Bukan Hanya Cinta

Bukan Hanya Cinta

Bab 1. Kejutan

Dua minggu sebelum pernikahan.

"Kamu tidak menginap?"

"Nanti saja, Ma. Aku ada tugas kuliah, yang harus dikerja."

"Ya, sudah. Nanti supir yang mengantarmu. Mungkin, tiga hari lagi, anak bandel itu pulang."

"Iya, Ma. Aku pamit dulu."

Resti mengantar calon menantunya, sampai halaman.

Sore tadi, Maya mampir ke rumah Zamar, tunangannya. Ia diminta untuk melihat gaun pengantin dan pernak-perniknya. Dua minggu lagi, acara pernikahan mereka diadakan. Tapi, Zamar meminta izin, untuk menyelesaikan pekerjaannya, diluar negeri.

Supir yang mengantar Maya, sudah parkir di halaman gedung apartemen.

"Disini saja, Non?"

"Iya, Pak. Terima kasih, ya."

Maya sudah berjalan masuk kedalam, sembari menerima telepon dari seseorang.

Didalam apartemen, ia dikejutkan dengan botol-botol minuman alkohol, diatas meja. Pandangannya bergeser, pada wanita yang tersenyum dengan mengangkat gelasnya.

"Surprise."

"Kau mabuk lagi?" Maya ikut bergabung duduk diatas sofa.

"Ini acara, melepas status lajang. Ayo, bersulang!" Sandra memberikan segelas minuman alkohol, padanya.

"Aku tidak minum. Aku perlu jaga kesehatan!" ketus Maya, yang hendak beranjak, tapi Sandra meraih lengannya.

"May, segelas saja. Zamar tidak akan membunuhmu, jika kau minum segelas."

Maya kembali duduk. Sebenarnya, ada nyawa lain dalam perutnya, yang perlu ia jaga. Tapi, hal ini, menjadi rahasia. Ia mau kejutan ini, sebaiknya Zamar yang lebih dulu mengetahuinya, sebelum orang lain.

"San. Kau tahu, kan, toleransiku terhadap alkohol? Jangankan segelas, setetes saja, aku sudah pusing dan mual. Minuman itu, tidak cocok untukku."

"Ayolah, please! Satu teguk saja, setelah itu, kau boleh pergi."

Maya menghela napas. Sandra adalah sahabat, yang sudah seperti saudara baginya. Meski, keduanya berbeda status sosial. Sandra terlahir dari keluarga terhormat dan kaya raya. Tidak sepertinya, yang seorang yatim piatu. Namun, hal itu bukan menjadi penghalang keduanya, untuk menjalin hubungan persahabatan.

"Oke, satu teguk." Maya menyambar gelas itu, lalu bersulang.

Uhuk, uhuk. Tenggorokan Maya, terasa terbakar. Ia menyambar gelas lain, yang berisi air putih.

"Baru seteguk, kau sudah batuk."

"Tidak enak. Tenggorokanku aneh."

"Itulah sensasinya." Sandra, menghabiskan satu gelas alkohol dalam satu kali tegukan.

Maya bersandar, dengan kepala yang mulai pusing dan mual. Ia melirik, satu botol minuman alkohol, sudah dihabiskan Sandra. Masih ada beberapa botol lagi, diatas meja.

"Kau mau lagi?" tanya Sandra yang kembali memberikan segelas.

"Tidak. aku sudah merasakan pusing dan mual." Maya memejamkan mata. "Kau berencana mabuk?"

"Benar. Sepertinya, aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu."

"Kenapa?" Maya membuka mata, lalu menoleh. "Kau ada masalah?"

"Orang tuaku, mengatur pernikahan, tanpa sepengetahuanku. Katanya, anak rekan bisnis mereka. Kau tahu, kan. Mereka tidak menerima penolakan."

"Lalu, apa rencanamu?"

"Aku akan keluar negeri, minggu depan dan menetap disana. Tapi, jangan khawatir, aku akan sering menghubungimu." Sandra kembali meneguk segelas penuh, minuman alkohol.

"Sudah, berhenti. Kau sudah mabuk!" Maya merampas botol minuman. Tapi, kalah tenaga dengan Sandra.

"Mabuk, adalah obat terbaikku melupakannya."

Glek, glek, glek.

Tiba-tiba, kepala Maya semakin pusing. Pandangannya berputar dan mata terasa berat. Ia. menggeleng beberapa kali, tapi tetap sama.

