Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: SEASORT
Jessica sudah tiba di sebuah kota yang jauh berjarak sekitar dua jam ketika naik pesawat jaraknya dari kota tempatnya tinggal. Ia menemukan sebuah pulau yang menurutnya bisa membantu menenangkan pikirannya dan meredakan stres juga amarah pada takdir yang menimpanya.
Ia menarik koper masuk ke dalam sebuah resort yang dipenuhi bunga-bunga cantik. Resort tepi pantai yang begitu sempurna untuk melepaskan semua masalahnya sejenak.
“Selamat datang di Seasort, ada yang bisa kami bantu?” sapa salah satu resepsionis yang sangat cantik dan rapi.
Jessica melepaskan kacamata hitamnya dan balas senyum. “Reservasi atas nama Jessica Leovarnost,” ujarnya.
“Baik, mohon ditunggu sebentar,” jawab Resepsionis itu dan langsung sibuk dengan komputernya untuk memastikan nama Jessica di sistem dan data reservasi.
Sementara menunggu, mata Jessica mengedar ke sekeliling. Melihat bagaimana indahnya resort yang dia temukan di salah satu pencarian resort tepi pantai terbaik.
“Untuk reservasi atas nama Ibu Jessica Leovarnost adalah kamar 202 selama tiga hari ya.” Resepsionis itu mencoba memastikan.
“Iya, benar.”
“Baik. Ini kunci kamar anda, selamat beristirahat,” ucapnya ramah sambil memberikan satu kunci cantik dengan hiasan kerang di gantungannya.
“Terima kasih,” kata Jessica menerima kunci tersebut.
“Terima kasih kembali,” jawabnya sambil mengatupkan tangan di depan dada.
Jessica berjalan menuju salah satu lift kaca kecil. Ia masuk dan lift mulai naik ke atas. Selama naik ke lantai dua, ia bisa melihat pemandangan laut dan pohon kelapa yang melambai dari dalam lift.
Lift terbuka dia langsung keluar dan BRUK! tanpa sengaja bertabrakan badan dengan seseorang karena mata Jessica terlalu fokus dengan pemandangan di luar.
“Ups! I’m so sorry,” ucap Jessica merasa bersalah dan tidak enak. Kacamata yang dipegangnya juga jatuh.
Orang yang sudah ditabrak Jessica mengambil kacamata di lantai lalu berdiri dan memberikan kepada Jessica seraya tersenyum tampan. Jessica terperangah karena dia mengenal pria ini.
“Anda kan—?” Jessica sedikit lupa siapa nama orang yang masih memegang kacamata hitamnya.
“Nona Jessica … senang bertemu denganmu disini,” ucap pria itu ramah.
“I–iya.” Jessica mengangguk canggung karena dia masih lupa siapa nama pria yang padahal baru beberapa hari lalu berkenalan dengannya.
“Fero. Kamu lupa namaku?” tanya Fero sambil tertawa ringan.
“Oh, gosh! Iya!” Jessica menepuk dahinya dan ikut tertawa konyol. “Sepertinya karena banyak masalah dalam kepalaku, makanya aku bisa melupakan satu nama,” akunya jujur.
“Hm … kalau begitu tujuan liburan ke Seasort karena untuk melarikan diri dari masalah?” tebak Fero.
Jessica sadar kalau dia begitu kentara menjelaskan keadaan dirinya sekarang. Ia hanya tersenyum masam dan menyelipkan rambutnya ke samping telinga.
“Kamu kok bisa disini?” tanya Jessica mengalihkan pembicaraan.
“Eum … kebetulan resort ini salah satu bisnis yang sedang kujalankan,” jawab Fero sambil melihat sekelilingnya yang sepi.
Jessica hanya bisa terkejut dan terpana dalam satu waktu. Resort indah dengan bangunan yang hampir kaca semua ini ternyata milik Fero. Dimana pun dia berjalan, dia bisa melihat deburan ombak di pantai dari dalam resort.
“Oh, wow.” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Jessica. “Itu … hebat,” pujinya yang tak tahu harus memakai kalimat apa.
Fero mengangguk dan tersenyum senang atas pujian tersebut. “Kamu mau ke kamar? Biar saya antarkan,” tawar Fero profesional.
“202.”
“Silakan sebelah sini, Nona Jessica.” Fero mengulurkan tangan menunjukkan arah mana Jessica harus pergi.
Jessica tersenyum dan mengangguk lalu mengikuti langkah Fero.
“Disini tamunya selalu ramai setiap weekend apalagi kalau sudah masuk musim liburan. Jadi, kalau weekday seperti ini mungkin hanya belasan tamu saja yang menginap,” jelas Fero pada Jessica.
“Itu justru lebih menenangkan. Tak banyak orang. Tak ramai dan tidak perlu bising,” jujur Jessica.
