Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berteduh
Bulan Nameera, gadis yang berusia 22 tahun, sedang sibuk dengan handphone nya, kebetulan memang tidak ada pelanggan hari itu. Hujan deras mengguyur kota, membuat suasana toko semakin dingin.
Tiba-tiba, pintu toko terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda tampan bersama adiknya yang berkisaran umur 4 sampai 5 tahun, masuk ke toko. Mereka basah kuyup dan terengah-engah.
Bulan mengalihkan pandangan dari handphonenya melihat siapa yang datang.
Bulan berjalan meninggalkan mereka kemudian kembali dengan membawa jaket miliknya.
"Pakaikan ini untuk adik mu. Dia menggigil, nanti bisa masuk angin."
Dia mengambil jaket itu tanpa berkata apapun. Begitu juga dengan Bulan yang langsung pergi ke belakang.
Bulan keluar dari dapur dengan membawa secangkir hangat.
"Minum ini, biar hangat," katanya kepada gadis kecil itu.
Pemuda itu menoleh dan memandang Bulan dengan rasa terima kasih. Sedangkan gadis kecil menerima cangkir dan meminumnya pelan-pelan.
Bulan menoleh ke arahnya "Kamu gak masuk angin, kan?"
Lelaki itu tersenyum tipis"Gak kok"
Adik kecil menatap Bulan dengan mata besar ,"Kue! Aku ingin kue!"
Bulan tersenyum mendekatinya, "Kue mana yang kamu mau adik kecil?, tapi sebelum itu kakak mau nanya nih, nama kamu siapa?"
"Debi, nama aku Debi, kalau kakak cantik siapa namanya?"
"Nama kakak Bulan, sebentar ya kakak ambil kue nya dulu."
Bulan datang dengan kue strawberry di tangannya kemudian menyerahkan nya pada Debi.
Debi dengan polosnya bertanya, "Kak Bulan punya mama?" ucapnya dengan mulut yang penuh membuat Bulan kaget
"Debi." peringat Kakaknya dengan lembut
Debi menoleh ke arah kakak nya dengan santainya, "Kenapa mas? Debi cuma bertanya."
"Iya, tapi gak..."
Debi kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" sahut Bulan memotong omongan lelaki itu
"Mama Debi meninggal, kata mas Caka mama sekarang di surga."
Bulan tersenyum lembut kepada Debi, "Debi,kita sama loh mama kak Bulan juga udah di surga."
Caka kaget mendengar pengakuan itu berbeda dengan Debi, dia menjadi sangat antusias, "Beneran kak?, mama kita di tempat yang sama dong."
"Iya Debi."
"Debi lanjutkan makanya gih, hujannya sudah redah." Caka mengalihkan pembicaraan mereka.
"Debi tidak kau ikut mas Caka!" jawab Debi
"Kenapa? Kan Debi yang bilang mau jalan-jalan pake motor."
Debi cemberut, "Iya tapi Debi tidak mau kalau kita bertemu kak Lisa."
"Loh kenapa gitu."
"Kak Lisa jahat, Debi gak suka."
"Ya udah kita pulang aja ya, nanti papa nyariin udah sore juga."
Debi mengangguk.
Caka membawa Debi keluar toko. Sebelum berpisah, Caka berpaling kepada Bulan.
Caka tersenyum dan mengulurkan tangan. "Aku Caka. Terimakasih udah memberi tempat berteduh."
Bulan merespons dengan senyum. "Sama-sama, Caka. Aku Bulan."
"Boleh minta nomor handphone mu? Supaya aku bisa menghubungi kamu untuk mengambil jaket mu nanti."
Bulan tersenyum dan menulis nomornya di selembar kertas. "Silakan."
Setelah Caka dan Debi berlalu, Bulan kembali ke aktivitasnya, mengatur kue-kue di etalase dan menyapu lantai toko. Namun, pikirannya masih teringat senyum Caka dan kilau mata Debi.
Toko Bulan kembali ramai dengan para pembeli. Suara riuh dan tawa-tawa mengisi udara. Bulan menyambut setiap pelanggan dengan senyum hangat dan pelayanan yang ramah.
Saat-saat seperti ini membuatnya bahagia dan melupakan sejenak pertemuan dengan Caka. Tapi, tak terasa hati Bulan masih teringat senyum Caka.
Bulan menutup toko dan mempersiapkan diri untuk pulang. Ia menghitung pendapatan hari ini, membersihkan etalase, dan mematikan lampu. Saat keluar toko, Bulan merasakan udara sejuk petang dan memandang langit yang berwarna merah jingga.
Kini Bulan duduk di teras bersama Ayahnya, menikmati kehangatan sore hari. Mereka berbincang tentang hari ini, tentang toko dan pelanggan.
Ayahnya tersenyum. "Kamu baik-baik saja, nak? Hari ini banyak pelanggan?"
Bulan mengangguk. "Iya, Ayah. Hari ini lumayan ramai."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kebersamaan.
***
Debi berlari ke kamar Caka, mengambil ponsel Caka yang tergeletak di atas tempat tidur. "Mas, aku ingin berbicara dengan Kak Bulan!" katanya sambil memainkan ponsel tersebut.
Caka tersenyum dan mengambil ponselnya. "Debi mau ngomong apa?"
Debi memandang Caka dengan mata berbinar. "Aku mau mengucapkan terima kasih lagi atas kue stroberi!"
Caka tertawa dan mengetik pesan.
Caka mengirim pesan pada Bulan. "Ini aku, Caka. Debi ingin mengucapkan terima kasih lagi atas kue stroberi tadi."
Tidak lama, ponsel Caka bergetar. "Kak Bulan balas pesannya!" seru Debi.
Caka tersenyum dan membaca pesan Balasan dari Bulan: "Senang bisa membantu, Debi. Semoga kue stroberi menjadi kenangan manis!"