"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?"
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun."
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Bab 3
Xander tak menggubris Ellea, dia langsung mendekati ibunya, "Mom? Maafkan aku" bisiknya
Jemima yang memang sudah sadar dan tidak menderita luka parah, hanya benturan di kepala dan kakinya tergores. Tapi Ellea dan suaminya Kevin sangat panik dan ngotot membawanya ke rumah sakit.
"Mommy baik - baik saja! Jangan terlalu khawatir" ucap Jemima tenang
"Apakah harus mendengar ibumu masuk
rumah sakit baru kamu membatalkan kunjunganmu kesana?!" tanya Kevin tajam
Xander mengeraskan rahangnya mendengar ucapan ayahnya. Selama ini Kevin tidak pernah mencampuri urusannya. Bahkan bagi Xander, ayahnya tidak pernah menuntutnya untuk move on dan melupakan kejadian itu. Tapi Xander tidak menyangka bahwa ayahnya akan semarah ini dengannya.
"Maafkan aku dad" ucap Xander
"Keluar dari sini! Daddy ingin bicara!" ucap Kevin
Jemima menahan tangan suaminya, "Sayang, jangan terlalu keras"
"Aku akan mengurusnya, kamu istirahat dulu dengan Ellea" ucap Kevin lembut sambil mengecup kening isterinya
Kevin berjalan keluar dari ruang rawat isterinya setelah menepuk kepala puterinya untuk menjaga ibunya. Xander mengecup tangan ibunya lalu berbalik dan mengikuti ayahnya keluar dari kamar rawat ibunya.
"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?" ucap Kevin tenang
Xander diam, dia hanya menundukkan kepalanya dan tak menjawab ucapan ayahnya.
"Mau sampai kapan kamu akan menutup mata melihat kekhawatiran ibumu?!" tambah Kevin
"Aku tidak bisa bersentuhan dengan lawan jenis dad. Lalu bagaimana mau menikah?" tanya Xander
Kevin mendengus, "Bukan tidak bisa! Tapi memang kamu yang membuat ketidakbisaan itu! Ellea juga lawan jenis, Sala juga lawan jenis, Daphne juga lawan jenis, dan kamu bisa menyentuhnya! Semua itu ada di kepalamu sendiri Xan! Selama kamu tidak melepaskan gadis itu maka selamanya kamu tidak akan bisa disentuh oleh gadis lain selain adik dan sepupumu!" ucap Kevin tenang
Xander menghembuskan nafasnya. Itu semua yang dikatakan ayahnya adalah teori tentu saja. Dokter dan ibunya yang menarik kesimpulan demikian. Dia sendiri tidak tau apakah itu benar atau tidak.
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander mengalah
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun." Ucap Kevin
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Setelah berbicara dengan sang ayah, Xander masuk ke dalam ruang rawat ibunya dan duduk di kursi di samping brankar sang ibu. Xander mengambil tangan sang ibu dan menggenggamnya erat. Dia belum memberikan jawaban apapun pada ayahnya tentang perjodohan tadi. Tapi Xander tau mengelak pun percuma jika ayahnya sudah memutuskan maka dia tak bisa berkata apapun.
Apalagi kondisi ibunya sudah tergeletak lemah seperti ini.
"Daddy mu sudah mengatakannya?" tanya Jemima lemah
Xander mengangguk, "Mom menginginkannya? Melihatku menikah?" tanya Xander lirih
Jemima tersenyum lemah, "Kamu nggak mau? Audrey, anak itu cantik sekali. Mommy sudah jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Mom yakin kamu akan bisa jatuh cinta padanya"
Xander menghembuskan nafasnya mendengar ucapan ibunya, "Aku akan melakukannya jika itu membuat mommy bahagia" ucap Xander
Jemima mengusap tangan putera sulungnya itu, "Mommy minta maaf? Mommy tidak berhasil menyembuhkan traumamu anakku. Dan sekarang mommy justru memaksa kamu menikah dengan seseorang. Mom minta maaf" ucap Jemima lembut
Xander mengangkat tangannya dan mengusap lembut air mata ibunya, dia selalu sakit hati jika mendengar ibunya lagi - lagi menyalahkan dirinya. Dari Xander kecil, setelah kejadian berdarah itu, sang ibu selalu berusaha belajar lagi dan melakukan banyak penelitian dan juga study banding untuk menyembuhkan trauma Xander dan kembali membuat Xander bisa dekat dengan lawan jenis. Tapi selalu gagal.