Fero tersenyum maklum. “Ya … ini adalah tempat yang cocok untuk healing.”
Jessica tertawa ringan. “So … sudah lama resort ini dibangun? Terlihat masih baru sih, mungkin sekitar tujuh atau delapan tahun.”
Fero langsung terbahak. “Kamu yang bertanya, kamu juga yang menjawab,” tawanya.
Jessica langsung menyengir. “Aku hanya berusaha menebak.”
“Eum, Seasort sudah ada sejak tujuh tahun. Tebakanmu tepat. Sepertinya kamu punya ketelitian yang tajam,” puji Fero.
“Setidaknya instingku selalu kuat.” Jessica terkekeh.
Mereka sudah tiba di depan sebuah pintu dengan nomor 202. Ukiran kayu ilustrasi deburan ombak membuat Jessica mengangguk puas. Resort yang dia pilih ternyata memang tidak mengecewakan.
“Selamat beristirahat, Nona Jessica. Nanti makan malam siap di pukul tujuh sore.”
“Terima kasih, Pak Fero.”
“Just Fero … gak usah pakai ‘Pak’,” pinta Fero dengan akrab.
“Hmm, oke. Kalau gitu panggil saja Jess atau Jessica,” imbuh Jessica.
“Baiklah, Jess. Kalau butuh sesuatu bisa hubungi aku.”
“Bukannya ke resepsionis?” canda Jessica.
“I mean, kalau kamu butuh pelayanan VIP,” jawab Fero diiringi tawa dirinya dan Jessica.
“Kalau begitu aku istirahat dulu. Thanks, Fero.”
“My pleasure, Jess.”
Jessica membuka pintu kamar dan Fero beranjak dari sana.
Kesan pertama Jessica melihat kamar yang dia pesan adalah, “It’s so beautiful room.”
Jessica terpesona ketika memasuki kamar di resort tepi pantai dengan tema lautan. Matanya langsung tertuju pada jendela besar yang menghadap langsung ke laut, di mana matahari mulai tenggelam, memancarkan cahaya keemasan yang memantul di permukaan air.
Saat melangkah lebih dalam, Jessica merasakan kesejukan dari warna biru laut dan putih yang mendominasi ruangan. Tempat tidurnya yang besar dan nyaman dihiasi dengan sprei bermotif bintang laut dan bantal bergambar kerang, mengundang untuk segera merebahkan diri. Dia menyentuh meja kayu berwarna putih dengan aksen tali, terkesan dengan detailnya yang menyerupai dekorasi pantai.
Lampu tidur berbentuk mercusuar memberikan cahaya hangat dan menambah suasana santai. Di pojok ruangan, kursi santai yang terbuat dari rotan menghadap ke balkon, tempat yang sempurna untuk menikmati pemandangan dan suara ombak. Jessica melihat ke luar dan tersenyum, membayangkan betapa damainya duduk di sana dengan segelas minuman segar dari mini-bar.
Kamar mandi juga tidak kalah menarik dengan wastafel berbentuk kerang dan mozaik laut di dindingnya. Setiap detail dari kamar ini membuat Jessica merasa seperti benar-benar berada di bawah laut, menyatu dengan alam namun tetap dalam kemewahan dan kenyamanan.
“Aaahh … nyaman sekali,” ucap Jessica ketika merebahkan badannya di atas tempat tidur.
Jessica menatap langit-langit kamar yang putih. Sejenak pikirannya kembali teringat pengkhianatan Deon dan Alesha.
“Hh!! Bodoh sekali! Kenapa aku harus mengingat itu semua? Dasar lelaki tidak tahu diri. Bisa-bisanya aku menikahi dia waktu itu?!” gerutunya kesal.
“Kalau tahu akan begini akhirnya, lebih baik waktu dia kasih cincin waktu itu, kubuang saja cincinnya ke danau!!”
Jessica terus merutuki masa lalunya. Teringat kembali saat dia dilamar Deon tepat di tepi danau biru yang airnya sangat jernih. Suasananya begitu romantis sehingga tak mungkin Jessica akan menolak. Terlebih saat itu dia lagi super bucin ke Deon, tentu saja saat diajak menikah dia langsung jawab iya.
“Damn! Malah keinget lagi kaaan!” Jessica bangun dan berdiri. Ia ke balkon dan menatap laut.
Sambil menghirup udara segar, Jessica melihat seseorang berdiri sendirian di tepi pantai menatap laut. Senyumnya langsung terulas, dengan cepat dia masuk kamar untuk ganti baju.
“Kenapa tidak mencoba akrab dengan klien aja, Jess?” tanya Jessica pada refleksi dirinya di depan cermin seraya mengulas senyum menggoda. Ia akan keluar kamar dan bertemu dengan Fero.