NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 1

"Jiaaaa.... Apa-apaan kamu jam segini belum ada masakan sama sekali. Menantu macam apa kamu ini ." Teriak Bu Arum yang menggelegar di dalam rumah.

"Kenapa sih Ma masih pagi juga sudah teriak-teriak tidak jelas." Ucap Rangga sambil membenahi seragam kerjanya agar rapi.

"Dimana istrimu? Lihat meja makan jam segini masih kosong."

Jawab Bu Arum yang membuat Rangga menoleh ke arah meja makan lalu melototkan matanya.

Tidak seperti biasanya Jia jam segini belum masak. Bukankah dia sudah tidak ada di kamar pikir Rangga.

"Lho dia tadi sudah tidak ada di kamar, ku kira dia sedang berkutat di dapur." Jawab Rangga dengan bingung.

"Ck sudah numpang tidak tahu diri." Gumam Bu Arum yang geram dengan tingkah Jia.

"Lho Ma kok belum ada sarapan? Mana sudah hampir jam 7 ini aku bisa telat kerja kalau begini caranya." Ucap Rendi, Kakaknya Rangga yang tiba-tiba datang ke dapur.

"Ini tuh ulah Adik ipar mu. Sudah tahu semua orang di rumah ini butuh sarapan pagi-pagi malah belum ada masakan sama sekali." Jawab Bu Arum mendengar ucapan anak sulungnya itu.

"Terus gimana ini? Masa iya aku bekerja tidak sarapan sih. Yang ada aku bisa kelaparan dan tidak fokus kerja nantinya." Jawab Rendi.

"Kamu suruh Istrimu memasak sana. Atau tidak kamu makan saja di kantor terlebih dahulu." Jawab Bu Arum membuat Mayang yang baru sampai langsung melototkan matanya.

"Aku mana bisa masak Ma. Suruh Litta saja itu." Jawab Mayang seadanya sembari menggendong Azura anak semata wayangnya.

"Lagipula aku juga harus mengurus Azura ini." Lanjut Mayang dengan alasan.

"Dih mana bisa aku masak Mbak. Kamu jangan ngarang deh, sini Azura biar aku gendong, Mbak masak aja buat kita." Jawab Litta yang tidak terima dengan ucapan Mayang.

"Ma, terus bagaimana ini?" Ucap Rendi memelas.

"Sudahlah kalian makan di kantor dan kampus saja. Dan kamu Mayang, kamu masak buat Mama sana biar Azura Mama yang menjaganya." Ucap Bu Arum memberi solusi.

Mau tidak mau akhirnya Rangga dan Rendi pamit pergi kerja dan Litta pamit pergi ke kampus.

Sedangkan Mayang, berjalan dengan malas menuju kompor.

"Ma ini mana bumbu dapur kosong semua bagaimana bisa masak kalau begini?" Ucap Mayang yang celingukan mencari bumbu masakan.

"Kamu cari saja di situ. Tidak mungkin Jia tidak belanja bulanan untuk bumbu dapur." Jawab Bu Arum seadanya.

"Tapi memang tidak ada Ma, kosong semua. Tinggal cabe 2 biji ini." Jawab Mayang dengan kesal.

Mendengar jawaban Mayang akhirnya Bu Arum berjalan mendekati Mayang dan benar ternyata bumbu dapur tinggal cabe 2 biji saja.

"Apa-apaan ini, kenapa Jia belum belanja bulanan untuk bahan dapur. Menantu kurang ajar. Sudah miskin, numpang di rumah orang, tidak tahu diri lagi." Geram Bu Arum.

"Ya sudah kamu ikut Mama beli nasi bungkus. Kita makan nasi bungkus saja sementara, nanti kalau Jia sudah pulang akan Mama caci maki saja dia." Ucap Bu Arum yang langsung di angguki oleh Mayang.

Bu Arum menyerahkan Azura pada Mayang untuk di gendongnya. Setelah itu mereka berdua berjalan keluar.

Tetapi ketika sampai didepan kamarnya Amira, anaknya Jia dan Rangga tiba-tiba saja Bu Arum menghentikan langkahnya dan membuat Mayang hampir saja menabrak tubuhnya dari belakang.

