Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Frans langsung tertegun melihat sosok di depannya yang terlihat sangat berkarisma. Posturnya tegap, dengan rahang tegas yang memancarkan kekuatan dan dominasi. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi ramah sedikit pun. Tatapan matanya yang tajam seperti bisa menusuk langsung ke dalam jiwa siapa pun yang berani menantangnya.
Frans hampir kehilangan kata-kata. Ada aura kekuasaan yang begitu kuat dari pria itu, seolah-olah ruangan itu sepenuhnya miliknya, dan kehadiran orang lain hanyalah formalitas belaka. Frans menelan ludah, mencoba mengatasi rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya.
Ia memberanikan diri untuk menyapa, meski suaranya terdengar agak gemetar. “Tu-tuan Wiratama. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk bertemu saya.”
Alex Wiratama menatap Frans dengan pandangan tajam yang membuatnya langsung merasa kecil. Tanpa berkata apa-apa, pria itu hanya menganggukkan kepala, memberikan isyarat agar Frans melanjutkan.
Dalam hati, Frans merasa sedikit lega. Pria di depannya memang sangat menakutkan, tetapi setidaknya, ia bukan pria yang menikah dengan Keyra. Itu adalah satu-satunya hal yang memberinya keberanian untuk tetap berdiri di ruangan itu.
Namun, saat ia mulai menjelaskan maksud kedatangannya, senyum tipis yang penuh arti muncul di sudut bibir Alex. membuat Frans kembali merasakan tekanan. Entah kenapa, senyuman itu terasa seperti pertanda bahwa pria di depannya tahu lebih banyak dari yang ia bayangkan.
Frans menarik napas dalam-dalam sebelum memulai. “Tuan Wiratama, saya datang ke sini untuk menyampaikan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya. Saya berharap Anda bersedia memberikan kesempatan kepada perusahaan paman saya untuk kembali bekerja sama dengan Anda.”
Frans menundukkan kepala, berharap kalimatnya cukup untuk melunakkan hati pria paruh baya yang duduk di depannya. Tapi, ketika Frans mengangkat wajah, ia hanya menemukan tatapan tajam Tuan Wiratama yang menusuk seperti belati.
Hening sesaat. Frans mulai merasa keringat dingin mengalir di pelipisnya. Alex tidak segera menjawab, melainkan menatapnya lama, seolah menilai setiap gerak-gerik dan ekspresi Frans. Ketegangan di ruangan itu semakin terasa berat.
Akhirnya, dengan nada tegas dan mengintimidasi, Alex bertanya, “Apa kau tahu kesalahan mu, hm?”
Frans menghela napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia tahu tidak ada jalan keluar selain menjawab sejujurnya.
“Tuan Wiratama,” Frans memulai dengan suara rendah tetapi berusaha terdengar meyakinkan, “jujur, saya tidak tahu apa kesalahan saya. Ini pertama kalinya kita bertemu langsung, dan saya benar-benar tidak paham di mana letak kesalahan saya. Tapi paman saya, yang merupakan pemimpin perusahaan MA Group, mengatakan jika saya sudah menyinggung anda, jadi ...” Pernyataan Frans menggantung di udara, tapi Alex tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia melipat tangannya di dada dan menatap Frans dengan ekspresi dingin yang membuat suasana semakin tidak nyaman.
Setelah beberapa saat, Alex akhirnya berbicara. Suaranya rendah, tetapi penuh dengan nada otoritas. “Kau tidak tahu? Baiklah, aku akan memberitahumu.”
Frans menahan napas, bersiap mendengar apa yang akan dikatakan pria itu.
“Pikirkan seseorang yang mencoba membuat keputusan penting, tetapi kau abaikan begitu saja. Sesuatu yang kau tolak mentah-mentah tanpa memikirkan konsekuensinya,” kata Alex dengan nada tajam, memberikan clue yang membuat pikiran Frans berputar cepat.
Clue itu bagaikan petir yang menyambar Frans. Hatinya mendadak berdebar. Ia langsung teringat pada Keyra dan surat pengunduran dirinya yang ia tolak mentah-mentah. Frans mulai merasa keringat dingin mengalir di pelipisnya. Apakah ini terkait dengan Keyra?
Namun, ia tidak berani memastikan dan tetap menunduk dengan wajah penuh penyesalan. “Tuan, saya akan mencari tahu apa kesalahan saya dan memperbaikinya. Saya mohon, beri saya kesempatan untuk menebusnya.”
Alex hanya menatapnya dengan tajam. “Aku tidak suka memberi kesempatan kedua. Tapi aku akan menunggu. Jika kau berhasil menyelesaikan ini, kerja sama tetap berjalan. Jika tidak, anggap hubungan ini selesai.” Tanpa menunggu jawaban Frans, Alex meminta Frans untuk keluar dari ruangannya.
"P-permisi, tuan." Frans hanya bisa menunduk , keluar dari sana dengan pikiran bingung. Ia tahu ada sesuatu yang lebih besar di balik clue itu, dan ia harus segera mencari tahu—sebelum semuanya terlambat.
Setelah Frans keluar dari ruangannya, Alex menarik napas panjang dan melirik arlojinya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, lalu menekan nomor yang sudah dihafalnya.
"Alexio, Daddy sudah melakukan apa yang kau minta," kata Alex tegas begitu sambungan tersambung. Suaranya tetap dingin dan otoritatif seperti biasa.
"Daddy sudah memberinya clue yang cukup jelas. Sekarang terserah kau untuk memastikan dia memahami dampak dari tindakannya.”
"Thanks, dad," sahut Alexio.
"Lalu, bagaimana keadaan Keyra sekarang? Apa sakitnya parah, sampai-sampai kau meminta Daddy untuk ke Kantor? Oh, iya, Apa pria yang bernama Frans itu, yang mengkhianati Keyra di hari pernikahannya?" tanya Alex.
Alexio melirik Keyra sesaat, tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Alex. "Ya, dad, Keyra sudah membaik. Maag nya sempat kambuh tadi karena dia melewatkan makan malam. Tapi, Daddy tidak perlu khawatir karena aku sudah mengganti obat pemberian dokter sialan itu," ucapan Alexio pelan namun penuh penekanan.
“Da-daddy tidak mengerti maksud mu. Ya sudah, Daddy akan menunggu di kantor. Segeralah kemari karena daddy ingin pulang,” tambah Alex, memutuskan sambungan telepon sebelum Alexio sempat menjawab.
"Dasar menyebalkan. Memangnya kenapa jika Daddy menyuruh Dokter Andra untuk membantu Daddy, hah? Daddy hanya ingin cepat-cepat menggendong cucu darimu," gerutu Alex. Setelah diam beberapa saat, ia kembali' meraih ponselnya, mencari kontak seseorang dan menekannya.
"Halo, aku mempunyai tugas untukmu!"
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