Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Sebenarnya ini ulahnya siapa sih Nak? Ko bisa kamu babak belur seperti ini?" Bu Yeni bertanya kepada anaknya setelah Tama ditangani oleh dokter.
Banyak sekali luka lebam di tubuh dan wajah Tama, ada juga beberapa perban yang membalut tubuhnya. Tapi Tama yang memang sudah biasa dia tak pernah meringis kesakitan malah kini dia jadi penasaran siapa yang sudah membuatnya jadi seperti ini.
"Aku nggak tahu Mah sumpah, tadi pas aku di jalan tiba-tiba ada dua motor yang ngikutin aku, terus aku di apit dan ditendang sampai jatuh. Aku nggak bisa kenal mereka Mah karena mereka semua pakai penutup wajah."
Jawab Tama sambil mengingat kejadian tadi sekaligus berfikir sebenarnya siapa dalang dibalik semua ini.
"Kamu memang lagi ada masalah sama orang? Ya nggak mungkin kan Nak orang-orang tersebut tiba-tiba saja ngeroyok kamu sampai seperti ini. Mereka pasti punya tujuan tertentu."
Bu Yeni menyangka bahwa Tama memang sedang ada masalah dengan orang lain, karena ini bukan kali pertamanya Tama berantem dan sampai harus dirawat di rumah sakit.
"Em kayanya nggak ada deh Mah, aku nggak pernah cari masalah semenjak tinggal di sini. Mama tahu sendiri aku cuma sibuk sama Husna semenjak aku tinggal di sini."
Tama sempat menyangka kalau semua ini adalah ulahnya Frian karena hari ini harusnya Tama dan Wulan akan melaporkan Frian ke kantor polisi. Tapi Tama tak mau menuduh dulu karena takutnya memang ada orang lain selain Frian yang tak suka dengannya.
"Hmm, ya sudah lah biarin polisi saja yang nyari nanti."
Karena sudah tak mau ambil pusing, Bu Yeni berencana akan melaporkan kejadian ini ke polisi agar lebih cepat siapa sebenarnya yang sudah mengeroyok anaknya itu.
"Nggak usah Mah biar aku saja yang nyari sendiri, Harusnya aku juga bisa kok ngalahin mereka tadi kalau mereka nggak keroyokan."
Tama langsung menolak karena baginya ini belum seberapa, dia juga ingin membalaskan dendamnya kepada orang-orang tadi. Tama memang sangat bernyali tinggi dia tak pernah takut sama siapapun apalagi bila dia berada di pihak yang benar.
"Heh, inget ya Nak kamu udah janji loh sama mama nggak akan pernah berantem-berantem lagi. Mama tuh sengaja Tama ajak kamu pindah ke sini biar kamu nggak berantem terus, tapi ternyata sama aja nggak ada bedanya. Mama kecewa sama kamu ah!"
Bu Yeni langsung memarahi anaknya itu karena bila ada masalah seperti ini Tama selalu saja ingin menyelesaikannya sendiri.
"Aku nggak berantem Mah tapi aku dikeroyok Hmm." Sedikit mengelak Tama beralasan bahwa dia tak sengaja berantem dan tidak pernah mencari masalah terlebih dahulu.
"Ya sama aja, pokoknya udah kamu nggak usah dendam-dendam biar polisi yang nyari mereka. Kamu sayang kan sama mama?" Bu Yeni yang sudah tak mau masalah ini makin panjang menyuruh Tama untuk diam saja nggak perlu mencari tahu siapa yang sudah membuat anaknya seperti ini, Bu Yeni hanya akan menunggu info dari kepolisian.
"Hmm iya deh iya ah." Tama pun mau tak mau menuruti kemauan mamanya itu.
Saat siang tiba, Husna yang sudah diberitahu oleh Tama bahwa kini dia sedang berada di rumah sakit dia langsung bolos sekolah saat jam istirahat.
Husna sangat khawatir dengan keadaan Tama saat ini, dia tak bisa diam saja apalagi dia juga jadi curiga saat pagi tadi tiba-tiba Frian berada di depan rumahnya. Husna yakin pasti semua ada sangkut pautnya dengan kehadiran Frian pagi tadi.
Setelah sampai di rumah sakit, Husna langsung berlari melewati beberapa lorong menuju kamar inap yang Tama tempati. Perasaan khawatirnya belum terobati karena belum melihat langsung kondisi pujaan hatinya itu.
"Hmm ini mungkin ya ruangannya?" Gumam Husna sambil menunjuk ke salah satu ruangan khusus pasien VIP.
Husna kembali mengecek chat dari Tama tentang nomor kamar yang Tama berikan tadi. Dan ternyata benar saat ini Husna berada persis di depan pintu ruangan tersebut.
Tok tok tok!
Suara pintu terketuk sebanyak tiga kali.
"Permisi!" Ucap Husna setelah mengetuk pintu kamar tersebut.
Karena tak ada jawaban dari arah dalam sampai Husna harus mengetuk beberapa kali, akhirnya Husna memberanikan diri untuk membuka pintu yang tak terkunci itu secara perlahan.
Kreeeek!
Suara pintu terbuka secara perlahan.
Setelah pintu setengah terbuka, Husna sedikit mengendap-endap ke arah dalam dengan tangan yang masih menempel di gagang pintu.
"Hmmm ternyata dia tidur." Ucap pelan Husna setelah melihat ke arah dalam yang di dalamnya hanya ada Tama seorang yang sedang tidur berbaring di atas kasur pasien.
Akhirnya Husna menutup pintu dari arah dalam dan langsung menghampiri Tama secara perlahan.
"Tama, bangun Tam!" Husna membangunkan Tama dengan suara halus sambil sedikit menepuk bahunya.
"Emmmh. Siapa sih?" Desis Tama sambil mencoba membuka matanya perlahan.
Saat matanya terbuka, Tama pun kaget melihat Husna yang sudah berada dihadapannya.
"Husna? Em dari kapan kamu di sini?" Tanya Tama sambil mencoba untuk duduk di atas kasur walaupun sangat kesusahan karena beberapa bagian tubuhnya masih terasa sangat sakit.
"Udah udah kamu tiduran aja, aku baru juga datang ko, tadi aku ketuk-ketuk pintu nggak ada yang jawab jadinya aku beraniin diri deh buat masuk. Maaf ya!"
Ucap Husna meminta maaf sambil menyuruh Tama untuk tiduran kembali.
"Hmm iya nggak papa, mamaku lagi ke kantor polisi buat ngurusin masalah yang menimpa aku saat ini, jadi mau nggak mau aku sendirian sekarang." Jawab Tama yang kembali membatalkan niatnya untuk duduk.
"Oh pantesan, memang awalnya gimana sih Tam siapa yang udah ngelakuin semua ini?" Tanya Husna dengan nada serius sambil menarik salah satu kursi dan duduk tepat di samping Tama.
"Aku nggak tahu Husna mereka itu siapa, mereka berempat memakai penutup wajah dan tahu-tahu menghadang aku saat diperjalanan tadi, setelah itu mereka semaunya menghajar aku sampai aku tak berdaya dan hampir tak sadarkan diri tadi."
Tama langsung menjelaskan dengan jujur kepada Husna karena Tama memang benar-benar tak tahu mereka itu siapa dan suruhan siapa.
"Ko bisa gitu ya, apa jangan-jangan ada sangkut pautnya sama kak Frian ya Tam?" Tanya Husna kembali dengan wajah sedikit melamun mengira-ngira.
"Nggak tahu aku, memang sih sebenarnya kemarin aku nggak sengaja mergokin dia sama Wulan di depan hotel mamaku." Tama yang memang sama berfirasat ke situ dia pun langsung mengutarakannya kepada Husna tentang kejadian kemarin sore.
"Apa, Wulan? Mau ngapain mereka ke hotel?" Dengan mulut menganga Husna bertanya karena tak menyangka sebelumnya.
"Wulan itu di jebak, yang jelas harusnya hari ini aku sama Wulan mau melaporkan pak Frian ke polisi. Wulan itu salah satu korban pak Frian Husna, dia sudah cerita semuanya sama aku. Kamu ingat kan seminggu yang lalu kita nganterin dia pulang yang nggak tahu alasannya apa?"
Tama menjelaskan tentang Wulan dan Frian selama ini, karena memang Husna harus tahu semuanya.
"Iya aku ingat, kenapa memangnya dia?" Sambil mengingat kejadian Minggu kemarin Husna pun kembali bertanya dengan nada penasaran.
"Ya gitu lah Husna kamu juga pasti paham apa yang sudah Frian lakukan kalau ada kesempatan seperti itu, saat jam istirahat waktu itu Wulan dijebak di ruang BP. Makanya kemarin hampir saja terjadi lagi di hotel mamaku, untung saja kemarin sore aku lagi di hotel untuk ngambil bucket punya mamaku."
Sambil menghela nafas berat, Tama mau tak mau menjelaskan semuanya.
"Ya ampun sudah sejauh itu ternyata ya mereka, terus gimana dong Tam sekarang aku jadi makin takut ih."
Husna yang tak menyangka kali ini dia merasa sangat takut sekali karena hal itu pasti Frian rencanakan terhadap dirinya juga suatu hari nanti.
"Sebenarnya aku nggak setuju mamaku melapor ke polisi saat ini, kalaupun yang melakukan pengeroyokan terhadap aku itu adalah komplotan pak Frian, pasti hukumannya nggak akan berat dan kita bakal kehilangan bukti dengan apa yang terjadi terhadap Wulan selama ini."
Alasan Tama tak setuju Bu Yeni melaporkan sekarang sebenarnya karena itu, karena Tama ingin menghukum Frian seberat mungkin, dia sudah sangat muak dengan perilaku Frian yang seorang guru. Untuk Tama seharusnya Frian itu jadi panutan bukan malah jadi sebaliknya.
"Hmm iya juga sih, sebenarnya tadi pagi juga kak Frian tahu-tahu ada di depan rumah mau jemput aku, tapi aku langsung menghindar dan naik angkutan umum karena aku jadi punya firasat nggak baik sama kamu belum kasih kabar tadi pagi, biasanya kan kamu bawel kalo pagi-pagi sama aku hmm."
Husna pun menceritakan keberadaan Frian tadi pagi di rumahnya, karena dia juga menyangka Frian sudah melakukan sesuatu sehingga bisa berani menghampirinya lagi
"Hmm Sepertinya memang dia sih dalangnya, yaudah kamu tenang dulu ya tunggu aku membaik dulu, setelah itu nanti kita rencanakan lagi kita harus gimana. Kamu nggak usah takut di sini masih ada aku ko."
Tama coba menenangkan Husna karena setelah ini dia akan kembali menyusun rencana untuk membongkar semua keburukan Frian.
"Iya Tama, maafin aku ya gara-gara aku kamu sampai jadi seperti ini."
Husna yang tak enak hati sambil memandangi beberapa luka yang ada di beberapa tubuh Tama, dia meminta maaf karena semenjak hadirnya Husna Tama jadi ikut terbawa masalah.
"Ini nggak seberapa ko, udah nggak perlu khawatir ya yang penting kamu baik-baik saja. Aku cuma ingin itu ko dari kamu, kamu baik-baik aja itu udah sangat cukup buat aku." Sambil tersenyum Tama kembali menenangkan Husna karena memang dia hanya ingin Husna baik-baik saja.
"Aku sayang Tama sama kamu."
Tanpa ragu, Husna pun langsung memeluk Tama dan mengutarakan bahwa dia sangat menyayangi Tama saat ini. Bahkan Husna jadi menangis di pelukan Tama.
"Hmm, iya aku juga sayang ko sama kamu, udah ah nggak perlu nangis aku nggak papa ko." Ucap Tama sambil mengusap punggung Husna.
Ada rasa tenang diantara mereka ketika saling berpelukan, bahkan Tama mengecup kening Husna beberapa kali agar dia tak khawatir lagi dengan keadaannya.
Setalah beberapa saat, Husna pun terbangun sambil mengusap sisa air matanya. Husna juga mulai sedikit tersenyum memandangi Tama.
"Eh iya ini kan baru jam sepuluh Husna, kamu bolos?" Tanya Tama sambil melihat ke arah jam dinding, Tama baru sadar kalau ini masih pagi.
"Iya aku bolos, lagian aku nggak tenang sama kondisi kamu. Aku khawatir tahu nggak." Husna menjawab tegas karena dia terpaksa bolos demi ingin tahu tentang kabar dari Tama.
"Hmm, iya iya udah ah jangan cemberut terus dong jelek!" Ucap Tama sambil tersenyum manis menyuruh Husna agar tak khawatir lagi.
"Hmm iya." Husna pun menempelkan pipinya di bantal yang Tama gunakan sambil mengusap pipi Tama meluapkan rasa rindu dan khawatirnya.
setoran bab