Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
"Ya biasanya sih gitu, tapi gak tahu besok," jawab Arsy.
"Arsy tidak masuk kuliah, berarti aku harus ke perusahaan. Eh gak, gak. Aku harus ke restoran juga dong," batin Zio.
"Jangan berpikiran untuk ikut ke restoran," ucap Ars tiba-tiba pada Zio.
Zio pun kaget, namun sebisa mungkin ia sembunyikan. Perkataan Ars tepat dengan yang Zio pikirkan.
Ars mengerti dari raut wajah Zio menandakan kebingungan. Itu sebabnya Ars berkata seperti itu.
"Eh kok Om tahu," ujar Zio lalu dengan cepat menutup mulutnya.
"Mafia kok konyol," gumam Naufal, namun masih terdengar jelas oleh mereka.
"Mafia juga manusia, punya hati dan perasaan," sahut Zio membela diri.
Entahlah, saat bertemu dan bergaul dengan Arsy, sifat Zio berubah drastis, bahkan sifat seorang mafia seolah hilang dalam dirinya.
Apalagi saat ini ia merasa nyaman berkumpul dengan keluarga Henderson. Seakan dia punya keluarga sendiri.
Karena sudah malam, Zio pun akhirnya pamit. Zio menyalami mereka satu persatu. Arsy mengantar Zio hingga pintu depan. Zio menoleh kedalam mansion, kalau-kalau ada yang melihat.
"Eee, bisa bantu aku gak? Pura-pura jadi pacarku," tanya Zio. Arsy mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Jangan salah paham, kakek memaksa aku untuk menjalin hubungan dengan gadis yang menolongnya, tapi aku menolak," ucap Zio.
"Gak ah, nanti kakek malah suka aku, bagaimana?"
"Bagus dong, eh maksudku ... itu ... eee. Ah sudahlah, pokoknya bantu aku, aku tidak ingin dijodohkan."
"Nanti aku pertimbangkan, sekarang pulanglah."
Zio mengangguk, namun tidak beranjak dari tempatnya. Arsy memberi kode agar Zio segera pergi. Lagi-lagi Zio mengangguk, tapi tidak bergerak juga.
"Sudah sana!" usir Arsy dengan mendorong pelan tubuh Zio.
Barulah Zio pergi, tapi pandangannya masih kearah Arsy, sehingga ia terbentur vas bunga besar yang ada disamping mansion.
Padahal vas bunga tidak berada ditengah jalan, tapi Zio masih saja menyenggol vas bunga tersebut.
Arsy menutup mulutnya menahan tawa, menurutnya tingkah Zio tidak ubahnya seperti ABG yang baru jatuh cinta.
"Konyol," gumam Arsy sambil geleng-geleng kepala.
Zio pun akhirnya pergi dari situ. Sebenarnya ia masih ingin bersama keluarga ini, tapi karena sudah malam, ia terpaksa pulang.
Arsy masuk kedalam setelah Zio tidak terlihat. Kemudian ia kembali bergabung bersama keluarganya.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Ars pada Arsy. Arsy menggeleng dan menyangkal. Karena dia tidak merasa jika sedang pacaran.
"Jangan bohong, papa tahu dia menyukaimu, papa juga pernah muda, pernah mengalami hal seperti itu," jelas Ars.
"Kami tidak pacaran Pa, hanya teman satu kelas satu kampus," jawab Arsy.
"Itu trik dia untuk mendekati kamu, kamu sudah tahu 'kan, dia itu lulusan apa?" tanya Ars. Arsy mengangguk, tentu saja Arsy tahu, karena dia sudah menyelidiki dulu sebelumnya.
"Dia ketua mafia dan dia juga lulusan M.B.A, dia jenius dalam bisnis dan dalam merakit senjata. Tapi dia tidak jenius dalam bidang IT atau hacker," jawab Arsy menjelaskan.
"Ya, aura kepemimpinannya sangat kuat," sela Darmendra. Biasanya Darmendra jarang memuji orang, tapi Zio berkali-kali ia mengatakan jika aura yang Zio miliki sangat kuat.
Kemudian merekapun istirahat karena sudah larut malam. Naura lebih memilih tidur bersama Arsy daripada di kamar tamu.
Begitu juga Naufal, dia akan tidur bersama Arsa. Sudah bisa dipastikan jika keduanya akan begadang semalaman karena bermain game online.