"Kenapa bu?" Tanya Mayang yang bingung karna Bu Arum tiba-tiba saja berhenti.

Bu Arum menatap Mayang sekilas lalu dia mencoba membuka pintu kamar Amira. Namun, ternyata pintu kamar Amira terkunci dan tidak dapat di buka.

"Berarti Jia sedang keluar sama Amira, Ma. Pintu kamar Amira saja terkunci." ucap Mayang yang mengerti maksud Bu Arum ingin membuka pintu kamar Amira.

Bu Arum menganggukkan kepalanya. Lalu dia melanjutkan langkah keluar rumah.

"Jangan lupa di tutup pintunya." Ucap Bu Arum yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Mayang.

"Nanti pesankan saja anak mu. Jangan biarkan dia memilih lauk yang mahal." Ucap Bu Arum seraya berjalan beriringan dengan Mayang.

Mayang hanya diam tanpa menjawab.

"Kenapa ya Ma, kok tiba-tiba saja Jia tidak masak hari ini?" Ucap Mayang yang heran dengan tingkah laku Jia hari ini.

"Beberes rumah juga tidak tadi." Jawab Bu Arum.

"Hahhh?" Ucap Mayang yang bingung seraya menatap ke arah Bu Arum.

"Kamu tidak lihat rumah masih berantakan kayak gitu?" Tanya Bu Arum menatap balik ke arah Mayang.

"Aku tidak memperhatikan keadaan rumah tadi." Jawab Mayang, yang hanya di jawab decakan saja oleh Bu Arum.

***

"Tumben bro sarapan di kantin? Berantem sama istri?" Tanya Adam pada Rangga.

Rangga mengangkat bahunya." Gak sih, cuma gak tahu aja tadi istri ku tidak masak di rumah." Jawab Rangga seadanya.

"Lah!!! emang kenapa dia tidak masak?" Tanya Adam lagi. "Tidak kau beri jatah uang bulanan atau memang lagi malas saja?" Lanjutnya dengan nada yang heran.

"Soal uang sih aku kasih ke Mamaku semua. Kata Mama semua bumbu dapur dan keperluan rumah itu sudah Mama yang ngatur." Jawab Rangga jujur.

"Jadi istrimu gak kamu beri pegangan uang sama sekali?" Tanya Adam lagi.

Rangga menggelengkan kepalanya sembari menyantap sarapan paginya itu.

"Kamu gila!!" Ucap Adam dengan tatapan heran.

Rangga menoleh ke arah Adam dengan bertanya.

"Kenapa kamu bilang aku gila?" Tanya Rangga yang membuat Adam semakin geram.

"Gini ya Bro. Kamu sudah menikah, yang berhak membawa uang nafkah mu itu istrimu bukan Mama mu." Jawab Adam menahan rasa kesalnya.

"Tapi kata Mamaku, dia juga memberikan beberapa uang kepada istriku untuk belanja bahan dapur. Jadi tidak masalah kan jika keuangan ku di atur oleh Mama. Lagian, aku juga masih menumpang di rumah orang tua ku." Jawab Rangga apa adanya.

"Bukan begitu maksudnya Ga. Walaupun kamu menumpang, setidaknya jangan semua kamu berikan sama Mamamu. Berikan juga ke istri mu setengahnya. Itu sudah kewajiban mu apalagi untuk biaya anak mu." Jawab Adam setelah mendengar jawaban Rangga.

"Aku cuma tidak mau di anggap anak durhaka saja sama Mama karna tidak menuruti ucapan Mama ku." Jawab Rangga acuh.

Adam yang geram mendengar jawaban Rangga pun segera pergi meninggalkan Rangga sendiri dari pada nanti malah ribut tidak jelas dengan Rangga.

***

Di sisi lain Jia istrinya Rangga sedang melamun memikirkan bagaimana kondisi keluarganya kedepannya.

Ya pagi-pagi buta Jia mengajak Amira untuk berjalan-jalan di taman bermain.

Jia menatap Amira yang sedang bermain dengan kegembiraannya dari kejauhan.

Jia yang sedang melamun di kagetkan dengan notif HP miliknya. Segera dia lihat siapa yang sudah mengirimkan pesan untuknya.