"Aku ke kamar dulu. Aku mau tidur."

"Hmm. Aku akan menyusul." Sandra masih sibuk dengan minumannya. Ia tidak akan bangkit, sebelum menghabiskannya.

Maya sendiri, sudah ambruk diatas kasur. Kepalanya berdentam dan dia tidak kuat menahannya.

🍋🍋🍋

Pagi menjelang.

Cahaya matahari, sudah masuk melalui ventilasi. Maya merasa silau, saat setitik cahaya menerpa kedua maniknya, yang masih terpejam.

Maya mengerjap, sembari meluruskan sendi-sendinya. Tapi, sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dengan erat. Dan dia baru, sadar, jika tidak menggunakan pakaian.

Maya tersenyum simpul, dia bisa menebak, siapa pria yang sedang memeluknya. Dia mendiamkan tangan itu, menunggu, sampai si pemilik terbangun.

Waktu berlalu, pria dibelakangnya mulai bergerak. Bahkan, mendaratkan kecupan di bahunya.

"Selamat pagi."

Deg.

Suara pria asing, membuat jantung Maya, terpacu. Dengan cepat, ia menoleh. Detik itu, jantung Maya, seakan jatuh diatas tanah. Matanya membulat sempurna. Ia segera bangkit, menjauhi pria asing tanpa busana, diatas kasurnya.

"Ka-kau siapa?" Suara Maya bergetar, dengan memegang erat selimutnya.

"Sayang. Jangan begitu, baru semalam kita menikmatinya. Dan kau sudah lupa." Pria itu menyeringai dan turun dari tempat tidur.

"Jangan mendekat!" Maya bergerak mundur. "Aku tidak mengenalmu. Apa yang sudah kau lakukan?"

"Sayangku. Karena, kau tidak ingat, maka aku akan membantumu mengingat kembali, bagaimana semalam kau berteriak."

Maya berlari, menuju pintu. Dengan tangan yang gemetar, ia berusaha meraih handle. Tapi, pria itu, lebih dulu menangkapnya.

"Lepaskan, lepaskan!" Maya meronta-ronta, dengan memukul pria itu, yang sepertinya tidak berdampak apa-apa.

Ia terhempas diatas kasur, dengan selimut yang hampir terbuka.

"Tolong, lepaskan aku. Aku akan memberikan apapun yang kau minta. Kau butuh uang? Aku akan berikan." Maya mencoba mengiba, dengan lelehan air mata.

"Aku hanya ingin mendengar suara desahanmu semalam." Dengan kasar, pria itu membuka selimut Maya.

"Lepaskan, lepaskan!" teriak Maya, sambil meronta. Ia akhirnya teringat, akan Sandra. "Sandra, San, Sandra," panggil Maya, tapi tidak mendapat sahutan.

Maya masih mencoba melawan, dengan memukul dada pria itu, yang perlahan menindihnya. Ia juga menendang, tapi akhirnya kalah tenaga. Ia hanya bisa mengiba dan berteriak meminta pertolongan.

"Aku mohon, tolong jangan lakukan ini," isak Maya yang mulai kelelahan.

Brak.

Maya menoleh.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" teriak Zamar, dengan tatapan nyalang.

Tanpa menunggu, Zamar sudah mendekat dan menendang pria itu, hingga jatuh. Maya segera bangkit, meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Oh, bukankah ini, Tuan muda Zamar, yang sudah membiayai kekasihku?" Pria itu tersenyum, sembari perlahan bangkit.

"Za, tolong jangan dengarkan dia! Aku tidak mengenalnya dan dia mencoba memperkosaku," isak Maya.

"Sayang. Aku tahu, dia memberimu kemewahan. Tapi, kau tidak boleh, tidak mengakuiku."

Wajah Zamar memerah dengan napas naik turun. Tangannya sudah terkepal sempurna dan akhirnya mendarat.

"Kekasihmu?" Bugh bugh. Satu tendangan cukup kuat, membuat pria itu tersungkur, tidak sadarkan diri.

Maya menutup wajahnya, dengan kedua mata yang sudah basah. Ia bingung harus berbuat apa sekarang. Kemarahan Zamar, membuatnya takut sekaligus tenang, karena datang diwaktu yang tepat.

"Huan," teriak Zamar.

"Iya, Tuan."

"Bawa dia."

Huan sang sekretaris, mengambil handuk, menutupi tubuh pria itu. Lalu, membawanya keluar dibantu anak buahnya.

