Menurutku dia adalah wanita hebat, di lihat dari segi sudut yang tepat. Tapi tidak semua orang memandang dari segi yang sama. Karena keberadaannya yang di takdirkan lahir dari seorang ibu yang merupakan germo di sebuah club malam.
Membuat semua orang memandang remeh, dan rendah. Namun, atas kemampuannya dalam bermain billiard cue, ia aman dari keinginan laki-laki untuk meraup tubuhnya yang sexy. Bahkan mereka hanya mampu mengelap ludah melihat kecantikan Aneska.
Begitu pun dengan lelaki yang akan menjadi calon suaminya yang selalu memandang buruk tentangnya.
Lelaki yang kaya dan juga dingin, banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya. Tuan muda Arya Brasetyo, yang terlahir dari keluarga Kaya se- Asia harus bertemu dengan wanita serendah Aneska, menurutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Riskiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah mewah kediaman Brasetyo
Akhirnya Brasetyo membawa Aneska ke kediamannya, sebelum itu Brasetyo membawa Aneska ke tempat butik langganannya. Kedatangan Brasetyo membuat semua para pekerja di butik tersebut menyambutnya dengan baik.
Aneska sendiri hanya terpukau dengan kemegahan butik terkenal itu. Sebelumnya dirinya hanya mampu membeli gaunnya di toko biasa ataupun barang diskonan saja.Bahkan manager butik itu sendiri langsung menangani Brasetyo.
" Selamat pagi tuan, ada yang bisa kami bantu?" Ucap manager wanita tersebut dengan sopan.
" Benar, tolong make over nona ini sesuai dengan umurnya!" Jelas Brasetyo. Aneska melirik tubuhnya sendiri, menurut Aneska dirinya sudah cukup cantik dengan make up yang mencolok.
" Apa make upku luntur? Apakah gaunku kurang bagus. Ini gaun termahal yang aku miliki. Apakah terlihat murahan? Ini cocok untuk umurku. Aku tidak pernah mengenakan baju milik mamy! " Batin Aneska melihat penampilannya sendiri.
Dimana penampilannya cukup pas menurutnya, namun Brasetyo ingin merubahnya. Aneska menurut.
" Baiklah tuan, aku akan melakukan sesuai dengan keinginan anda." Ucap manager wanita tersebut menunduk sopan dan memberi senyum terbaik kepada Brasetyo.
Aneska tidak mengerti dengan apa yang di lakukan para pelayan tersebut, mereka hanya mengiring dirinya duduk di atas kursi rias.
Para make over profesional langsung menghapus make up berwarna mencolok di wajah Aneska. Sedangkan Brasetyo sambil menunggu Aneska di make over dia juga memilih baju pria untuknya sendiri.Para make over mengubah seluruh penampilan Aneska dari ujung kaki sampai kepala.
Dengan cepat mereka menyelesaikan pekerjaannya, beberapa menit kemudian Aneska nampak berbeda. Manager wanita itu akhirnya memanggil Brasetyo.
" Tuan, sudah selesai!" Ucap manager wanita itu sambil tersenyum agar meningkatkan pelayanan yang baik untuk para tamu yang datang ke butiknya, apalagi jika dengan Brasetyo, pelanggan paling royal dan mempunyai kartu platinum.
Brasetyo terperangah dan terkesan melihat pakaian Aneska yang mulai tertutup dan lebih sopan, make up natural dan tidak mencolok lagi, Dimana Aneska terlihat lebih muda dan segar.
Dari hak sepatu bermerk berwarna gold, dress dibawah lutut berwarna pink itu sangat elegan di tubuh Aneska, bahkan Aneska terlihat lebih muda dengan make up natural berwarna soft tersebut. Di tambah dengan senyuman Aneska yang sangat tulus.
" Akhirnya, kamu lebih cantik seperti ini nak. Make up ini sesuai dengan umurmu." Jelas Brasetyo tersenyum. Bukan hanya itu, Aneska membawa banyak pakaian dari butik tersebut. Aneska merasa senang.
Udin yang semenjak tadi menunggu di dalam mobil ikut terperangah melihat penampilan Aneska yang telah berubah.
" Wah, manis sekali. Dia sangat cantik ya tuan." Jelas Udin membuka mulutnya lebar-lebar. Aneska semakin merona mendengar pujian-pujian dari mereka.
