"Aku kalah dan aku mencinta nya." ~ Raja Revan Zuhaimi.
Bagaimana seorang Raja vampir yang terjebak dalam permainan nya sendiri, niat hati ingin menjerat si perempuan, tapi siapa sangka diri nya sendiri yang terjerat dalam pesona perempuan itu sendiri.
"Tidak ada cinta yang tulus, kecuali cinta Ayahanda."~ Putri Alana Zelda Geraldine Wallace.
Akan kah Ras vampir dan Manusia bisa bersatu?
Bagaimana cara Alana menyikapi perasaan nya, saat rahasia besar Raja Revan Zuhaimi terbongkar?
Apakah Cinta akan tetap menjadi pemenang nya? Atau Benci yang akan menjadi akhir dari segalanya?
__________________________________________
"Cepat pergi sebelum ayah dan kakak ku melihat mu," ucap putri Alana mengendus kesal.
"Aku ini sangat tampan, apa kamu tidak ingin mencium ku?" tanya Raja Revan tersenyum mesum.
"SAPU IJUK APA YANG KAMU KATAKAN!!" teriak Raja Wallace berlari ke arah Raja Revan dan Putri Alana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMBUH
"Pergilah, dan belilah apapun yang kamu mau," ucap Ratu Ivara mengeluarkan sekantong koin emas.
"Sungguh? Jadi Alana boleh pergi ke pasar hari ini?" tanya Putri Alana berbinar.
"Tentu saja boleh sayang, apa ini cukup? Kalau kurang biar Ibu ambilkan lagi," jawab Ratu Ivara
Mendengar jawaban Ratu Ivara, tentu saja membuat Putri Alana berbinar dan sangat senang, berbeda dengan Raja Wallace yang terlihat masam.
Sebenarnya Ratu Ivara cukup lama berdiri di balik pintu ruang kerja Raja Wallace tadi, dan Ratu Ivara juga mendengar semua pembicaraan Raja Wallace dan Putri Alana.
Ratu Ivara yakin putri nya itu bisa menjaga diri nya, ya walupun sebenarnya Ratu Ivara juga merasa khawatir dengan keselamatan putri Alana, tapi melihat raut wajah penuh harap dari putri Alana, tentu saja Ratu Ivara tidak sampai hati untuk menolak permintaan putri cantik nya.
"Benarkah? Alana boleh pergi ke pasar hari ini?" tanya Putri Alana memastikan sekali lagi.
Alana terlihat sangat bersemangat, bahkan di otak nya saat ini sudah tersusun apa saja makanan yang akan dirinya beli nanti di pasar.
"Iya boleh," jawab Ratu Ivara tersenyum kecil.
"Sayang," protes Raja Wallace menggeleng kan kepala nya.
"Biarkan saja Alana pergi ke pasar king, pasti dia bosan ada di dalam istana selama satu Minggu ini," ucap Ratu Ivara.
"Tapi sayang, bagaimana kalau nanti orang-orang misterius itu kembali mencelakai Alana," ucap Raja Wallace resah.
Ratu Ivara memegang tangan Raja Wallace dan Menggeng nya lembut, menyalurkan ketenangan untuk Raja Wallace.
"King kamu harus percaya dengan putri mu, Alana itu anak yang kuat, dan dia pasti bisa melawan kalau ada yang berani mengusik nya," ucap Ratu Ivara memberikan pengertian pada Raja Wallace.
"Tapi-"
Syuttt
"Kamu tidak melihat rona bahagia di wajah nya itu Hem? Apa kamu tega membuat nya bersedih karena kamu larang pergi ke pasar," ucap Ratu Ivara berbisik di telinga Raja Wallace.
Raja Wallace terdiam, ekor mata nya melirik ke arah Putri Alana yang saat ini sedang tersenyum lebar dengan tatapan binar penuh harap.
"Sayang pergilah beli apapun yang kamu mau, tapi ingat, kamu harus hati-hati dan selalu waspada," ucap Ratu Ivara lembut penuh penekan.
"Alana mengerti," jawab Putri Alana mengangguk kan kepala nya.
Cup
"Terimakasih ibu," lajut Putri Alana mencium pipi Ratu Ivara saking senangnya.
Ratu Ivara hanya tersenyum dan mengangguk kan kepala nya kecil.
"Kalau begitu Alana pergi dulu," ucap Putri Alana berdiri dari duduknya.
Cup
"Ayah aku menyayangimu," ucap putri Alana mencium pipi Raja Wallace.
Mendapat kan ciuman dari putri kesayangannya tentu saja Raja Wallace senang.
"Hati-hati, bawa beberapa prajurit untuk mengawal mu sayang," ucap Raja Wallace sebelum Putri Alana keluar.
"Iya," jawab Putri Alana tanpa membantah.