Sehingga sang ibu bersama beberapa ahli psikologi hebat yang memang sengaja di datangkan ibunya ke Singapura untuk meneliti semua yang dialami puteranya membuat sebuah kesimpulan bahwa alam bawah sadar Xander sendiri yang menciptakan rasa sakit dan sesak itu. Selamanya akan seperti itu jika Xander tidak bisa melepaskan masa lalunya, sumber kesakitannya dan sumber traumanya lalu membuka hati untuk sesuatu yang baru dalam hal ini lawan jenis.
"Jangan menangis. Daddy akan membunuhku bila mommy menangisiku lagi" ucap Xander berusaha menggoda ibunya
Jemima menggeleng, "Mommy benar - benar ingin kamu kembali seperti dulu nak! Sebelum Shi-...
"Aku akan menikahi gadis itu mom. Aku akan menuruti kemauan mommy, Jadi cukup jangan merasa bersalah lagi, oke?" potong Xander ketika ibunya ingin kembali menyebutkan gadis masa lalunya. Xander tak ingin semua berlarut. Lebih baik dia mengalah dan mencoba menuruti kemauan ibu dan ayahnya. Setidaknya dia tidak akan membuat ibunya khawatir.
Jemima mengangguk pelan, "Terima kasih. Berjanjilah untuk berusaha mencintainya"
Xander hanya tersenyum, tentu saja dia tak bisa berjanji sesuatu yang dia tidak yakin. Dan kedatangan ayahnya menyelamatkannya. Xander mendekatkan wajahnya dan mencium kening ibunya, "Mommy harus beristirahat. Aku akan keluar"
Xander beranjak dan keluar dari ruangan rawat ibunya. Di luar pintu itu masih ada sebuah ruangan yang di khususkan untuk penunggu, karena memang ibunya di rawat di kamar VVIP sehingga fasilitas yang di dapatkan juga sangat lengkap.
Xander duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya. Dia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya. Tak lama dia bisa merasakan kehadiran seseorang dan dari aromanya, Xander yakin itu adalah adiknya, Ellea. Xander membiarkan saja, tapi dia langsung bereaksi ketika merasakan sesuatu menyentuh lengannya.
Xander langsung membuka matanya dan menepis tangan adiknya. Tapi Ellea juga bergerak cepat, dia mendelik memperingati kakaknya, "APA ?!" sergahnya
Xander menghembuskan nafasnya dan mengulurkan tangannya pasrah. Ellea langsung menggulung lengan kemeja kakaknya dan menancapkan jarum infus ke lengan kakaknya. Ellea memang sering melakukan itu pada kakaknya. Karena dia tau kakaknya adalah orang yang sangat sibuk, maka Ellea sering memberikan vitamin pada kakaknya melalui infus.
Xander mengulurkan tangannya yang bebas lalu mengusap lembut kepala Ellea, "Aku minta maaf" ucapnya
Ellea mendengus mendengar ucapan kakaknya, tangannya sibuk membereskan perlengkapan yang barusan dia gunakan untuk memasang infusan sang kakak, "Dia sudah meninggal lama. Kejadian itu sudah belasan tahun lalu Xan! Tidak seharusnya kamu terus terjebak dalam masa itu." Ucap Ellea dengan kepala tertunduk
Xander kembali menghembuskan nafasnya, tangannya masih mengusap kepala adiknya, "Hmm, aku minta maaf" ucapnya lagi
Ellea menoleh menatap kakaknya, "Kamu menyetujui perjodohan itu? Aku sudah melihat anaknya, dia memang masih sangat muda, tapi aku setuju dengan mommy dan daddy, kalau dia anak yang baik" ucap Ellea
Xander terkekeh mendengar ucapan adiknya. Dia meraih tubuh adiknya dan memeluknya erat, Kamu sudah pengen banget aku menikah? Sudah nggak butuh aku sekarang?" tanya Xander
Ellea mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan kakaknya, "Aku hanya sedih setiap melihat mommy menangis. Setiap kali mommy bertemu dengan psikolog dan tidak membuahkan hasil, dia pasti akan bersedih. Dan aku nggak suka Xan!" rengek Ellea
Xander menghembuskan nafasnya panjang, hatinya sesak ketika mendengar ucapan adiknya. Xander mengangguk pelan, "Hmm, aku akan menuruti kemauan mommy." Ucapnya
Ellea mengangguk dan tersenyum menatap kakaknya, "Aku tau kau akan setuju! Dan aku bertaruh, kau akan jatuh cinta padanya kakakku!" ucapnya yakin
"Kita lihat nanti!" ucap Xander