Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Menata hati.
Pagi ini Bang Danar mengambil berkas terakhirnya. Pikirannya terasa penuh tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan apapun. Perasaannya begitu tidak enak.
Ia berniat menemui Letnan Prasa, tapi sahabatnya sedang tidak berada di tempat.
...
tok.. tok.. tok..
Mendengar suara ketukan pintu, Nindy pun membukanya karena menyangka ada petugas hotel yang mengambil beberapa pakaian kotornya.
cckkllkk..
"Lea???"
Nindy menunduk menahan air mata kemudian menutup pintu kamar tapi Bang Prasa menahannya.
"Tunggu, dek..!!!"
Sekuatnya Nindy menutup pintu tapi tenaganya jelas kalah dengan Bang Prasa hingga akhirnya Bang Prasa bisa masuk dan menutup pintunya dengan rapat.
"Keluar..!!!" Nindy mendorong lengan Bang prasa.
Tidak ada yang menduga Bang Prasa memeluknya. "Abang minta maaf, bukan Abang bermaksud hilang tanpa kabar. Abang kehilangan seluruh hal disini, tidak ada yang bisa menemukanmu lagi. Abang sungguh ingin melamarmu."
"Lupakan.. lupakan..!! Nindy tidak mau tau lagi..!!!!"
Nindy berusaha lepas tapi Bang Prasa semakin erat memeluk dan memaksa menciumnya.
braaakkk..
"Astagfirullah hal adzim..!!! Apa-apaan kalian disini????"
"Tunggu, Dan..!! Ini tidak seperti yang kamu lihat..!!" Bang Prasa panik melihat Bang Danar tiba-tiba datang. Wajah marah itu begitu kental terasa. Apalagi kini sahabatnya itu sudah menarik kerah pakaiannya.
"Jelas-jelas kau mendatangi istriku." Bentak Bang Danar kemudian menghajar Bang Prasa membabi buta, tanpa ampun sedikit pun.
Seakan belum puas dengan amarahnya, Bang Danar menghampiri Nindy dan mendorong kedua bahunya hingga ke sudut dinding.
"Kamu sudah di apakan saja????" Bentak Bang Danar. Ia sudah mengangkat tangannya tinggi dan hendak menampar wajah Nindy. Air matanya berlelehan dengan deru nafas kasar. "Beraninya kamu berduaan dengan Prasa di kamar ini..!!"
Secepatnya Nindy menubruk dan memeluk Bang Danar. "Tidak ada dan tidak pernah di apa-apakan." Jawab Nindy terisak-isak. "Hanya Abang saja yang pernah menyentuh Nindy."
Tatap mata marah Bang Danar perlahan teduh. Dengan cepat di aturnya perasaan dan jalan pikirnya yang berantakan.
"Astagfirullah hal adzim..!!" Untuk beberapa saat Bang Danar beristighfar berusaha menenangkan batinnya yang berantakan.
Tubuh Bang Danar gemetar dan masih menegang. Ia bersandar pada dinding lalu mencium bibir Nindy dengan begitu dalam, tidak perduli akan ada sahabatnya disana.
Dengan lembut Nindy mengusap punggung Bang Danar dan membelai rambutnya hingga Bang Danar perlahan mulai tenang dan bersedia melepaskan pelukannya.
"Sebegitu tidak percayanya Abang sama Nindy??"
:
Bang Prasa duduk berhadapan dengan Bang Danar yang sedang meringkuk dalam dekapan Nindy. Tangan Nindy pun sibuk memijat pelipisnya.
"Aku memang salah, diam-diam menemui istrimu." Ujar Bang Prasa sambil mengusap sisi keningnya yang sobek akibat hantaman maut Danton mematikan itu. "Jujur aku hanya ingin menjelaskan masalah yang lalu......"
"Harus memeluknya juga???? Dimana pikiranmu??? Nindy istriku..!!!!"
"Aku tau, aku salah. Maaf..!!"
"Sudah enakan, Bang?" Tanya Nindy dengan nada lembutnya.
"Awwwhh.. aarrgghh.. dada Abang sakit, dek. Abang sesak nafas, disini juga sakiiitt..!! Prasa memukul Abang kuat sekali..!!" Jawab Bang Danar sembari merajuk merintih kesakitan.
Bang Prasa hanya bisa membuang nafas pasalnya Bang Danar sendiri yang menghajarnya begitu kuat. Bisa-bisanya sahabatnya yang penuh wibawa itu membalikan fakta.
Ia pun memutuskan untuk kembali ke Batalyon dan akan mengurus kejadian hari ini di lain waktu, ia memilih membiarkan sahabatnya untuk bicara berdua dengan Nindy. Hantaman di wajahnya sudah merupakan teguran agar dirinya menyadari batasan dalam hidup.
-_-_-_-_-
Sejak Bang Prasa kembali ke Batalyon, Bang Danar terus meratap di atas sajadah sambil bertasbih, tak jarang air matanya menetes hingga sesekali terdengar sesak.
Nindy pun tidak berani mengganggu suaminya yang sedang khusyuk dalam dzikirnya.
Sampai detik ini rasanya Bang Danar masih begitu stress merasakan apa yang terjadi. Kecemburuannya nyaris mencelakai Nindy yang sedang mengandung buah hati pertamanya.
'Maafkan hambaMu ini Ya Allah, hamba terlalu mencintai Nindy hingga nyaris menyakitinya.'
Entah kenapa Bang Danar bisa seperti orang kesetanan padahal dirinya tau dan melihat Nindy sudah menolak keras sahabatnya itu dari kamera cctv yang ia pasang di kamarnya.
"Astagfirullah..!!" Bang Danar mengusap wajahnya usai 'memuji' Sang Pemberi Hidup. "Ya Allah..!!"
Barulah saat itu Nindy duduk di samping Bang Danar dan bersandar pada bahu Bang Danar. "Kalau Abang tidak percaya sama Nindy, Abang boleh mentalak Nindy..!!"
"Ngomong apa sih, cantik. Abang percaya sama Nindy."
"Kenapa tadi Abang marah sampai seperti itu?? Abang sayang sama Nindy atau tidak??"
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya