menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 1
"dokter yakin?" tanya seorang wanita menatap kepada dokter muda yang baru saja mengatakan sebuah fakta yang membuat nya shock.
"saya yakin nyonya. Hasil pemeriksaan ini di awasi oleh tim medis saya sendiri dan hasil nya sudah pasti akurat" jelas dokter muda itu sembari tersenyum tipis.
"ta....tapi bagaimana mungkin dok"
"saya juga tidak mengerti nyonya. mengapa suami anda melakukan itu. mungkin ada baiknya jika anda bicarakan ini kepada suami anda"
"tapi, beberapa waktu lalu saya dengan suami datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan hasilnya adalah kami sama-sama subur dok" ucap wanita yang mengenakan sweater abu-abu dengan rok span panjang itu.
Matanya terlihat berkaca-kaca memperhatikan laporan medis yang baru saja di terima nya. Wanita itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di ruangan itu.
"nyonya... Dalam dunia medis ada beberapa obat yang mungkin tidak bisa di deteksi jika itu di lakukan oleh dokter kandungan. Nyonya pasti melakukan pemeriksaan dengan ahli kandungan. dan itu sama sekali tidak akan terdeteksi adalah obat pencegah kehamilan dalam diri anda" jelas dokter muda itu.
Merasa prihatin dengan wanita yang mungkin beberapa tahun lebih tua di atasnya. Dia pun tak habis fikir bagaimana bisa ada seorang suami yang memberikan obat pencegah kehamilan kepada istrinya sendiri.
Ya,,, seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu datang ke rumah sakitnya untuk melakukan pemeriksaan diri. Sekaligus melakukan konsultasi mengapa setelah menikah hampir delapan tahun dirinya belum di karuniai seorang putra. Padahal jelas wanita itu membawa laporan medis tentang kesuburan rahim nya. Dan ternyata hasil yang sulit di percaya itu yang di terima.
***
Zaifa.... Wanita yang tadi baru saja melakukan pemeriksaan diri dari rumah sakit. Kini duduk termenung di dalam taksi yang akan membawanya pulang ke rumah sang suami.
Zaifa memandang ke arah luar dimana cuaca sedang mendung dan rintik-rintik gerimis turun untuk menyegarkan dedaunan. Begitu pula dengan hati dan perasaan nya yang ikut mendung dan menangis.
setelah hampir delapan tahun mengarungi bahtera rumah tangga dan selalu mengharap kehadiran seorang anak namun belum juga di karuniai. Awalnya Zaifa berfikir bahwa mungkin ada yang salah dengan kandungan nya sehingga ia dengan imam, suaminya melakukan pemeriksaan di rumah sakit. dan hasil yang di dapat adalah keduanya sama-sama subur.
Sejak itu Zaifa berfikir mungkin jika tuhan memang belum mau menitipkan amanah kepada dirinya. Hingga beberapa hari yang lalu ia menemukan hal yang membuat ia harus melakukan pemeriksaan ulang.
Beberapa hari yang lalu.....
Zaifa sedang menikmati pahit nya kopi di campur dengan manisnya gula di sebuah cafe yang lumayan ramai pengunjung terutama anak muda.
Kejenuhan yang melanda Zaifa di rumah membuat nya pergi keluar untuk sekedar jalan-jalan ataupun meminum kopi di cafe seperti saat ini.
Semenjak menikah delapan tahun yang lalu Zaifa menjadi wanita rumahan yang jarang keluar. Awal-awal pernikahan hidup nya sangat pahit karena usaha sang suami bangkrut dan tidak menyisakan apapun. Maka Zaifa harus pandai mengatur keuangan karena uang yang di dapat sang suami hanya pas-pasan.
Jangan kan untuk berjalan-jalan seperti saat ini untuk sekedar belanja esok hari pun Zaifa harus panda mengatur uang nya. Namun, berkat kegigihan sang suami dan juga Zaifa yang pandai mengatur keuangan, beberapa tahun kemudian Zaifa dan sang suami sudah memiliki usaha sendiri yaitu beberapa toko dan juga usaha kebun yang di pekerjakan kepada beberapa tetangga sekitar rumah nya.
saat asyik dengan nostalgia nya Zaifa menoleh ke arah pintu masuk yang terbuka karena ada pengunjung baru. Mata Zaifa menyipit ketika ia melihat imam, suaminya sedang berjalan bersama seorang wanita yang di kenal nya adalah dokter kandungan yang beberapa bulan lalu memeriksa rahim nya.