Zamar masih berdiri ditempat. Tangannya masih terkepal, dengan sorot mata tajam, menatap sang calon istri.

"Dia siapa?" desis Zamar. Ia sedang menahan amarah, dengan susah payah.

"Za. aku tidak mengenalnya. Aku juga tidak tahu, bagaimana ia bisa masuk." Maya kembali menunduk, dengan suara tangis.

Zamar tidak menjawab. Ia melangkah dan menarik selimut dari tubuh Maya.

"Bajingan!" umpat Zamar, dengan mata memanas. "Katakan, dengan jujur, May!" desis Zamar, dengan nada rendah tapi terdengar sangat menakutkan.

"Aku tidak mengenalnya, Za. Percaya padaku!"

"Dengan semua tanda di tubuhmu, kau masih bilang, tidak mengenalnya?" bentak Zamar, dengan berapi-api.

🍋 Bersambung

Terpopuler

Comments

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

udh ketebak....si sandra pelaku penjebakan.....itulah knp kitajgn pernah 100 persen percaya dgn teman terdekat.

2024-11-30

0

Lisa Icha

Lisa Icha

apakah ini direncanakan oleh Sandra?Kalau iya berarti dia yg menjebak Maya

2024-11-29

1

itin

itin

biasanya tokoh bernama MAYA tuh karakter sebagai pelakor atau wanita rubah tapi disini tokoh utamanya ya. hehe

