BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Scarf
Eca ke ruangan Bara hanya membawa makan siang saja karena minumannya sudah tumpah. Eca juga tak berpikir untuk membeli lagi karena pikirannya sudah tercerai berai akibat bertemu Efan.
"Ini makan siangnya Pak. Maaf minumannya saya buatkan di pantri saja ya?"
Bara yang sejak tadi begitu fokus menatap laptopnya, kini beralih menatap Eca.
Kemeja Eca yang berwarna cerah itu kini tampak basah sampai ke roknya dan juga terkena noda berwarna kuning.
"Kamu kenapa?"
"Terkena tumpahan jus" Eca sebenarnya sudah sangat risih dan ingin segera membersihkan tubuhnya, tapi Bara sudah terlanjur melihatnya.
"Ceroboh, cepat bersihkan dulu. Biar Umar mencarikan baju ganti untukmu!" Perintah Bara.
"Tapi Pak Umar kan nggak ada di sini Pak. Nanti malah jadi ngerepotin"
"Tidak usah banyak omong. Cepat masuk kamar mandi dan bersihkan!" Bara tak ingin di bantah.
"Baik Pak" Eca langsung menuju ke kamar mandi di ruangan Bara itu.
Eca menatap pantulan dirinya di cermin dengan miris. Ternyata penampilannya begitu berantakan, pantas saja Bara memaksanya untuk membersihkan diri.
Eca baru saja membuka satu kancing kemeja bagian atas, tapi Bara sudah menerobos masuk ke dalam
Bara langsung memeluk Eca dari belakang. Melingkarkan tangan kekarnya dengan erat serta menghimpit badan Eca di antara badannya dan wastafel.
Kaca besar yang ada di hadapan Eca membuatnya bisa melihat kalau saat ini Bara sedang asik menciumi rambutnya sambil memejamkan mata.
"Mau ku bantu sayang?" Bisiknya lalu menatap Eca melalui pantulan cermin.
"Saya bisa sendiri Pak"
Tapi sayang, penolakan Eca itu hanya di anggap angin lalu bagi Bara. Tangannya sudah bergerak naik dan melepaskan satu persatu kancing kemeja Eca.
Sekarang Eca hanya pasrah meski sebenarnya begitu risih. Otaknya hanya terus memerintahkan hatinya untuk menerima segala sentuhan Bara karena pria itu adalah suaminya.
Kedua mata mereka saling menatap di pantulan cermin meski tangan Bara fokus melepas satu persatu kancing kemeja Eca.
Senyum di bibir Bara tercetak jelas saat dia berhasil meloloskan kemeja itu dari tubuh istrinya. Kini tubuh bagian atas Eca hanya di lapisi dengan b\*a berwarna hitam dan juga scarf di lehernya.
Kali ini tangan Bara tak bermain di dua gundukan menantang itu. Tapi Bara justru tertarik dengan scarf di leher istrinya.
Bara menggenggam kedua tangan Eca lalu memeluknya dengan erat. Dia menyusupkan wajahnya di leher jenjang milik Eca hingga membuat Eca sedikit mendongak.Eca bisa merasakan sapuan nafas bara di sana. Rasanya hangat dan menggelitik.
Sedetik kemudian, Eca merasakan basah di area lehernya. Ternyata, Bara sedang melepaskan scarf miliknya itu dengan menggigitnya bahkan dengan sengaja Bara sesekali menlat leher Eca.
"Emmhh" Eca membelalak karena tanpa sadar mengeluarkan suara anehnya hingga Bara tersenyum tipis di sela kecupan basahnya.
Setelah scarf itu terlepas, Bara melepaskan Eca. Membalik tubuh istrinya itu dengan cepat hingga menghadap ke arahnya.
Hap...
Eca cukup terkejut karena Bara mengangkat pinggangnya hingga kini dia duduk di wastafel.
"A-apa yang Pak Bara lakukan?"
"Sssttt, diamlah. Ini pasti lengket. Biar aku bantu bersihkan"
"Tapi saya bisa sendiri Pak"
"Jangan membantah!"
Bara lekas membasahi scarf milik Eca. Kemudian memerasnya dan menggunakannya untuk menyapu perut dan dada Eca yang tadi sempat terkena tumpahan jus.
Eca hanya diam. Dia membiarkan Bara membersihkan tubuhnya. Dia terus mencoba memalingkan wajahnya karena tak ingin melibat bara yang sedang fokus membersihkan dirinya.
"Sudah, tunggu sebentar"
Eca tak tau apa yang akan di lakukan Bara karena pria itu saat ini keluar dari kamar mandi. Tapi hanya beberapa detik, Bara sudah kembali lagi.
"Pakai ini dulu sambil nunggu Umar" Ternyata Bara mengambil kemejanya yang memang sengaja ia simpan di kantor.
"Saya bisa sen.."
"Aku tau!!" Potong Bara dengan cepat karena Eca menolaknya untuk membatu memakai kemeja.
Akhirnya Eca hanya pasrah ketika Bara memakaikan kemeja yang terlihat kebesaran di tubuhnya itu. Eca juga membiarkan Bara memasang kancing kemeja itu untuknya.
"Terimakasih" Ucap Eca dengan pelan setelah Bara selesai mengaitkan kancingnya.
"Hemm" Sahut Bara.
"Pak, sebaiknya k-kita keluar dulu" Eca terlihat gugup karena Bara justru menghimpit badan eca yang masih duduk di wastafel dengan kedua tangan di kiri dan kanan tubuh Eca. Wajah Bara yang begitu dekat juga membuat Eca tak tenang.
"Sebenarnya apa yang kamu miliki sayang?"
"M-maksudnya?" Eca nampaknya sudah mulai terbiasa dengan panggilan sayang itu.
"*Kenapa kamu membuatku gila seperti ini*" Jawab Bara dalam hatinya.
"Tidak ada. Ayo turun!" Bara kembali meraih pinggang Eca dan membawanya turun dari wastafel.
"Ini semua tidak gratis!" Ucap Bara serasa keluar dari kamar mandi.
"Jadi saya harus menggantinya dengan apa Pak?" Eca sudah menebak. Mana mungkin orang licik sepeti Bara, berbuat baik tanpa imbalan.
"Kalau uang tentu Pak Bara sudah punya. Mau barang bagus juga Pak Bara sudah punya banyak. Jadi apa lagi Pak?"
"Bukan itu Eca sayang. Aku tidak menginginkan semua itu. Untuk apa aku menginginkan sesuatu yang bisa aku dapatkan dengan mudah"
"L-lalu apa Pak?" Eca gugup. Dia takut kalau imbalan yang di minta Bara adalah haknya sebagai seorang suami.
"Mukai hari ini, kamu harus menyuapiku makan kalau kita sedang berdua"
"Apa!!"
ditunggu karya selanjutnya