

"Aku belum selesai bicara," Humairah mencubit kesal lengan sahabatnya.

"Lalu?" Lola mengusap lengannya kesakitan.

"Dia orangnya," jawab Humairah seraya menunjuk diam-diam dengan ekor matanya pada salah satu pria yang baru saja duduk di kursi di hadapan mereka.

"Yang mana? ada tiga lelaki, memangnya siapa yang kau pukul?" tanya Lola terkikik geli.

"Itu, pria yang paling tampan," tunjuk Humairah lagi.

"Hahhhh? whats? pak Alif maksudmu?"

"Kau mengenalnya?"

"Mairaaaaaahhh, dia itu CEO kantor kita magang memangnya kau tidak tahu?"

Humairah menggeleng pelan, ia menggigit bibir bawahnya takut.

"Ya Allah.... aku rasa kau perlu piknik Mairah"

"Lola, bagaimana jika dia mengadu pada dosen pembimbing, lihatlah mereka sedang berbisik sekarang"

Humairah melihat pria yang ia pukul tadi tampak bicara berbisik dengan salah satu dosen pembimbing Humairah.

"Jika dia pemimpin yang baik, tentu akan memaafkan ku yang baru anak kemarin sore ini. Memberi teguran secara baik-baik itu akan membuatnya bertambah berkharisma"

Lola menatap sang CEO dengan lama.

"Iya kan Lola? dia bukan pria sejati jika mengadu hanya hal kecil seperti ini bukan?"

Lola menatap sahabatnya lagi.

"Aku tidak ikut campur," jawab Lola polos.

Satu minggu berselang dari kejadian konyol toilet lelaki, Humairah yang bersyukur hanya mendapat teguran secara baik oleh sang pemilik perusahaan tempatnya magang saat ini.

Tidak ada sanksi karena Alif merasa Humairah adalah mahasiswa yang baru magang di sana karena tentu belum mengenal seluk beluk kantor termasuk tata letak toilet lelaki dan wanita.

Gadis itu mengerjakan tugas dan belajar dengan baik selama dua minggu magang di kantor milik Alif itu.

Iya, Alif Zayyan Pratama pria berumur 30 tahun yang telah mencapai kesuksesan diatas rata-rata pria seusianya.

Memimpin sebuah perusahaan besar turun temurun milik keluarganya, pria yang cukup dikenal dikalangan pebisnis muda. Tampan, berhidung mancung dan memiliki jambang tipis di rahangnya dan memiliki tinggi 180 cm.

Siapa yang tidak terkesima, dari wajahnya saja sudah membuat para kaum hawa histeris menjerit dalam hati karena pesona seorang Alif.

Pria berkulit sawo matang itu tengah melihat jam di pergelangan tangannya. Ia tampak menghubungi seseorang lewat ponsel mahal nan canggih miliknya.

"Hallo mama, maafkan aku sepertinya aku akan terlambat ke sana, aku baru akan keluar dari acara ini"

Ia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban dari seberang telepon.

"Tenanglah, aku pasti datang. Apapun untuk mama aku tutup dulu ya nanti akan ku hubungi lagi"

Setelah saling berbasa basi akhirnya Alif menutup telepon dan kembali masuk ke ruang dimana ada beberapa orang yang tengah berpesta, iya sebuah pesta ulang tahun salah satu teman baiknya.

"Apa kau yakin untuk datang? aku masih tidak percaya jaman sudah modern seperti sekarang masih saja ada sistem perjodohan"

Alif hanya menghardikkan bahunya santai ketika mendengar beberapa temannya bertanya, ada juga yang mengejek dirinya yang seakan begitu tunduk dengan aturan orangtua meski telah dewasa, terlebih urusan perjodohan.

"Ayo kita bertaruh Alif benar-benar menerima wanita pilihan ibunya atau tidak setelah mereka bertemu nanti"

Ucap salah satu temannya seraya mengacungkan gelas minuman mereka.

Alif terkekeh melihat tingkah mereka, ia hanya bisa menggelengkan kepala dalam hati ia juga merasa konyol akan menikah dengan perempuan pilihan ibunya nanti.

"Aku akan mentraktir kau berlibur sepuasnya jika wanita itu ternyata lebih cantik dari Syasya," tawar Daffa salah satu sahabat Alif saat ini.

Alif menoleh.

"Itu kalau dia lebih cantik, bagaimana jika dia jelek? apa kau masih mau?" pertanyaan lain muncul dari teman yang lain.

Mereka semua tertawa ketika Alif menjawab pula, "Tentu akan ku pertimbangkan lagi."

"Aku akan pergi sekarang," sambung Alif lagi ketika ia kembali melihat jam di pergelangan tangannya.

"Huh dasar anak mama," sela Daffa terkekeh melihat raut malas Alif untuk pergi.

Humairah sedang mengambilkan minuman untuk tamu yang telah datang sesuai janji dengan ibunya.

Lama Humairah melamun dengan tangan masih mengaduk-aduk teh buatannya.

"Maafkan aku Rasya, sepertinya kita tidak berjodoh"

Gumam gadis itu seorang diri, airmatanya mengalir mengingat percakapan orangtuanya semalam tentang perjodohan yang memang mereka harapkan.

"Bismillah"

Dengan langkah gugup Humairah memutuskan membawa nampan berisi beberapa gelas teh hangat untuk tamu ibunya malam ini.

"Maaf jika lama menunggu," suguh Humairah dengan sopan, ia bersimpuh menyajikan teh hangat pada dua orang tamu beserta ayah ibunya.

"Aisyah sayang, duduklah di sini"

Suara ayah Ihsan membuat Humairah segera mengangguk dan ia berdiri untuk mengambil posisi duduk di tengah-tengah ayah dan ibunya.

