Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Di dalam mobil rolls royce, pembicaraan antara Xaver dan Zafran tentang langkah mereka untuk terus memajukan Parvez Company terus berlanjut. Xaver awalnya keberatan harus satu mobil dengan ayahnya, tapi karena ibunya menghubungi untuk bisa pulang ke rumah, membuat Xaver tidak bisa menolak ajakan untuk pulang bersama ayahnya, dari pada pulang ke apartemen yang dirinya tinggali.
"Sepertinya akan menguntungkan jika kita memba....," perkataan Zafran terhenti.
Mata Xaver melihat sesuatu yang sangatlah menarik. "Roy hentikan mobilnya," pinta Xaver cepat-cepat memotong percakapan yang akan diucapkan Ayahnya.
Roy yang bekerja sebagai asisten Zafran, dengan tiba-tiba mengerem mendadak karena apa yang diperintahkan oleh tuan mudanya.
"Xaver apa-apaan kamu!?!" omel Zafran yang kesal.
Mengabaikan omelan ayahnya, Xaver tanpa mengatakan apa pun lagi membuka pintu mobil. Kakinya melangkah dengan sendirinya membawanya ke hadapan wanita mengenakan dress casual yang sedang menikmati es krim ditangannya.
Merasa ada yang menatapnya, Quella mendongakkan kepalanya. Sesaat setelah tau siapa itu, dirinya langsung memutar bola matanya dengan malas. Risi akan tatapan mata biru itu, Quella akhirnya membuka suara.
"Ada apa ini, seorang Parvez lagi-lagi datang menganggu," sindir Quella sambil memasang senyum palsunya.
Tanpa meminta izin dari Quella, Xaver mengambil tempat duduk berhadapan dengan Quella. "Mengapa?" Xaver membuka suaranya.
Mengerutkan keningnya, Quella bingung dengan ucapan Xaver. "Bisakah bertanya lebih jelas!?!" gerutu Quella yang kesal sendiri.
"Undangan, mengapa bukan aku yang kau undang?" tanya Xaver tidak melepaskan pandangannya untuk memperhatikan Quella sedikitpun.
Menyudahi kenikmatan es krim yang dirinya santap. "Oh benarkah. Maafkan aku," ujar Quella dengan malu-malu, seolah terkejut akan apa yang dikatakan oleh Xaver. "Mungkin Yuren salah menulis nama undangannya," bohong Quella padahal sudah jelas-jelas bahwa keputusan tidak mengundang Xaver darinya.
Tidak menanggapi ucapan Quella, sebaiknya Xaver bertanya sesuatu. "Aku baru tau, bahwa seorang Princess angkuh seperti mu, bisa makan ditempat biasa seperti ini," Xaver mempertanyakan hal yang dilakukan Quella.
Dikarenakan menurut rumor yang dirinya tau. Quella anti sekali dengan tempat sederhana seperti ini, yang bahkan jauh sekali dari kata mewah. Tempat ini hanyalah tempat makan yang berada di pinggir jalan.
"Bisa lihat eskpresi wajahku," Quella memperlihatkan wajah ketidakpedulian atas ucapan yang dilontarkan oleh Xaver. "Apa kita berteman? kamu bukan siapa-siapa, jadi jangan so tau atau peduli," lanjut Quella dengan tidak ramah, topeng di wajahnya yang dirinya tahan untuk tetap sopan, lepas hilang entah kemana.
Bukannya tersinggung atau apa, Xaver memperhatikan mata Quella yang terlihat memerah. "Siapa yang membuatmu bersedih?" Xaver bertanya dengan tanpa sadar mengepalkan tangannya, menandakan kekesalannya.
Mendapatkan pertanyaan itu, Quella dengan segera mengambil cermin di dalam tasnya dan melihat ke area matanya. 'Sialan ternyata masih terlihat,' gumam Quella dalam hati.
"Ini bukan apa-apa, lagi pula kenapa kamu peduli?" Quella mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan dengan Xaver.
"...." Xaver diam enggan untuk menjawab, dirinya juga kebingungan harus menjawab apa.
"Hah....," napas Quella terhembus kasar karena tidak mendapatkan jawaban apapun. "Kamu menganggu saja, sudahlah aku duluan. BYE....," ucap Quella sebagai salam perpisahan mereka.
"Berhenti," seru Xaver yang ikut berdiri dan menggapai tangan Quella.
Membalikan badannya salah satu alisnya terangkat heran. "Lepas," gerutu Quella saat genggam tangan Xaver semakin terasa erat.
"Bagiamana jika kita makan bersama?" Xaver bertanya secepatnya, sebelum Quella berteriak keras.
"Ti..," belum selesai bibirnya berbicara, suara perutnya yang kelaparan terdengar jelas. Pipi Quella sudah memerah menahan malu. 'Sialan sekali,' gerutu Quella dalam hati.
"Oke aku mau, tapi harus di restauran berbintang," ucap Quella dengan angkuh, dan pipinya yang masih tetap memerah.
