apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Kursi yang selama ini takut untuk Anin bayangkan. Kini dengan kesadaran penuh, ia menduduki tempat direktur utama di perusahaan Eyang sastro.
Yang memang telah di wasiatkan untuknya.
Tok tok tok
Suara pintu di ketuk pelan.
"Masuk!" Sahut Anin.
Rayna sang sekertaris Anin masuk. "Maaf bukan, kalau saya mengganggu, tapi....pak Adriel menolak untuk bertemu dengan ibuk sekarang." Ucap Rayna.
Senyuman Anin berikan.
Sambil memainkan bolpoin di tangannya, Anin berucap dengan santai. "No problem, aku yang akan keruangan nya sekarang."
"Tapi, ibu Anin adalah.... "
Ucapan Rayna diselak langsung oleh Anin. "Direktur utama?" Tatapan Anin mengarah pada Rayna. "Itu hanya kedok, aku juga tidak butuh jabatan itu, tapi dengan jabatan itu, aku bisa membuat Adriel dan keluarganya bersimpuh di kaki ku."
Rayna terdiam.
Tubuh Anin pun beranjak dari tempat duduknya. Langkah kaki yang terlihat elegan ia langkah kan kearah luar ruangan.
Sang sekertaris Anin yang kini mengekor berjalan di belakang nya.
Semua karyawan di kantor itu memberi sapaan hangat pada Anin. Bahkan pada menyapa hanya dengan bungku kan tubuh mereka.
Ting
Suara pintu lift terbuka.
Anin dan Rayna masuk kedalam lift.
Raut wajah dingin dan datar. Rayna terdiam, dan berusaha untuk tak membuat suasana hati bosnya itu semakin buruk. Kini ia hanya mampu diam, serta mengikuti perintah dari sang bos.
Ting
Suara pintu lift terbuka.
Anin dan Rayna beranjak keluar.
Ketika langkah kaki mereka hendak sampai di depan ruangan Adriel. Suara Jessica menghalau langkah kaki mereka.
"Tunggu!"
Sontak Anin dan Rayna berhenti, sambil menatap kearah sumber suara.
Seperti biasa, Jessica akan bersikap seperti orang yang pintar, cerdas, hingga berakting layaknya wanita dengan attitude yang cukup bagus.
"Maaf buk Anin, tapi tuan Adriel sekarang tak dapat diganggu." Ucap Jessica dengan senyuman penuh arti.
"Kau tau siapa aku sekarang?"
"Bu direktur, di perusahaan ini." Jawab Jessica.
Tak seperti Jessica yang sumringah, Anin tak menunjukkan kebaikkan nya sama sekali dari raut wajahnya sekarang.
Semua mata karyawan sesekali menatap kearah Anin, Jessica dan Rayna di depan ruangan sang CEO.
"Kalau begitu, minggir dan biarkan saya masuk." Imbuh Anin.
"Tapi anda harus tau, kalau tuan Adriel juga CEO utama di perusahaan ini, mungkin jabatan anda lebih besar, akan tetapi tuan Adriel juga berhak menyembunyikan privasi nya sekarang."
Seakan mulai geram, Rayna hendak menarik paksa agar Jessica menyingkir di depan pintu masuk ruangan CEO.
Sembari memberi isyarat pada sekertaris nya, Anin menghalau aksi Rayna itu.
Tatapan tajam Anin berikan pada Jessica. Perlahan langkah kakinya ia tujukan pada sang pelakor itu. "Apa kau yakin tetap ingin berdiri di sini?"
"Em, mungkin anda lupa, tapi biar saya ingatkan kembali, pak Adriel itu masih suami anda. Dan tak seharusnya anda....."
Belum sempat lontaran kata terucap di bibir Jessica, dengan cepat, Anin menyelak. "Aku beri kesabaran untuk kau bicara, tapi harus kamu tau kalau aku bukan orang yang sabaran seperti dulu. Dan apa kamu nggak malu nantinya saya bisa melakukan hal memalukan di depan para karyawan sebanyak ini?"
"Maaf Bu Anin, apa anda melakukan semua ini karna anda cemburu dengan saya dan pak Adriel."
"Saya? Cemburu?" Anin berhenti berucap, wajahnya ia palingkan dari Jessica kearah lain. Dan.....
