Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.
Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
"Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Nareswari binti Almarhum Bagas Kalandra dengan maskawin tersebut tunai!"
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah."
Gema suara beberapa orang yang sedang berada di sebuah ruangan dengan desain yang minimalis itu memenuhi seluruh ruangan.
Raut bahagia juga nampak pada wajah sang mempelai pria dan wanita yang hari ini telah sah menjadi suami istri. Ya, merekalah Aruna dan Narendra.
Bukan mereka berdua saja yang merasakan kebahagiaan, namun dua temannya yang datang juga merasakan hal yang sama. Memang tak banyak yang datang, karena itu hanyalah acara akad, belum pada pesta pernikahannya.
Untuk keluarga? Aruna dan Narendra sama-sama anak yatim piatu. Perbedaannya, Narendra masih memiliki ibu dan adik tiri yang saat ini juga ikut hadir di sana, sedangkan Aruna sudah tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini. Namun, wajah dari ibu dan adik tiri Narendra terlihat tidak begitu bahagia.
"Akhirnya kamu sudah resmi menjadi istriku," bisik Narendra tepat di samping telinga sang istri.
Aruna yang mendengar suara lembut dari sang suami pun langsung menoleh dan tersenyum, "Aku bahagia bisa menjadi istrimu."
Aruna Nareswari, seorang wanita cantik dengan tubuh tidak terlalu tinggi, berkulit putih, rambut panjang berwarna hitam, dan memiliki mata coklat yang indah.
Walaupun hidup sebatang kara, Aruna tidak pernah merasa putus asa. Dia menggunakan harta peninggalan dari keluarganya untuk membangun sebuah butik, dan pada usia dua puluh lima tahun ini dirinya sudah berhasil menjadi pemilik butik yang sukses.
Narendra Mahardika, pria tampan dengan tubuh tinggi itu adalah suami Aruna. Badannya yang kekar, kulit kuning langsat, rambut bergayakan potongan undercut, alis yang tebal, dan tatapan tajam dari mata coklatnya membuat dirinya terlihat sempurna di mata para wanita.
Hidupnya tidak semenyedihkan Aruna, karena ia masih memiliki keluarga. Dia pun dari kalangan keluarga atas, sehingga hidupnya tidak akan kekurangan harta sedikitpun. Pada usia dua puluh tujuh tahun ini, ia berhasil membawa perusahaan peninggalan sang ayah pada puncak kejayaannya.
"Aku nggak rela kamu jadi istri Naren gadis miskin!" batin Maya yang menatap Aruna dengan penuh kebencian.
"Gue pastikan rumah tangga kalian akan hancur." Begitu pula dengan Diandra yang berada di samping sang mama.
Maya Anggelina atau biasa dipanggil Maya, dialah ibu tiri Narendra. Dahulu dirinya adalah seorang model terkenal, dan setelah menikah dengan Evan Mahendra atau ayahnya Narendra, dia memutuskan untuk berhenti dari seluruh pekerjaannya. Ia juga memutuskan untuk memilih seorang anak, dan tidak mau memiliki anak lagi.
Untuk penampilannya saat ini dia masih menjadi seorang yang modis, karena ia memang mantan model. Kulitnya putih bersih, tubuh cukup tinggi, rambut panjang berwarna coklat, dan juga matanya yang berwarna coklat. Untuk wajahnya dia terlihat sangat angkuh dan terlihat sulit untuk didekati.
Setelah Evan meninggal, sikapnya yang dulunya lembut terhadap Narendra sedikit demi sedikit berubah menjadi angkuh. Dia juga selalu menginginkan Narendra mematuhi setiap perkataannya, termasuk dengan tidak menikah dengan Aruna.
Namun Narendra yang sudah dewasa sangat susah ditaklukkan, ia hanya ingin melakukan sesuai dengan kata hatinya, dan tidak menuruti setiap perkataan Maya.
Diandra Faranisa, dialah adik tiri Narendra yang sifatnya sebelas dua belas dengan sang ibu. Sifatnya cukup manja karena sejak kecil Evan memang sudah memanjakannya. Karena hal itu lah ia tidak bisa mandiri dan menjadi gadis pemalas.