2024-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kejutan
2 Bab 2. Cincin
3 Bab 3. Bukti
4 Bab 4. Pengakuan
5 Bab 5. Berakhir
6 Bab 6. Menyerah??
7 Bab 7. Mungkin lebih baik
8 Bab 8. Hadiah terakhir.
9 Bab 9. Pengantin pengganti
10 Bab 10. Musuh dalam selimut
11 Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12 Bab 12. Tempat yang aku tuju
13 Bab 13. Aku tidak bisa
14 Bab 14. Seperti ini.
15 Bab 15. Karena keadaan
16 Bab 16. Mindset
17 Bab 17. Teman??
18 Bab 18. Rindu
19 Bab 19. Untuk sang istri
20 Bab 20. Kembali
21 Bab 21. Suara Adzan
22 Bab 22. Salah paham
23 Bab 23. Belum sepenuhnya.
24 Bab 24. Mereka cucuku
25 Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26 Bab 26. Seperti ini keluarga
27 Bab 27. Laut, saksi kita.
28 Bab 28. Di mana ayah?
29 Bab 29. Ikatan
30 Bab 30. Pencarian Huan
31 Bab 31. Temukan, siapapun!
32 Bab 32. Frustasi
33 Bab 33. Luapan hati
34 Bab 34. Mari berpisah.
35 Bab 35. Fotokopi
36 Bab 36. Rencana Resti
37 Bab 37. Menuntut hak
38 Bab 38. Musabab
39 Bab 39. Hampir dekat
40 Bab 40. Namanya Rian
41 Bab 41. Dia
42 Bab 42. Sesal (1)
43 Bab 43. Sesal (2)
44 Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45 Bab 45. Kesempatan
46 Bab 46. Momen ulang tahun
47 Bab 47. Aku benci....
48 Bab 48. Papa?
49 Bab 49. Usaha Zamar (1)
50 Bab 50. Usaha Zamar (2)
51 Bab 51. Nasehat Papa
52 Bab 52. Ego
53 Bab 53. Mengambil Hak.
54 Bab 54. Sehari saja
55 Bab 55. Permohonan Zamar
56 Bab 56. Pilihan
57 Bab 57. Memori
58 Bab 58. Semua butuh proses
59 Bab 59. Keinginan Zamar
60 Bab 60. Terusir
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Mendadak
63 Bab 63. Drama malam
64 Bab 64. Masa lalu dan alasan
65 Bab 65. Waktu
66 Bab 66. Mantan
67 Bab 67. Yang terasing
68 Bab 68. Gelisah
69 Bab 69. Masalah hati
70 Bab 70. Curhat
71 Bab 71. Alasan.
72 Bab 72. Tidak lebih
73 Bab 73. Frustasi.
74 Bab 74. Shock
75 Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76 Bab 76. Dibelakang Zamar.
77 Bab 77. Restu yang terlambat
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80 Bab 80. Keputusan apa?
81 Bab 81. Tekad
82 Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83 Bab 83. Suram
84 Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85 Bab 85. Memeluk tanpa suara
86 Bab 86. Amarah
87 Bab 87. Tidak sabar
88 Bab 88. Caraku mencintaimu
89 Bab 89. Siapa Bryan?
90 Bab 90. Tujuan Ansel
91 Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92 Bab 92. Permintaan Maaf.
93 Bab 93. Provokasi Bryan.
94 Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95 Bab 95. Menghilang.
96 Bab 96. Hanya
97 Bab 97. Lembaran baru (1)
98 Bab 98. Lembaran baru (2)
99 Bab 99. Kegalauan Huan.
100 Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101 Bab 101. Maya yang aneh.
102 Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103 Bab 103. Final Episode
104 Pesan Author
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1. Kejutan
2
Bab 2. Cincin
3
Bab 3. Bukti
4
Bab 4. Pengakuan
5
Bab 5. Berakhir
6
Bab 6. Menyerah??
7
Bab 7. Mungkin lebih baik
8
Bab 8. Hadiah terakhir.
9
Bab 9. Pengantin pengganti
10
Bab 10. Musuh dalam selimut
11
Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12
Bab 12. Tempat yang aku tuju
13
Bab 13. Aku tidak bisa
14
Bab 14. Seperti ini.
15
Bab 15. Karena keadaan
16
Bab 16. Mindset
17
Bab 17. Teman??
18
Bab 18. Rindu
19
Bab 19. Untuk sang istri
20
Bab 20. Kembali
21
Bab 21. Suara Adzan
22
Bab 22. Salah paham
23
Bab 23. Belum sepenuhnya.
24
Bab 24. Mereka cucuku
25
Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26
Bab 26. Seperti ini keluarga
27
Bab 27. Laut, saksi kita.
28
Bab 28. Di mana ayah?
29
Bab 29. Ikatan
30
Bab 30. Pencarian Huan
31
Bab 31. Temukan, siapapun!
32
Bab 32. Frustasi
33
Bab 33. Luapan hati
34
Bab 34. Mari berpisah.
35
Bab 35. Fotokopi
36
Bab 36. Rencana Resti
37
Bab 37. Menuntut hak
38
Bab 38. Musabab
39
Bab 39. Hampir dekat
40
Bab 40. Namanya Rian
41
Bab 41. Dia
42
Bab 42. Sesal (1)
43
Bab 43. Sesal (2)
44
Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45
Bab 45. Kesempatan
46
Bab 46. Momen ulang tahun
47
Bab 47. Aku benci....
48
Bab 48. Papa?
49
Bab 49. Usaha Zamar (1)
50
Bab 50. Usaha Zamar (2)
51
Bab 51. Nasehat Papa
52
Bab 52. Ego
53
Bab 53. Mengambil Hak.
54
Bab 54. Sehari saja
55
Bab 55. Permohonan Zamar
56
Bab 56. Pilihan
57
Bab 57. Memori
58
Bab 58. Semua butuh proses
59
Bab 59. Keinginan Zamar
60
Bab 60. Terusir
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Mendadak
63
Bab 63. Drama malam
64
Bab 64. Masa lalu dan alasan
65
Bab 65. Waktu
66
Bab 66. Mantan
67
Bab 67. Yang terasing
68
Bab 68. Gelisah
69
Bab 69. Masalah hati
70
Bab 70. Curhat
71
Bab 71. Alasan.
72
Bab 72. Tidak lebih
73
Bab 73. Frustasi.
74
Bab 74. Shock
75
Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76
Bab 76. Dibelakang Zamar.
77
Bab 77. Restu yang terlambat
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80
Bab 80. Keputusan apa?
81
Bab 81. Tekad
82
Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83
Bab 83. Suram
84
Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85
Bab 85. Memeluk tanpa suara
86
Bab 86. Amarah
87
Bab 87. Tidak sabar
88
Bab 88. Caraku mencintaimu
89
Bab 89. Siapa Bryan?
90
Bab 90. Tujuan Ansel
91
Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92
Bab 92. Permintaan Maaf.
93
Bab 93. Provokasi Bryan.
94
Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95
Bab 95. Menghilang.
96
Bab 96. Hanya
97
Bab 97. Lembaran baru (1)
98
Bab 98. Lembaran baru (2)
99
Bab 99. Kegalauan Huan.
100
Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101
Bab 101. Maya yang aneh.
102
Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103
Bab 103. Final Episode
104
Pesan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!