"Ar, apa benar kalian pacaran?" tanya Naura yang mulai kepo.
"Tidak, tapi aku tahu dia menyukaiku. Dari caranya saja sudah terlihat. Aku heran, kenapa aku tidak merasa ilfil saat dia ngikutin aku terus?"
"Itu artinya kamu juga suka, mungkin kamu belum sadar aja."
"Ngaco, mana ada aku suka dia? Sudahlah, ayo tidur, besok mau ke restoran."
Arsy pun berbaring terlentang dan disusul Naura disampingnya. Naura memeluk Arsy seperti memeluk guling. Namun keduanya malah tidak bisa tidur.
"Aku sulit untuk tidur," bisik Arsy.
"Sama, aku juga," jawab Naura.
Arsy mengambil laptopnya, lalu mencari drama yang sekiranya bagus untuk ditonton.
"Kok malah nonton drama, cari film horor dong biar seru," kata Naura.
"Tuh ada laptop satu lagi jika mau nonton film horor, aku mah ogah."
Akhirnya Naura pun mengalah dan ikut nonton drama. Karena jika nonton film horor sendirian gak bakalan asyik.
Sementara Zio yang baru selesai mandi pun mengeringkan tubuh dan rambutnya. Kemudian ia berganti pakaian lengkap.
"Apa aku harus bantu Arsy di restoran ya?" gumam Zio.
Pikirannya saat ini bercabang, antara perusahaan dan datang ke restoran. Saat dirinya kebimbangan, ponselnya berdering.
Zio melihat nama pemanggil yaitu asistennya. Zio pun segera menjawab panggilan tersebut. Zio merasa jika panggilan itu sangat penting.
"Ya katakan!"
"Tuan, klien kita meminta untuk bertemu besok."
"Bukannya minggu depan?"
"Klien kita meminta dimajukan jadwalnya. Karena minggu depan klien kita tidak bisa."
"Baiklah!" Zio langsung menutup panggilan teleponnya.
Kemudian ada pesan masuk dari Tio yang mengatakan pertemuannya jam 9 pagi. Karena tadi Tio belum sempat memberitahu, Zio sudah menutup telepon terlebih dahulu.
Zio melempar ponselnya di ranjang, kemudian ia berbaring. Zio mengambil ponselnya kembali ingin menghubungi Arsy.
Zio lupa jika dia tidak memiliki nomor kontak Arsy. Akhirnya Zio pun tidak jadi untuk menelepon Arsy.
"Aku harus beranikan diri meminta nomor kontaknya. Siapa tahu nanti di kasih," gumam Zio.
Zio melihat jam di ponselnya yang ternyata sudah pukul 1 dinihari. Tapi Zio belum ada tanda-tanda untuk tidur. Sedangkan besok pagi ia ada pertemuan dengan klien.
Zio memejamkan matanya beberapa saat, namun tetap sulit untuk tidur. Akhirnya jam 3 pagi barulah Zio tertidur.
...****************...
Arsy, Arsa, Naufal dan Naura sudah bersiap-siap untuk pergi ke restoran. Setelah selesai sarapan merekapun berangkat dengan kendaraan masing-masing.
Kali ini Arsy membawa mobil miliknya yang jarang sekali ia gunakan. Entahlah, Arsy merasa lebih nyaman menggunakan motor.
Empat buah mobil berjejer keluar dari pintu gerbang. Lalu melaju di jalan raya. Orang yang melihatnya pun takjub, karena yang mereka gunakan adalah mobil mewah.
Tiba di restoran merekapun memarkirkan mobilnya. Para pekerja restoran takjub melihat Nona nya memakai mobil, biasanya yang mereka lihat selalu memakai motor.
"Wah keren nya, jika aku punya mobil seperti itu, alangkah beruntungnya," ucap pelayan restoran takjub.
"Hanya orang kaya yang memiliki mobil sekeren itu," ujar pelayan lain.
Restoran baru saja dibuka, jadi para pengunjung belum ada yang datang. Arsy, Arsa, Naura dan Naufal pun masuk ke restoran.
Mereka menunduk hormat saat melihat Arsy dan saudaranya masuk ke dalam restoran. Arsy dan yang lainnya hanya mengangguk saja.
Kemudian Arsy, Arsa, Naufal dan Naura pun masuk kedalam ruangan Arsy, sementara menunggu pengunjung datang.