Tidak apa di kawal dengan beberapa prajurit, walupun sebenarnya Putri Alana tidak suka, tapi dari pada diri nya tidak di ijinkan pergi, jadi lebih baik diri nya menuruti kemauan kedua orang tua nya untuk membawa pengawal, pikir Putri Alana.
Putri Alana berjalan keluar dari ruang kerja Raja Wallace dengan senyum yang mengembang.
"Sudah tidak perlu khawatir, percaya pada putri mu, dia tidak akan kenapa-kenapa," ucap Ratu Ivara yang mengerti kegundahan hati Raja Wallace.
"Iya," jawab Raja menghela nafas nya panjang.
"Bagaimana pekerjaan mu sayang? Maaf ya aku tidak bisa menemani kamu, pasti kamu sangat kerepotan dan kelelahan," ucap Raja Wallace menarik kepala Ratu Ivara untuk bersandar di dada bidang nya.
"Iya cukup meleleh kan, tapi tidak apa, yang paling penting rakyat yang ada di desa G sekarang sudah aman," jawab Ratu Ivara.
Cup
"Setelah ini aku akan memanjakan mu, apa kamu ingin aku pijit?" ucap Raja Wallace penuh perhatian.
"Hey pria tua, aku tahu apa yang ada di dalam pikiran mu," jawab Ratu Ivara yang sudah hafal dengan sifat Raja Wallace.
Raja Wallace tertawa kecil saat melihat wajah masam istri nya.
"Bercanda sayang," ucap Raja Wallace tersenyum.
Cup
"Kali ini aku akan benar-benar hanya ingin memijit mu, tidak lebih," ucap Raja Wallace jujur.
"Ya baiklah, aku rasa tubuhnya memang pegal semua," jawab Ratu Ivara menegakkan tubuhnya.
"Ayo," ucap Raja Wallace memegang tangan Ratu Ivara.
"Hem"
Raja Wallace dan Ratu Ivara berjalan ke luar dari ruang kerja Raja Wallace dengan bergandengan tangan.
Umur pernikahan mereka memang sudah hampir tiga puluh tahun, tapi kemesraan mereka masih sama seperti awal-awal mereka menikah, masih selalu membuat semua orang yang melihat kemesraan Raja Wallace dan Ratu Ivara selalu di buat iri.
🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴🪴
Di sisi lain di sebuah ruangan yang sangat gelap dan dingin, saat ini Raja Revan sedang mengerang kesakitan, Racun di tubuh nya kembali bereaksi.
"AAAKKKKKKKHHH!!!"
Rasa panas menjalar di seluruh tubuh Raja Revan, suhu ruangan yang sangat dingin tidak cukup untuk mengatasi racun apa yang ada di dalam tubuh Raja Revan.
Di ruangan itu bukan hanya Raja Revan seorang diri, tapi di sana juga ada Matteo yang menetap Raja Revan dengan perasaan khawatir.
Sebenar nya Matteo merasa sangat kedinginan, dan Raja Revan juga sudah berpuluh-puluh kali mengusir Matteo supaya pergi dari ruangan itu, tapi Matteo memilih tetap tinggal, Matteo tidak mungkin membiarkan junjungan nya sendirian dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
"AAAAAAKKKKKKKKHHHHHHHHH!!!!"
"Y-yang Mulia," ucap Matteo meremas tangannya kuat.
"Aaaakkkkkkkkhhh!!!"
Matteo tidak tega melihat Raja Revan yang tampak sangat kesakitan.
"Matteo keluarlah tinggal kan saya sendiri," ucap Raja Revan untuk kesekian kalinya.
"Tidak Yang Mulia," jawab Matteo menggeleng kan kepala nya.
"Apa yang harus saya lakukan Yang Mulia, apa saya harus membawa putri Alana dan mengambil darah nya sekarang, saya akan melakukan nya," ucap Matteo tidak tega melihat Raja Revan.
Mendengar perkataan Matteo, Raja Revan bukan nya senang, tapi justru membuat tubuh Raja Revan semakin mendidih.
"Jangan berani-berani nya kamu menyentuh nya Matteo," ucap Raja Revan penuh penekanan.
"Tapi Yang Mulia-"
"Matteo!!" ucap Raja Revan geram dengan gigi taring panjang nya yang keluar.
Matteo tertegun melihat gigi taring Raja Revan, yang artinya saat ini Raja Revan sedang dalam wujud vampir nya.
"AAAKKKKKKKHHH!!"
Deg
Di tengah-tengah kesakitan nya tiba-tiba Raja Revan merasakan ada sesuatu yang terjadi dengan sosok perempuan yang selama ini mengusik hati nya.
"Alana," batin Raja Revan.
Pikiran Raja Revan langsung tertuju pada Putri Alana, dan Raja Revan merasa saat ini gadis cantik nya sedang dalam bahaya.