[Jia, Papi mau ketemu sama kamu. Apa kamu sibuk sayang?]

"Papi?." Gumam Jia ketika sudah melihat isi pesan tersebut.

Dengan cepat Jia menekan ikon telepon untuk menghubungi Papinya.

"Halo sayang. Assalamualaikum." Sapa Pak Alan Ayah dari Jia.

Jia tersenyum kala mendengar sapaan dari sang Ayah.

“Iya Papi waalaikumsalam.” Jawab Jia.

"Kamu gak lagi sibuk?" Tanya Pak Alan.

"Nggak, Pi, ini Jia lagi ada di taman bermain sama Amira." Jawab Jia dengan jujur.

"Jia, Mami kamu beberapa hari terakhir ini bermimpi buruk tentang kamu. Nak, kamu baik-baik saja kan di sana?" Ucapan Pak Alan berhasil membuat Jia terdiam, ternyata feeling seorang ibu sangatlah kuat.

"Halo Jia." Ucap Pak Alan lagi yang merasa tidak mendapat jawaban dari Jia.

"Ah iya Pi. Jia sama Amira baik-baik saja kok. Kasih tahu Mami untuk tidak berfikiran negatif ya, Pi "Jawab Jia cepat.

"Alhamdulillah kalau seperti itu. Kalau ada apa-apa tolong kamu segera kabari Papi ya, Nak. Paling tidak kamu kabari Adik kamu." Ucap Pak Alan.

"Iya Pi, pasti Jia kasih tahu Papi atau Jio kalau Jia atau Amira kenapa-napa." Jawab Jia.

"Ya sudah, Papi hanya memastikan keadaan kamu saja sayang. Kalau begitu Papi matikan dulu sambungan teleponnya. Papi juga mau lanjut kerja lagi. Sebentar lagi ada meeting penting jadi Papi harus mempersiapkan berkasnya." Ucap Pak Alan yang pamit kepada sang putri.

"Iya Papi semangat kerjanya ya. Semoga meetingnya lancar." Ucap Jia menutup sambungan telepon mereka.

"Maafkan Jia Pi, Mi, Jio. Kalau Jia sudah tidak kuat lagi Jia akan segera pergi dan meminta Jio untuk menjemputku." Batin Jia seraya menatap ponsel yang dia genggam.

********

********

1
Dian Astutik
bagus ceritanya seru
Aprillia Novianti
lumayan, bikin emosi meningkat
Lusi Andriani
yang tolol itu jia nya udah tau anaknya dikucilkan dan dirundung oleh keluarga mertua masih diam aja sekarang nyesel
yuyunn 2706
????????????????
Mulia Ulfa
bagus
Rizah Emelya
heran sampai bab 146 aja masih bego jia
kenp gak tegas .buat mereka kapok
Febi Nale
ko skrg gk di up lgi ya
Anonymous
Katanya jia sebenarnya perempuan pintar tp kok selalu bisa di permainkan dan lemah di bilang pacaran dan video call kok maunya sih dr cerita ini tidak membangun jd wanita kuat sepertinya membosankan dan berputar putar trs
🔵🏘⃝AⁿᵘHeartNet🔰π¹¹™🍒⃞⃟🦅ᶠˢ
udah seminggu lebihh belom up/CoolGuy//CoolGuy/
Sandira Wati
Kecewa
Sandira Wati
Buruk
Dwi Setyaningrum
kok ga up up thor
Debby Simangunsong
Cerai aza jia,tinggalkan rumah itu
Rihani Aqiella
keluarga toxic bin tolil
Rasim Bintang
jadi bikin ilpil nih/Panic//Panic/
Rizky Sandy
bodoh dipelihara,,,,,
Lina Ina
lama sangat thor sambungan nya
Dwi Setyaningrum
thor kok lama ga update..
Akbar Razaq
Perasaan dr kemaren " masalah penyusup yg jelas jelas sdh tahu pelakunya ya siapa lagi dalangnya klo bukan omnya tp susah amat si jia.Kayaknya Jia kurang kompeten deh
Rahma
haduuuh ini cerita ko bikin darah tinggi naik, pgin lanjut takut darah tinggi g di lanjutin penasaran 😔😔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!