Melihat tingkah Quella di depannya berhasil membuat sudut bibir Xaver terangkat sedikit. "Tentu itu sudah pasti," ujar Xaver yang langsung menarik Quella agar mengikuti langkahnya.
Mereka bejalan bersama, Quella mengira Xaver akan membawanya menuju mobil. Dahinya mengernyit saat mereka terlihat jelas sedang menunggu taksi. "Apa kamu bangkrut?" Quella bertanya dengan sarkas.
"Tentu tidak," jawab Xaver cepat, alisnya mengerut bingung akan pertanyaan Quella.
"Jika tidak, mengapa kita menunggu taksi?" Quella memasang wajah protes, seolah mengatakan dirinya tidak mau naik taksi.
Memandangi ekspresi Quella yang sangat jelas kesal padanya, Xaver tentu dibuat heran. "Memangnya kenapa? Bukankah tadi kamu makan ditempat sederhana biasa saja. Lalu apa bedanya dengan ini?" Xaver bertanya, lagi pula tidak mungkin dirinya mengajak Quella untuk satu mobil dengan ayahnya.
"Tentu berbeda, aku tidak mau ada rumor apapun denganmu," gerutu Quella yang sadar ada yang telah memotret mereka.
"Jangan hiraukan," ucap Xaver yang kemudian Menghentikan sebuah taksi, Xaver membukakan pintu untuk Quella.
Pasrah akan hal ini, Quella juga sedang tidak bersama sopirnya. Jadi mau tidak mau mereka naik taksi untuk menuju restoran.
Zafran yang menyaksikan semua itu, sedikit membuka mulutnya tidak menyangka. "Apa itu Xaver?" Zafran menatap ke arah Roy penuh tanda tanya.
"Terasa aneh memang, tapi saya sudah mendapatkan informasi dari Jad, bahwa Tuan muda sedang sedikit terlihat berbeda jika terkait dengan Nona Quella," Roy menjelaskan apa yang diketahuinya.
Mengerutkan kedua alisnya, Zafran masih tidak percaya dengan apa yang telinganya dengar. "Apa itu benar?" Zafran kurang yakin, pasalnya Xaver memang tidak pernah dekat dengan wanita manapun.
Melihat Xaver masuk ke dalam taksi, membuat Zafran cepat-cepat masuk ke dalam mobil lagi diikuti oleh Roy. "Cepat ikuti mereka," perintah Zafran yang tidak mau tertinggal kali ini.
"Baik Tuan," ucap Roy yang segera menyetir mobil yang dibawanya, untuk mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Tuan mudanya.
"Tapi tuan, sepertinya rumor tentang Tuan muda akan tersebar," Roy berkata saat matanya melihat wartawan yang bersembunyi, setelah memotret Tuan mudanya.
Berpikir sejenak, Zafran sepertinya hanya akan melihat kali ini. "Biarkan dan kita lihat apa yang akan dilakukan oleh tuan muda Parvez?" gumam Zafran yang sangat penasaran mengenai hal ini.
°°°°°
Hanya ada sebuah keheningan di dalam mobil, tangan Xaver senantiasa memegang jemari Quella tanpa berniat sedikitpun melepaskannya. Quella hanya bersikap biasa-biasa saja, karena percuma saja sedari tadi dirinya berusaha melepaskan, tapi sayangnya tenaga Xaver lebih besar darinya.
"Pak, kita berhenti di Restauran depan," ucap Quella memerintahkan sopir taksi, saat matanya melihat sebuah restoran mewah yang akan dilewati oleh mereka.
"Baik nona," ucap pak sopir, dan memarkirkan mobilnya di tempat tujuan.
Mengeluarkan uang dari dompetnya, Xaver membayar ongkos untuk perjalanan mereka. "Ambil saja kembaliannya," ucap Xaver yang kemudian membuka pintu mobil.
Keluar dari mobil terlebih dahulu, Xaver mengulurkan tangan untuk digapai oleh Quella.
Menepis tangan yang diulurkan oleh Xaver, Quella tanpa memperdulikan perilakunya yang kurang sopannya, langsung melangkahkan kakinya menuju pintu restauran mengabaikan Xaver di belakang.
"Terimakasih tuan, dan semoga istri anda cepat memaafkan anda. Saya doakan semoga kalian menjadi pasangan suami istri yang selalu bahagia," ucap pak sopir taksi yang mengira penumpangnya itu sepasang suami istri yang sedang bertengkar.
"Hm..," Xaver hanya bergumam untuk menanggapi ucapan itu. Saat mobil taksi itu pergi, bola matanya tidak sengaja melihat mobil ayahnya yang terlihat jelas sedang mengawasi dirinya.
'Dasar selalu saja ingin tau,' gumamnya sambil memutar bola matanya malas. Xaver berpura-pura tidak melihat, dan langsung masuk ke dalam restoran menyusul Quella yang sudah masuk.
