Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Valyria kini berdiri tegak di bawah cahaya baru. Kekaisaran yang dulu dikuasai oleh ketakutan dan kegelapan kini telah berubah menjadi pusat keadilan, di mana suara rakyat lebih dihargai daripada kekuasaan seorang individu. Liora telah memimpin dengan bijak, menjalankan pemerintahan baru berdasarkan keseimbangan, baik dalam politik maupun filosofi hidup sehari-hari. Dewan Valyria telah membuktikan bahwa kepemimpinan yang adil dapat membawa perubahan besar.
Namun, meskipun kegelapan telah lenyap, Liora masih merasa ada sesuatu yang belum terselesaikan.
Malam itu, di ruang pribadinya, Liora duduk di depan jendela yang terbuka, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang. Pikiran-pikiran tentang Ares kembali memenuhi benaknya. Meski ia merasa telah menjalankan tugasnya dengan baik, ada satu hal yang selalu menghantui dirinya—pesan terakhir dari Ares yang tertulis dalam gulungan kuno. Pesan itu menyebutkan bahwa Ares tidak sepenuhnya hilang, bahwa dia adalah bagian dari keseimbangan yang tercipta setelah kegelapan dihancurkan.
"Jika kau membaca ini, Liora," begitu pesan Ares berbunyi, "kau harus tahu satu hal: aku tidak sepenuhnya hilang. Aku adalah bagian dari keseimbangan yang aku ciptakan. Dan selama Valyria menjaga keseimbangan itu, aku akan selalu ada di dalamnya."
Kata-kata itu terus menggema dalam pikirannya, dan meskipun Liora tahu bahwa Ares telah mengorbankan dirinya untuk menghancurkan kegelapan, bagian dari dirinya tidak bisa berhenti berharap bahwa Ares masih ada di luar sana, entah bagaimana.
Ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. Varren masuk dengan langkah pelan, wajahnya terlihat lebih baik setelah berbulan-bulan pemulihan.
"Liora, aku baru saja menerima ini," katanya, mengulurkan sebuah gulungan kecil yang diikat dengan tali perak. "Kurir yang membawanya mengatakan bahwa ini datang dari seseorang yang kita pikir sudah hilang."
Liora mengernyit, matanya penuh rasa ingin tahu. "Apa maksudmu?"
Varren menghela napas pelan. "Gulungan ini datang dari Kuil Bayangan, tapi bukan dari orang-orang kita. Ini tampaknya ditinggalkan di depan kuil oleh seseorang yang tidak dikenal."
Liora menerima gulungan itu dan membuka talinya dengan hati-hati. Gulungan itu terbuat dari bahan yang tampak kuno, seperti sesuatu yang telah bertahan selama berabad-abad. Ketika dia membukanya, matanya melebar melihat tulisan yang tergores di atasnya. Tulisan tangan Ares.
"Ares..." bisiknya pelan, merasa jantungnya berdebar lebih cepat.
Tulisan itu singkat, tetapi penuh dengan arti yang mendalam:
"Jika kau membaca ini, berarti waktunya sudah tiba. Pergilah ke tempat di mana cahaya dan bayangan bertemu. Di sana, kau akan menemukan jawabannya."
---
Keesokan harinya, Liora mengumpulkan Varren dan beberapa prajurit setia untuk melakukan perjalanan ke tempat yang disebutkan dalam pesan Ares. "Tempat di mana cahaya dan bayangan bertemu"—pesan itu seolah mengarahkan mereka ke suatu tempat yang belum mereka jelajahi sepenuhnya. Berdasarkan informasi yang mereka pelajari dari teks kuno, ada lembah terpencil di barat daya Valyria, yang dulunya dianggap sebagai tempat sakral di mana para kaisar pertama melakukan ritual untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan terang dan gelap.
Perjalanan ke lembah itu tidak mudah. Medan yang terjal dan pegunungan yang keras menghadang mereka di setiap langkah, tetapi Liora tidak pernah kehilangan semangat. Ada sesuatu dalam dirinya yang memberitahu bahwa di ujung perjalanan ini, ada jawaban yang ia cari selama ini—tentang Ares, tentang warisan yang ditinggalkannya, dan mungkin tentang sesuatu yang lebih besar dari yang bisa ia bayangkan.
