Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Sesekali sambil jalan, kedua tangan nya mengambil lumpur yang ada di sekitar akar-akar pohon bakau, kemudian mengoleskan nya ke seluruh badan nya. Tujuan nya untuk mengaburkan bau badan nya supaya anjing-anjing rottweiler itu kehilangan jejak nya.
"Guk guk guk guk guk,guk guk guk guk guk" anjing-anjing itu menyalak keras ketika menemukan pakaian nya Prapto, yang tergeletak di atas pasir di antara bebatuan karang.
Sipir-sipir yang turut serta mengejar Prapto, langsung menghampiri anjing nya yang berhenti mengendus di tepi laut di sertai suara menyalak keras.
"Pak, kami temukan pakaian nya" ucap pimpinan rombongan lewat HT.
"Cari sampai ketemu !!!" Bentak atasan nya.
"Siap pak" jawab nya dengan percaya diri
Tangan kanan nya menunjuk ke arah baju Prapto, sebagai isyarat kepada rekan nya untuk membawa baju tersebut.
Anjing-anjing itu mulai bingung harus lari kemana lagi melacak bau badan nya Prapto, Hewan-hewan bertaring itu mengendus tak tentu arah, kadang ke depan kemudian kembali lagi ke belakang, kadang ke kanan dan berubah ke kiri.
Sementara Prapto dari kejauhan mengamati nya di balik semak belukar hutan bakau, hampir seluruh wajah dan badan nya tidak terlihat, karena lumpur pantai yang sengaja ia balurkan ke seluruh badan nya.
"Syukurlah" gumam nya dalam hati sedikit lega.
Anjing-anjing penjaga itu membawa rombongan sipir ke arah lain dan bukan ke arah nya. Kini sejenak dia bisa bernafas dengan lega.
Kemudian ia memutuskan untuk masuk ke dalam kubangan lumpur hutan bakau yang terletak di bawah nya, karena menurut nya tempat itu untuk sementara waktu lebih aman untuk beristirahat.
"Ya Tuhan, bagaimana aku bisa keluar dari pulau ini, sedangkan di depan mataku lautan begitu luas, haaah " Gumam nya lemas
Badan nya masih berkubang di lumpuran hutan bakau yang dalam nya setinggi dadanya, dan sepasang matanya menatap putus asa ke arah pantai, di akhiri mengeluarkan nafas panjang.
Ia mendongakkan kepala nya ke langit sambil memejamkan kedua mata nya dengan kedua tangan nya terlentang horisontal. Saking lelah nya tak terasa ia tertidur di kubangan lumpur hutan bakau.
...☠️💀☠️...
Ketika ia membuka mata nya pelan-pelan, langit di atas nya sudah berubah warna putih dan biru.
"Ya Tuhan, ternyata aku semalam tidur di kubangan lumpur" gumam nya heran kepada dirinya sendiri, sambil mendongakkan kepala nya ke atas dan mematung sejenak sambil memejamkan mata nya lagi.
Tiba-tiba terdengar suara orang berbicara, ia spontan membuka mata nya, karena kaget, di sertai kepala nya menengok ke arah kiri sedangkan sepasang matanya mencoba mencari-cari sumber suara itu, yang samar-samar terdengar dari arah kirinya.
"Sial! Pasti mereka" gumam nya dengan ekspresi wajah tegang.
Suara itu semakin dekat ke arah nya dan sepasang matanya melihat dua orang sipir yang sedang mencari keberadaan nya, sambil ngobrol serta menenteng senapan serbu zastava M90.
Begitu Prapto melihat mereka semakin dekat, ia langsung menghirup nafas dalam-dalam kemudian langsung membenamkan kepala nya di kubangan lumpur.
"Kita harus temukan bajingan itu, kalau tidak, matilah kita" obrolan sipir tersebut kepada rekan nya.
Mereka tidak sadar bahwa Prapto ada di dalam kubangan lumpur di sisi samping mereka, sedangkan sipir-sipir itu berjalan di pinggiran kubangan lumpur tersebut dengan cara menginjak akar-akar pohon bakau yang saling bertumpuk tak beraturan.