"Silahkan diminum bi tehnya," Humairah berbasa basi.

Ia menjadi bingung karena yang datang bertamu hanya bibi Rika dan salah seorang anak perempuannya beserta lelaki paruh baya yang mereka kenalkan sebagai saudara dari almarhum suami bibi Rika.

Tidak ada pria lain yang menjadi calon suaminya seperti janji pertemuan itu bahwa malam ini akan hadir pula pria yang akan dipertemukan dengannya sebagai calon suami dari perjodohan singkat itu.

Bibi Rika tersenyum melihat raut bingung Humairah.

"Apa kau sedang mencari calon suamimu nak?"

Humairah hanya bisa tersenyum malu, ia membenarkan dalam hati bahwa ia sebenarnya cukup penasaran dengan lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

"Bibi membuat ku malu"

Semua tertawa mendengarnya.

"Bersabarlah sebentar lagi juga sampai," jawab bibi Rika lagi.

Mereka larut dalam cerita nostalgia jaman mereka sekolah dan bersahabat, hingga membuat Humairah cukup jenuh namun tidak berani menghindar dari situasi tersebut.

"Maaf ayah ibu, paman dan bibi, boleh aku ke belakang sebentar?" Humairah pamit ingin mencari udara segar dan tidak ingin mengganggu percakapan para orangtua.

"Tentu boleh sayang," jawab ibu Aini.

Humairah pamit sopan lalu berjalan ke arah belakang, ia keluar lewat pintu samping rumahnya yang terdapat teras di sana.

Humairah menarik napas dalam berkali-kali, ingin rasanya ia menangis, gadis ini tidak menginginkan pernikahan pada umurnya yang masih muda seperti sekarang terlebih ia belum lulus kuliah, ia mempunyai impian untuk melanjutkan kuliah magister di luar negeri dari beasiswa yang dalam target akan ia kejar setelah wisuda.

Namun malam ini, jauh dari rencana hidupnya ia akan bertemu seorang lelaki dari keluarga kaya sahabat ibu dan ayahnya, sungguh ia ingin menolak tetapi terasa berat mengingat ia harus tahu diri untuk tidak menolak keinginan kedua orangtua angkat yang telah merawat dan menyayanginya sejak ia berumur 6 tahun.

Segala impian rela ia kuburkan demi menyenangkan ayah dan ibunya, meski akan menikah dengan orang asing sekalipun, tanpa cinta tanpa saling mengenal sebelumnya.

Matanya mengarah pada sebuah lampu mobil yang datang mendekat ke halaman rumahnya, Humairah mengernyit heran ketika melihat siapa yang turun dari sana.

"Haaa? pak Alif? kenapa beliau kemari?"

Humairah bertanya-tanya seraya berjalan berniat menghampiri.

"Pak Alif?"

Pria itu terkejut saat ada yang memanggilnya ketika pria itu baru saja keluar dari mobil.

"Astaga, kau membuatku terkejut"

"Maaf.... kenapa bapak bisa kemari? apa bapak tersesat?"

"Tersesat? hei apa ini rumahmu?" tanya balik oleh Alif yang menyimpan kunci mobilnya ke dalam saku celana.

Dari ambang pintu, terdapat beberapa orangtua yang melihat mereka dari kejauhan.

"Kau lihat Aini, mereka bahkan sudah saling bicara tanpa kita kenalkan lebih dahulu," ucap bibi Rika pada ibu Aini, mereka saling melempar senyuman.

Humairah mengangguk, lama Alif menatapnya seakan belum percaya bahwa gadis cantik yang pernah memukulnya tempo hari adalah gadis yang dimaksud oleh ibunya.

"Apa kau punya adik perempuan atau kakak perempuan?"

Humairah menjadi heran kenapa pria itu bertanya hal itu.

"Tidak, aku sendiri maksudku anak tunggal"

"Alif, ini adalah Aisyah yang mama maksud," tiba-tiba bibi Rika menghampiri mereka seraya tersenyum senang, ia merangkul lengan Humairah lalu mengusapnya pelan.

Alif menoleh lagi pada Humairah yang juga tampak terkejut.

"Aisyah sayang, ini putra bibi Alif Zayyan Pratama. Calon suamimu"

1
Lena Sari
ayo Daffa selamatkan Humaira dari poligami yg tidak adil ini
SiFa
Luar biasa
niex
besok tmp sampahnya dipindah aja lif😄
Yora Fitriani86
kasihan/Drool/
Yora Fitriani86
,jahat
Yora Fitriani86
/Drool//Drool/
Yora Fitriani86
huhuhu sedih aku papa Imran
Yora Fitriani86
uh betul papa Imran
Yora Fitriani86
/Sob//Sob/
aca
nah ini yg q tunggu akirnya ceraii
aca
cerai aja humaira qm. aja tololl laki bodoh plin plan kayak dia bekas madu jahat jangan mau.. kok bs berbagi laki kok ada wanita tolol di dunia ini
aca
emang serakah si alif laki munafik
aca
bodoh aja klo g mau cerai suami mana bs adil hmmmmmmmmm tolol bgt ne perempuan. kayak gk bs cari laki. lain aja ceraii jd janda muda
aca
males bgt q punya suami bekas madu
niex
kok cm 4..kurang
Yeni Wahyu Widiasih
Luar biasa
pipi gemoy
👍🏼🙏🏼☕👏🏼
niex
aaiisshhh mayang lagi..knp sich harus mayang😄
niex
beeggghhhhh.....aaatiiiittt
niex
hmmm..istri tua yg muda😁 dan istri muda yg tua...piye to kiih😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!