---
Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di Lembah Cahaya dan Bayangan. Tempat itu tampak sunyi, dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi yang menjulang di kedua sisinya. Di tengah lembah itu, terdapat sebuah monumen batu kuno yang berdiri tegak, dengan ukiran-ukiran yang hampir tidak terlihat lagi karena usia.
"Ini tempatnya," kata Varren dengan suara rendah. "Tempat yang disebutkan dalam pesan Ares."
Liora melangkah maju, mendekati monumen batu itu. Ukiran-ukiran di atasnya menceritakan kisah para kaisar pertama Valyria, bagaimana mereka memanggil kekuatan bayangan untuk melindungi kekaisaran mereka, dan bagaimana mereka akhirnya menyeimbangkan kekuatan itu dengan cahaya.
Namun, ada satu ukiran yang menarik perhatiannya lebih dari yang lain. Sebuah simbol kuno—sebuah lingkaran yang dibagi menjadi dua oleh garis melengkung, satu sisi terisi oleh cahaya dan sisi lainnya oleh bayangan. Simbol keseimbangan.
Ketika Liora menyentuh simbol itu, monumen batu bergetar pelan, dan bagian tengahnya terbuka dengan suara keras. Sebuah tangga batu menuju ke bawah tanah terungkap, menuju ke dalam perut bumi yang gelap.
"Kita harus turun," kata Liora tegas, dan tanpa ragu, dia memimpin jalan ke dalam kegelapan.
---
Di bawah tanah, suasana terasa jauh berbeda. Udara lembab dan dingin, dan setiap langkah mereka bergema di sepanjang lorong-lorong batu. Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan besar, diterangi oleh obor-obor yang telah lama padam tetapi tampak baru dinyalakan.
Di tengah ruangan itu, terdapat altar batu, mirip dengan yang pernah mereka temui di Kuil Bayangan, tetapi ini tampak lebih tua, lebih sakral. Dan di atas altar itu, tergeletak sebuah benda yang memancarkan cahaya lembut—sebuah artefak perak berbentuk lingkaran, dengan simbol yang sama seperti di monumen di atas.
Liora melangkah mendekat, merasakan energi yang terpancar dari artefak itu. Ketika dia menyentuhnya, suara lembut yang sangat dikenal memenuhi ruangan.
"Liora."
Itu adalah suara Ares.
Jantung Liora berdegup kencang. "Ares? Apa ini?"
"Ini adalah bagian terakhir dari warisan Valyria," jawab suara itu, tenang dan penuh kebijaksanaan. "Aku mungkin telah pergi secara fisik, tetapi sebagian dari diriku masih ada—di dalam keseimbangan ini. Valyria tidak hanya dibangun di atas kekuatan gelap, tetapi juga pada keseimbangan antara cahaya dan bayangan. Tempat ini adalah pusat dari keseimbangan itu."
Liora memejamkan matanya, membiarkan kata-kata Ares mengalir dalam pikirannya. "Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Kau harus menjaga keseimbangan ini," jawab Ares. "Selama Valyria hidup dalam harmoni antara cahaya dan bayangan, keseimbangan akan terus ada, dan aku akan selalu menjadi bagian dari itu. Namun, jika keseimbangan ini hancur, kegelapan akan kembali."
Liora menggenggam artefak itu erat-erat, merasa seolah-olah dia sedang memegang jiwa Ares di tangannya. "Aku berjanji akan menjaga Valyria, seperti yang kau lakukan," katanya dengan suara penuh tekad.
"Aku tahu kau bisa melakukannya, Liora," jawab suara Ares. "Ini adalah takdirmu."
Dan dengan kata-kata itu, suara Ares perlahan menghilang, meninggalkan Liora dalam keheningan yang penuh makna.
---
Beberapa jam kemudian, Liora dan kelompoknya keluar dari lembah dengan hati yang lebih tenang. Mereka telah menemukan rahasia terakhir dari Ares—sebuah keseimbangan yang harus dijaga untuk memastikan Valyria tidak kembali jatuh ke dalam kegelapan. Artefak perak yang ia bawa kini menjadi simbol dari keseimbangan itu.
Liora tahu bahwa tantangan masih menunggu di masa depan, tetapi dia juga tahu bahwa selama Valyria menjaga keseimbangan ini, mereka akan tetap kuat. Dan meskipun Ares telah pergi, warisannya akan terus hidup—bukan hanya dalam ingatan rakyat Valyria, tetapi juga dalam keseimbangan yang ia ciptakan.
---
cerita othor keren nih...