Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermalam Di Hotel
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini pagi. Semua keluarga masih setia berada di ruangan sang Nenek. Mereka masih sedih dan terpukul atas meninggalkan Nenek tersebut.
"Hoam~" Kenzie terlihat menguap di atas gendongan Silvia yang tanpa sengaja dilihat oleh Nyonya Lenny
"El," seru Nyonya Lenny.
"Iya, Mi?" jawab Emmanuel.
"Sudah larut malam. Sebaiknya kamu bawa Selvia dan Kenzie menginap di hotel," ujar Nyonya Lenny.
"Tapi bagaimana dengan kalian?" tanya Emmanuel.
"Mami dan Papi masih mau di sini," jawab Nyonya Leny.
"Almira dan Raja?" Tatapan Emmanuel pun langsung tertuju pada Almira dan Raja.
"Kami mau langsung pulang aja, El. Karena Chandra kami tinggalkan di rumah kepala desa, takut dia sampai merepotkan kepala desa di sana," jawab Raja.
"Kenapa kalian tidak membawanya ikut?" tanya Emmanuel merasa heran.
"Chandra mabuk udara. Takutnya dia jadi sakit kalau kami membawanya," jawab Raja yang membuat Emmanuel menganggukan kepalanya dengan paham.
"Kalau begitu aku pamit dulu," ujar Emmanuel dibalas anggukan kepala oleh semua keluarga.
"Hati-hati di jalan, El. Jangan sampai calon menantu Mami kenapa-napa," ucap Nyonya Lenny.
Deg ....
Jantung Silvia pun langsung berdegup dengan kencang saat mendengar ucapan Nyonya Lenny itu. Apakah Nyonya Lenny sudah memberikan restu pada Silvia dan Emmanuel?
"Pasti, Mi. Silvia pasti akan aman di tanganku," ujar Emmanuel tersenyum penuh arti.
"Mami percaya padamu," ucap Nyonya Lenny.
"Ayo, Silvia." Emmanuel pun membawa Silvia pergi dari sana.
______________________________
Di sebuah kamar hotel. Emmanuel dan Silvia berada di dalam satu kamar yang sama. Emmanuel hanya memesan satu kamar saja dikarenakan kamar di hotel tersebut sudah penuh semua dan hanya tersisa satu kamar saja.
"Ah ... leganya." Silvia meregangkan otot-ototnya ketika ia menurunkan Kenzie yang sudah tertidur itu di atas kasur. Sejak tadi ia terus menggendong Kenzie membuat tubuhnya merasa sedikit pegal dan lelah.
Emmanuel yang melihat itu, lantas segera mendekat. "Kau lelah?" tanyanya.
Silvia menganggukan kepalanya secara perlahan. "Sedikit ...."
"Tidurlah," titah Emmanuel.
"Bagaimana denganmu?" tanya Silvia.
"Aku mau mandi dulu. Tubuhku rasanya sangat lengket karena keringat. Jika kau lelah maka tidurlah lebih dulu," ujar Emmanuel dibalas anggukan paham oleh Silvia.
Silvia pun merangkak naik ke atas kasur lalu berbaring di samping Kenzie. Sedangkan Emmanuel langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari bau keringat.
Beberapa menit kemudian. Emmanuel keluar dari dalam sana dengan menggunakan boxer saja. Pandangan Emmanuel langsung tertuju pada Silvia dan Kenzie yang tertidur pulas sembari berpelukan. Entah mengapa Emmanuel merasa sangat iri pada Kenzie, karena putranya itu bisa memeluk Silvia sambil tertidur.
"Aku juga ingin memeluknya sambil tertidur," gumam Emmanuel seraya mendekat pada kedua orang itu. Perlahan-lahan Emmanuel ikut naik ke atas kasur lalu berbaring di samping Silvia. Tangan kekar pria itu pun melingkar dengan sangat sempurna di pinggang ramping Silvia.
Dan kini posisi Silvia dihimpit oleh kedua bayi. Yang satu bayi kecil dan satu lainnya bayi besar.
"Umm ... Nyaman banget. Sudah lama nggak meluk cewek, ternyata rasanya memang senyaman ini," gumam Emmanuel mempererat pelukannya pada Silvia.
Emmanuel pun mulai memejamkan matanya. Dan Mereka bertiga pun tertidur sembari berpelukan layaknya keluarga yang sangat bahagia.
__________________
Pagi hari.
Din! Dong!
Silvia langsung terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara Bell yang menggelegar. Bersamaan dengan itu Silvia langsung dikejutkan ketika menyadari tubuhnya sedang dipeluk oleh Emmanuel dan juga Kenzie dari samping kanan dan kiri.
"Ya ampun. Pantas saja badanku rasanya sangat berat. Ternyata ulah kedua orang ini," gumam Silvia sembari terkekeh.
Din! Dong!
Bell kembali berbunyi. Silvia yang mendengar itu lantas menyingkirkan kedua tangan Emmanuel dan Kenzie yang sedang memeluknya itu. Setelah selesai, Silvia pun segera beranjak dari kasur lalu berjalan menuju pintu.
CEKLEK.
Pintu terbuka dan menampakkan sesosok pria tampan yang sedang berdiri di depan pintu tersebut. "Han?"
"Selamat pagi, Nona." Han membungkukan tubuhnya dengan hormat. "Ini pakaian ganti untuk Nona, juga Tuan Emmanuel dan Kenzie," ujar Han memberi paperbag pada Silvia, yang berisikan pakaian ganti.
"Ah ... terimakasih, Han. Maaf kami jadi merepotkan," ucap Silvia merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, Nona. Ini sudah tugas saya sebagai seorang bawahan Tuan Emmanuel," ujar Han. "Kalau begitu saya permisi dulu, Nona. Masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan," lanjut Han dibalas anggukan pelan oleh Silvia.
"Iya, Han."
Han pun pergi dari hadapan Silvia. Sedangkan Silvia kembali masuk ke dalam kamar.
"Tuan ayo bangun!" seru Silvia mengguncang-guncangkan tubuh Emmanuel.
"Emm ... bentar lagi, Sayang." Emmanuel menggeliat sebentar lalu kembali tertidur. Silvia yang melihat itu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenzie ... ayo bangun," ujar Silvia dengan sangat lembut menepuk-nepuk pundak Kenzie.
"Emm ... bentar lagi, Bu," jawab Kenzie sedikit menggeliat lalu kembali tertidur bersama sang Papa.
"Ya ampun kalian ini ... Ayo bangun! Sudah pagi!" sungut Silvia mulai habis kesabarannya tetapi Emmanuel dan Kenzie belum juga terbangun dari tidurnya.
"Ibu hitung sampai tiga! Kalau kalian berdua tidak bangun Ibu siram dengan air!" ancam Silvia yang membuat Emmanuel dan Kenzie langsung tersentak dan terbangun.