Untuk penampilan Diandra sendiri tak kalah dengan sang ibu. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, kulitnya juga berwarna putih, rambut pendek berwarna hitam sedikit kemerah-merahan, dan matanya juga berwarna coklat. Wajahnya terlihat biasa saja, namun cukup mengesalkan untuk dipandang.
"Semoga kamu bahagia Naren, walaupun bahagiamu bukan bersamaku. Andai saja aku punya keberanian, mungkin yang ada di sampingmu saat ini aku, bukan wanita sialan itu." Batin Elena yang duduk agak jauh dari semua orang, dan selalu menunjukkan senyuman palsunya.
Elena Permata adalah sekretaris dari Narendra. Dia mulai bekerja di Alister Group semenjak Narendra yang menjadi CEO. Karena sering bersama, dirinya memiliki perasaan terhadap sang atasan. Namun ia tak berani mengungkapkannya dan lebih memilih untuk memendam perasaannya seorang diri.
Penampilannya juga cukup membuat mata laki-laki terpikat dengannya. Tubuh yang tidak tinggi, kulit putih, rambut pendek berwarna hitam, mata coklat dan make-up yang terlihat natural. Itulah yang membuat beberapa laki-laki menyukainya, namun hatinya sudah tertutup untuk Narendra seorang.
.
Setelah penghulu selesai membacakan doa, dan buku nikah juga sudah ditandatangani oleh Aruna dan Narendra, papak penghulu tersebut langsung berpamitan untuk pulang.
"Selamat untuk tuan Naren dan nona Aruna, semoga pernikahan kalian bisa langgeng dan menjadi keluarga yang bahagia," ucap bapak penghulu sembari menjulurkan tangannya ke hadapan Narendra dan Aruna secara bergantian.
"Terima kasih banyak pak," jawab Narendra yang membalas uluran tangan bapak penghulu.
"Terima kasih," sambung Aruna sembari melakukan hal yang sama seperti Narendra dengan senyumannya.
Bapak penghulu tersebut pun tersenyum, "Baik kalau begitu saya permisi dulu," ucapnya seraya berdiri.
Narendra yang melihat itu pun ikut berdiri, "Mari saya antar ke depan,"
"Terima kasih."
Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju ke luar dari rumah Aruna secara bersebelahan.
"Mari nyonya." Ucap bapak penghulu ketika melewati Maya.
Maya yang memang tidak begitu suka dengan pernikahan ini pun hanya menjawabnya dengan senyuman paksa.
Narendra yang tidak mau malu karena sikap sang ibu pun lebih memilih untuk segera mengajak bapak penghulu keluar.
.
Setelah kepergian Narendra, teman Aruna yang bernama Kania pun langsung menghampirinya bersama sang kekasih.
"Selamat ya Na, akhirnya sahabat gue nikah juga!" seru Kania yang terlihat senang dengan pernikahan sahabatnya itu.
"Selamat ya Na," sambung Danu, kekasih Kania yang ternyata juga teman dari Narendra.
Kania adalah teman sekaligus orang yang Aruna percaya untuk membantunya mengelola butik. Kania juga bisa berpacaran dengan Danu, karena dulu dirinya sering mengantarkan Aruna bertemu dengan Narendra, dan saat itu pula Narendra mengajar sahabatnya itu.
Karena sering bertemu akhirnya Kania dan Danu sama-sama memiliki perasaan satu sama lain, sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.
Untuk pekerjaan Danu sendiri adalah seorang dosen di sebuah kampus ternama di kota tempat mereka tinggal.
"Thanks," jawab Aruna dengan tersenyum.
"By the way, kapan nih kalian berdua nyusul?" sambungnya lagi.
"Gue mah ngikut sama dia aja Na, yakali cewek yang ngelamar cowok duluan!" cetus Kania yang terlihat sedikit tidak nyaman karena pertanyaan Aruna.
"Tunggu aja waktunya tepat, nanti pasti lo sama Naren akan menjadi orang pertama yang mengetahui kabar gembira ini!" seru Danu seraya merangkul pundak Kania untuk menenangkannya.
"Jangan lama-lama Nu, nanti takutnya Kania pindah ke lain hati." Celetuk Narendra yang baru saja datang dan langsung merangkul pundak sang istri dengan mesra.