Plakk
Plakk
Plakk
Suara tamparan berkali-kali mendarat begitu saja kearah pipi mulus Jessica.
Jessica terhuyung begitu saja. Ingin membalas tapi sayangnya tatapan, hingga gerakan Anin terlampau cepat.
Seakan ia sedang melihat gadis lain, berbeda dengan Anin dulu yang ia kenal.
Sedangkan semua karyawan terdiam. Mereka tak ada yang berani untuk melerai keributan sang direktur utama itu.
Plakk
Plakk
Ketika tamparan yang kesekian kalinya hendak tangan Anin layangkan, Adriel melerai dengan memegang tangan Anin dengan erat.
Genggaman tangan Adriel langsung di hempaskan begitu saja oleh Anin.
"Mas.... " Jessica menjeda ucapannya, ia langsung mengingat akan semua karyawan yang melihat kearah dirinya. "Ma-maksud aku pak Adriel, tadi.... Bu Anin ingin masuk ke ruangan bapak dan saya halau. Tapi bu Anin malah menampar saya."imbuh Jessica kembali.
Adriel menatap raut wajah Anin, seperti wajah tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.
"Semua kembali bekerja, dan jangan ada yang bikin keributan dengan bergosip di sini." Sahut Adriel.
Semua karyawan langsung beranjak fokus kembali pada kerjaan mereka masing-masing.
Kini Adriel kembali mengarahkan pandangannya pada Jessica yang berdiri di sampingnya. "Kamu kembali ke ruangan kamu, dan obati luka di pipi kamu itu."
Jessica mengangguk pelan, sekaligus mengikuti perintah Adriel.
Anin yang melihat perlakuan Adriel pada Jessica, membuatnya tertawa ringan sekaligus terdengar meremehkan.
"Kita bicara di dalam."
Tak ada jawaban apapun dari Anin, ia malah berbicara pada Rayna untuk menunggu di luar ruangan saja. "Kamu tunggu disini, aku ingin bicara pribadi dengan pak Adriel."
"Tapi, apa ibuk yakin."
Senyuman Anin berikan. "Kamu tenang saja."
Rayna mengangguk paham dengan pelan.
Langkah Adriel langsung di dahului oleh Anin untuk masuk kearah ruangan nya berada.
Melihat gelagat kurang sopan yang Anin tunjukkan, Adriel hanya mampu menahan amarahnya.
*****
(Dalam ruangan)
"Anin!"
"Bicara formal dengan ku, disini aku direktur utama, bukan istrimu Anin yang bodoh itu." Tukas Anin.
"Kau benar-benar ingin melawan ku?"
"Em, apa kau baru menanyakan hal yang sudah dari awal kau tau jawaban nya." Jawab Anin.
Adriel dan Anin yang kini telah berdiri di ruangan itu, sambil bertatap muka. Langkah pria itu ia arahkan untuk mendekat keara Anin. "Apa kau sakit hati karna keguguran waktu itu?"
"Bukan!"
Jawaban Anin membuat Adriel tertegun sesaat. "Lalu?" Tanya Adriel kembali.
"Karna keluarga mu! dirimu! hinaan keluarga mu!penghinaan mu! dan nggak punya hatinya keluarga ku. Aku melakukan ini karna itu semua. Tapi kau tau apa yang paling membuatku bertekad untuk membuat mu hancur....." Ucapan Anin sengaja ia gantung.
Pandangan mengintimidasi, hingga dendam yang terpendam selama ini, ingin sekali Anin tunjukkan. "Anak ku! anak ku yang tak tau apa-apa, tapi dengan teganya seorang ayah brengsek seperti mu membunuh nya."
"Aku tidak membunuh nya Anin, aku hanya tidak sengaja mendorong mu, karna kau bersikap kasar dengan.... "
"Dengan jalang mu?" Tukas Anin. "Dengar Adriel, meski kau tidak membunuh anak ku waktu itu. Aku akan tetap balas dendam apapun itu rencananya, tapi bedanya sekarang aku tidak bisa berhenti, kau tau apa yang dapat membuat ku berhenti? Kematian!"
"Anin! Apa kau benar-benar ingin mati sekarang?" Sahut Adriel.
"Em, tapi kalau kau mau rahasia mamamu terbongkar di depan publik."
"Kau tau sesuatu?"
"Menurut mu?"
Tatapan Adriel dan Anin saling adu pandang.
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