"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukti
Sedangkan tak jauh dari hutan itu sebuah mobil hitam berhenti.
"Sepetinya mereka tidak akan lama, sebaiknya kita lapor bos dulu!" Ucap pria yang duduk disebelah pria yang mengemudi.
Pria itupun menghubungi seseorang yang dia sebut bos. Tak lama menunggu sambungan teleponnya langsung di angkat.
Setelah mengatakan laporan yang dia dapat, pria itu kembali mematikan ponselnya dan berkata.
"Kata bos kita suruh balik, sepetinya kita akan mendapat tugas baru."
Si supir mengangguk setuju, keduanya merasa lega setelah penantian dua tahun pencariannya menemukan titik terang. Karena tidak ingin tergesa mereka memilih tak mendekat karena mereka yakin jika tersangka sedang menemui korban yang mereka cari.
Kembali pada Riko...
"Kenapa anda memecat Nona Tuan?" Tanya Pak Hengki yang masih fokus mengemudi, sambil melirik kebelakang lewat kaca spion.
"Aku sudah tidak membutuhkannya." Jawabnya datar.
Pak Hengki hanya mengembuskan napas pelan, Pria paruh baya itu kembali berkata.
"Padahal Nona membutuhkan pekerjaan itu Tuan, bukankah anda-"
"Bukan urusan ku!" Potong Riko cepat dan lugas.
Pak Hengki pun diam namun dalam pikirannya ia memikirkan suatu hal yang tak diduga-duga.
Sedangkan Riko tampak diam sambil menatap jalanan, menopang tangannya di bibir, mengingat obrolan dirinya malam itu.
"Kenapa kamu menerimanya tawaran Briana."
"Karena saya butuh uang Tuan, suami saya juga cacat karena kecelakaan jadi saya harus bekerja untuk membayar pengobatannya." Terang Sasmita dengan sendu.
Malam itu, saat perayaan pesta keduanya cukup lama berbincang, tidak ada kesan wajak dingin pada Riko hingga membuat Sasmita merasa nyaman berlama-lama bersama dengan pria itu.
Sedangkan Riko memang tak pernah dekat dengan seorang wanita apalagi untuk sekedar mengobrol baginya hanya buang-buang waktu.
"Sebenarnya kami sudah merencanakan pernikahan, tapi musibah itu datang sebelum kami melangsungkannya, tapi apa boleh buat saya tidak mungkin meninggalkan calon suami saya saat keadaan begitu terpuruk, saya tidak setega itu." Sasmita bicara tanpa melihat lawan bicaranya, tatapanya lurus kedepan.
"Saya hanya hidup sebatang kara, dan hanya suami saya yang menginginkan saya.. mungkin saya adalah wanita beruntung memiliki suami seperti dia."
Riko hanya diam tanpa menyela, dia hanya mendengar tanpa berkomentar.
"Dan saat ini saya berharap bisa mendapatkan uang dan bisa membuat suami saya sembuh."
"Jadi saat suami kamu sembuh, kamu sudah tak bekerja lagi?"
Sasmita menoleh namun kembali menatap lurus kedepan dengan senyum masam.
"Mungkin, karena jika suami saya sembuh dia tidak akan mengijinkan saya bekerja."
Tanpa Sasmita sadari ada wajah yang tiba-tiba mengeras.
Mobil berhenti di parkiran baseman, Pak Hengki membantu Riko untuk turun dari mobil.
"Saya menunggu di sini Tuan."
Riko hanya mengangguk, dan meninggalkan Pak Hengki menuju lift khusus di sana.
Pintu lift terbuka di lantai tujuh, Riko pun keluar dan di sambut oleh Diko sang asisten.
"Tuan." Sapanya sambil menunduk hormat.
"Di mana mereka?"
"Ada di ruangan Anda." Ucap Diko.
Riko mengangguk, keduanya menuju ruangan Riko dimana sudah ada dua orang menunggunya.
"Bos!"
Kedua orang itu berdiri menyapa dengan hormat.
Riko kembali mempersilahkan kedua untuk duduk.
"Apa yang kalian dapatkan?" Tanya Riko yang sudah duduk didepan mereka.
Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah amplop coklat, Riko langsung membukanya dan melihat beberapa foto disana.
Melihat sejumlah foto itu membuat rahang Riko mengeras, tatapanya matanya begitu tajam seolah bisa melubangi lembar foto itu.
"Ternyata dia kekasih Nona Briana Bos!"
Riko tersenyum menyeringai, "Bukti kalian sudah cukup, Diko siapkan anak buah. Penjara terlalu ringan untuk mereka dapatkan!"