Ada urusan apa mereka. Zaifa pun membawa kopi nya untuk mendekati bangku yang di duduki oleh imam dan dokter tersebut. Zaifa duduk membelakangi imam agar ia tidak ketahuan dan bisa mencuri dengar apa yang hendak di bicarakan oleh sang suami.
"jadi, apakah bapak tetap memberikan obat kepada ibu Zaifa?" tanya dokter itu yang di dengar oleh Zaifa.
Obat? Obat apa yang di maksud.
"ya... Sejak awal pernikahan aku sudah memberikan obat itu kepada Zaifa" jawab imam.
"apakah bapak tidak ingin memiliki seorang anak?"
"tidak. atau mungkin belum untuk saat ini."
"baiklah... Saya membawa obat pencegah kehamilan yang bapak minta. Seperti biasa obat ini akan larut dalam air. Saya harap ini terakhir bapak meminta obat ini dari saya sebab saya tidak mau menanggung dosa lebih banyak lagi" ucap dokter itu sembari meletakkan sebuah obat berupa pil dan menggeser ke dekat imam.
tanpa sepengetahuan imam, di bangku belakang nya. Zaifa meremat gelas yang masih berisi setengah kopi. Tak ia hiraukan rasa panas yang menjalar di tangannya. Karena sungguh hatinya lebih panas saat ini.
Pantas saja dokter itu mengatakan bahwa kandungan nya subur dan hanya perlu menunggu waktu agar ia bisa hamil. Ternyata masalah nya bukan di rahim nya. tapi ada pada suaminya.
Dengan perasaan bercampur aduk, Zaifa beranjak dari sana. Membayar minuman nya kemudian berlalu pergi sebelum suaminya itu menyadari kehadiran nya.
Kembali ke saat ini....
"mbak ... Mbak ..." panggil supir taksi membuyarkan lamunan Zaifa.
"sudah sampai mbak" lanjut sopir.
"oh, sudah sampai ya pak. Maaf pak saya malah melamun" Zaifa menghapus air matanya kasar kemudian merogoh tas untuk mengambil beberapa lembar uang berwarna biru.
"ini kebanyakan mbak" ucap sopir itu menyerahkan satu lembar uang berwarna biru itu.
"itu untuk bapak. Anggap saja rezeki untuk anak bapak" ucap Zaifa tersenyum tipis kemudian berlalu menuju rumah yang baru beberapa tahun ini di renovasi menjadi rumah yang di dalam nya hanya dia sang ratu. Namun, ratu apa yang tidak memiliki pangeran. Bukan. Bukan tidak memiliki. Hanya saja belum..
Namun bagaimana bisa ia memiliki seorang anak, jika partner hidup nya tidak mau memiliki seorang anak. Padahal sudah sejak lama Zaifa ingin merasakan kehadiran seorang anak dalam rumah nya.
***
Tok .... Tok .... Tok ...
Baru saja Zaifa mengistirahatkan badannya di sofa tidur yang ada di ruang tamu nya. Ia sudah mendengar pintu di ketuk. Semakin lama pintu itu semakin keras seperti tidak sabaran.
Zaifa mendengus. Sudah bisa di pastikan siapa yang datang ke rumah nya saat ini.
"lama banget sih. Ngapain aja kamu?!" sentak seorang wanita paruh baya. Kemudian melenggang masuk padahal belum di persilahkan oleh sang empu rumah.
"ada apa ma?" tanya Zaifa duduk di depan wanita yang tak lain adalah mama mertua nya.
"kamu dari mana?" tanya Erlin, mama mertua Zaifa.
"dari keluar sebentar" jawab Zaifa malas.
"kamu dari rumah sakit kan?"
"ngapain???"
"mau memeriksa kan rahim? Rahim kamu sehat? Atau memang kamu mandul?" tanya Erlin dengan sinis.
"apa maksud mama?" tanya Zaifa mencoba sabar. Menahan gemuruh di dada nya.
"Halah......."
Klek... Suara pintu terbuka.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....