Langkahnya kakinya terhenti, saat melihat sebuah pemandangan yang begitu berhasil, membuat perasaannya tidak nyaman.
°°°°°
"Kenapa aku bisa-bisanya mau bersama dengannya" gumam Quella dalam hati, berada di dalam taksi dengan seseorang yang dirinya ketahui sebagai Tuan Muda dari keluarga Parvez ini.
Menghentikan tujuan mereka Quella menunjuk asal restauran, karena sudah tidak tahan dengan Xaver yang terus saja menggenggam tangannya erat tanpa melepaskannya sedikitpun.
Pintu dibuka oleh Xaver, Quella menepis uluran tangan yang berniat membantunya, tidak merasa bersalah atau ada yang salah. Quella berjalan mendahului Xaver, tanpa berbalik sedikitpun dirinya melangkahkan kakinya menuju restauran yang dipilih asal olehnya tadi. "Cukup menarik sekali tempat ini," ujarnya dalam hati saat memandangi semua interior yang ada di dalam restauran ini.
Langkahnya terhenti saat melihat sebuah pemandangan yang sangat dibencinya itu, Elvis sedang memberikan sebuah suapan untuk Loretta. Meremas dress yang dikenakannya, saat senyuman bahagia Elvis terlihat jelas oleh kedua matanya.
Mata Quella terpancar sedih, hatinya merasa sesak. Dirinya merasakan patah hati kembali, baru saja dirinya merasa baik-baik saja, tapi melihat pemandangan di depannya. Telah berhasil membuatnya sedih dan lesu kembali.
Arah pandangnya terhenti saat merasakan sebuah tangan besar menggenggam nya dengan begitu hangat. Mata mereka saling bertatapan, Quella diam menunggu apa yang sebenarnya akan dilakukan Xaver.
Xaver yang sedari tadi sangat terganggu dengan raut wajah Quella yang bersedih, memberanikan diri menarik tangan Quella kehadapan bibirnya, untuk dirinya kecup lembut.
Mendapatkan perilaku yang tidak dirinya perkirakan. BLUSH.... kedua sisi wajahnya memerah sempurna. Mata Quella terbuka sempurna, tentu terkejut, apalagi hatinya terasa berdetak cepat.
Sebelum bibir Xaver mengatakan sesuatu, dengan repleks Quella menarik tangannya. "Aku lap_ar cep_at pesankan makanan," ucap Quella gugup, kemudian berjalan pergi mencari tempat duduk yang kosong.
"Sialan ada apa denganku?" gerutu Quella pelan, dengan langkahnya yang cepat agar Xaver tidak menyadari kegugupannya.
Tidak merasa tersinggung, sebaliknya sudut bibir Xaver terangkat. Dirinya merasa sikap Quella manis sekali. Apalagi saat tadi Xaver melihat kedua pipi Quella yang bersemu merah.
Menggelengkan kepalanya cepat-cepat, Xaver segera memesan makanan, karena terlihat di sana Quella sudah memajukan bibirnya cemberut kearahnya. "Bukankah itu lucu sekali," gumamnya mengingat hal gila yang dilakukannya tadi.
°°°°°
Menyantap makanannya dengan lahap, Quella melupakan kesedihan yang dirasakannya tadi. Dirinya sangat menikmati makanan yang telah dipesankan oleh Xaver. Sebaliknya Xaver mengabaikan makanannya, dirinya sedari awal hanya memandangi Quella dengan begitu dalam.
Menghentikan kunyahan di mulutnya, saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan Xaver yang ternyata hanya diam memandanginya. Memutar bola matanya malas, Quella rasanya muak dengan Xaver yang selalu begini. "Makanan mu ada di depan sini," Quella menunjuk piring yang masih utuh belum tersentuh.
"Buka mulutmu," Quella menyodorkan sebuah cake yang sudah dirinya potong kecil.
Xaver diam sesaat, walaupun ragu dirinya tetap menerima suapan itu. Membuka mulutnya sedikit, menguyah pelan setelah Quella memberikan kue itu. Rasanya cukup lezat, walaupun sebenarnya Xaver tidak menyukai makanan manis.
"Aku tidak suka manis," ucap Xaver setelah menelan kue di mulutnya.
Tidak mendengar apa yang dikatakan Xaver, mata Quella kembali sendu saat melihat pemandangan romantis pada meja yang ditempati Elvia dan Loretta.
Xaver menangkap pandangan Quella yang berulang kali melirik ke arah meja lain. Mata Quella tidak bisa berhenti memandang seorang pria yang Xaver tidak ingat siapa itu.
Xaver merasakan jantungnya berdegup kencang, tangannya menggepal erat, dan sebuah amarah perlahan menguasai dirinya. Apalagi saat jelas-jelas Quella menatap begitu sedih, karena laki-laki itu makan dengan wanita lain. Xaver jelas-jelas tidak menerima hal ini.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW