Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Sarapannya kok ini doang, ngak ada yang lain apa? " keluh Alina.
"Udah makan aja sih, untung sudah mama masakin. " kesal bu Hana.
"Ya elah, sensi amat sih ma, kan aku cuma nanya." seru Alina mengambil nasi goreng tanpa toping apa pun di meja makan itu.
"Pa, bagi uang dapur dong, semua bahan sudah habis." ujar sang mama memberengut kesal.
"Astaga, duit lagi." kesal pak Bram, yang selama ini tidak tau menau tentang uang dapur, biasanya Sahira lah memenuhi kebutuhan mereka sehari hari, gaji pak Bram, dan Rega biasanya mereka gunakan untuk foya foya, dan setelah Sahira pergi dari rumah, mereka baru merasakan betapa besar pentingnya Sahira di rumah itu.
Biasanya tau tinggal beres saja, kini mereka harus mengerjakan apa apa sendiri.
"Huu.... Ini semua gara gara Sahira, kenapa juga anak itu harus keluar dari rumah ini, kan kita jadi susah." kesal bu Hana yang seenak jidat menyalahkan Sahira.
"Kamu bilang sama Bima, dek. Bilang suruh Sahira balik lagi ke rumah ini." ujar Rega.
"Iya nanti aku bilang sama ayang aku." sahut Alina manja.
"Klau dia ngak mau gimana? " tanya sang mama.
"Kita paksa lah, dia pasti juga menyesal keluar dari rumah ini, memang mau tinggal dimana lagi dia, suami cuma anak begajulan gitu, paling di ajak tinggal di kontrakan kecil." sini bang Rega.
"Kamu benar, nanti suaminya juga bisa kita suruh suruh di rumah ini." kekeh pak Bram tak tau malu.
"Dan ingat, suruh juga kasih uang buat kita, enak aja mau tinggal gratis di rumah ini." sinis bu Hana.
"Ahhh... Paling bisa deh." kekeh Alina.
"Iya dong, mama..." sombong bu Hana.
Mereka pikir Sahira akan mau kembali kerumah itu, hahaha... Mereka belum tau saja tempat tinggal Sahira sekarang kaya istana, dan hidupnya sudah enak, apa apa di layani pelayan, ya kali mau balik lagi ke rumah rasa neraka itu.
"Ya sudah, suna pada berangkat kerja, tapi sebelumnya kasih mama uang buat belanja dapur, dan shoping." bu Hana menadahkan tangan meminta uang kepada anak dan suaminya.
"Ngak usah minta uang buat shoping dulu ya mah, nanti klau anak itu pulang baru mama bisa shoping shoping lagi, untuk sekarang kebutuhan rumah aja dulu." ujar pak Bram lembut.
"Huu... Baiklah." kesal bu Hana.
cetek....
"Ini ada apa ini, kenapa mati lampu? " pekik mereka kesal, karena tiba tiba lampu mati.
"Ngak biasa biasanya lampu mati, klau pun di matiin dari PLN pasti ada pemberitahuannya." keluh bu Hana yang berjalan ke depan rumah.
"Astaga ternyata tiketnya habis." frustasi bu Hana.
"Kenapa ma? " tanya Rega.
"Token listriknya habis, itu denger sendiri bunyi suarnya berisik sekali. " kesal Bu Hana.
"Haa... Emang Sahira belum beli token listrik! " kesal pak Bram, bertambah saja pengeluaran nya.
"Sepertinya belum, klau sudah ngak mungkin listriknya mati." cetus bu Hana.
"Astaga! berapa duit lagi buat beli token." kesal pak Bram.
"Mama pernah dengar Sahira minta token sama temannya lima ratus ribu." sahut bu Hana.
"Mahal amat! " kaget pak Bram.
"Ya mana mama tau, biasanya kan Sahira yang beli." sahut bu Hana.
"Ga, kasih duit ke mama mu." pinta pak Bram.
"Astaga, pa. Aku belum gajian, baru hari ini mau gajian." tolak Rega.
"Klau ngak ada uang, trus mama gelap gelapan di rumah, panas dong AC ngak nyala." keluh bu Hana.
"Telpon Sahira aja ma, minta di kirim pulsa listrik." ucap pak Bram dengan tidak tau malunya, padahal anak itu sudah tidak di anggap anak lagi sama dia.
"Ya udah, mama telpon dulu." bu Hana lansung buru buru menelpon Sahira.
Tut....
Tut...
Tut....
"Kemana sih anak ini, kenapa ngak aktif sih." kesal bu Hana.
"Gimana ma? " tanya Rega.
"Ngak aktif nomornya." sahut bu Hana frustasi.
"Kurang aj*r sekali dia menon aktifkan telpon nya sama kita." marah pak Bram juga habis menghubungi Sahira juga.
Tanpa mereka tau, Galang lah yang sudah memblokir nomor mereka semua di hp sang istri, Galang tidak ingin istrinya berhubungan lagi dengan orang orang parasit itu, ngak ada untungnya Sahira masih berhubungan dengan keluarganya, yang ada Sahira akan di jadi kan sapi perah, dan akan selalu sakit hati, Galang ngak mau itu kembali terjadi dengan istrinya itu.
"Ya sudah, ini adek kasih duit dua ratus ribu buat beli token, nanti klau Kakak sudah tf duit adek pulangin ya." ucap Alina memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah.
"Ahhh... Anak mama memang yang terbaik." puji bu Hana, mengambil uang dari tangan anaknya.
Padahal yang di berikan Sahira lebih besar dari itu selama ini, namun mereka tidak pernah sekalipun memuji dan berterima kasih kepada Sahira.
"Ya sudah, ayo berangkat, nanti terlambat." ujar pak Bram.
"Astaga, masa saya yang harus mengerjakan ini semua." keluh bu Hana melihat rumah yang berantakan.
"Sial, sial. Klau tau begini, lebih baik anak itu ngaj usah di nikahkan kemaren, biar dia terus terkurung di rumah ini." kesal bu Hana.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