Setelah setengah jam kemudian, akhirnya Brasetyo sampai di kediamannya. Aneska membuka mulutnya lebar-lebar, matanya membulat melihat rumah bagaikan istana.
" Wah...Rumah siapa ini kakek?" Tanya Aneska begitu polos melihat kemegahan rumah Brasetyo.
" Rumah siapa lagi, ya rumah tuan Brasetyo!" Timpal Udin. Sedangkan Brasetyo hanya tersenyum melihat kepolosan Aneska.
" Benarkah? Berapa orang yang tinggal disini? Kenapa besar sekali?" Ucap Aneska. Taman yang membentang luas, bangunan yang cukup tinggi dan luas. Bagaikan di cerita dongeng bahwa istana itu benar-benar ada. Bahkan jarak gerbang sampai pintu rumah sekitar 5 km. Halaman yang sangat luas. Brasetyo saja jika ke gerbang harus menggunakan motorcycle.
" Sebenarnya hanya dua orang saja, Aku dan cucuku. 10 pelayan, 4 koki, 12 securty 2 supir dan 6 bodyguard." Jelas Brasetyo.
" Apa? Apakah ini panti asuhan? Mengapa kakek mempekerjakan orang sebanyak itu. Sedangkan kakek hanya dua orang saja?" Tanya Aneska.
" Jumlahnya lebih banyak pelayan kakek daripada jumlah pekerja mamy. Apakah mereka mengasuh bayi? Ah, tapi tetap terlalu banyak! Apakah aku sedang bermimpi? " Batin Aneska tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rumah Prastyo benar- benar mewah.
Akhirnya Aneska turun dari mobil dan pintu besar tersebut di buka oleh dua pelayan wanita.
" Selamat sore tuan!" Ucap dua pelayan dengan pakaian yang sama sambil menundukkan kepala menyambut kedatangan Brasetyo dan juga Aneska.
" Sore.." Ucap Brasetyo tersenyum memasuki ke dalam rumah, di ikuti oleh Aneska dan beberapa pelayan yang membawa belanjaan Aneska di belakangnya.
Menakjubkan, bahkan di dalam rumah Brasetyo sangat mewah dan luas. Lampu-lampu besar dan mewah, kursi yang mewah bahkan guci-guci besar. Tangga yang tinggi memutar mengelilingi rumah. Rumah Brasetyo terdiri dari enam lantai. Dimana juga ada lift di dalam rumah Brasetyo.
" Kakek cubit aku!" Ucap Aneska dengan mulut terbuka lebar, bagaikan mimpi baginya bisa melihat rumah sebesar ini bahkan bisa menginjaknya saat ini.
" Hahahah, Rumahku tidak terlalu besar, aku akan menunjukkan kamarmu!"Jelas Brasetyo menekan tombol lift yang berada di dalam rumahnya.
" Apa? Tidak terlalu besar? Aku rasa ini bukan rumah. Bahkan mall kalah besar. Bagaimana mereka bisa membangun rumah sebesar ini? wah aku rasa aku bisa naik lift di mall saja. Ternyata di rumah ini ada juga, sangat canggih." Batin Aneska tidak berhenti terkagum- kagum.
Entah dirinya saat ini berada dimana, yang jelas Aneska masih belum percaya apa yang di lihatnya itu nyata. Brasetyo bahkan tidak mau mencubitnya. Yang pada akhirnya Aneska sendiri yang mencubit dirinya.
" Aw....." Teriak Aneska kesakitan. Lalu menggosok pipinya pelan.
" Ada apa nak?" Ucap Brasetyo terkejut.
" Ah, ternyata Anes tidak bermimpi!" Jelas Aneska mengelus kulitnya yang merah akibat cubitannya sendiri. Sedangkan Brasetyo tidak berhenti tersenyum melihat sikap Aneska. Brasetyo berfikir, ternyata masih banyak orang yang tidak seberuntung dirinya termasuk Aneska.
Mereka akhirnya sampai di kamar Aneska yang luas dan mewah. Kasur yang begitu empuk dan besar, bahkan bisa lima orang tidur di ranjang itu. Bahkan club malamnya masih kalah besar dengan kamar yang di lihatnya ini.
" Berapa orang yang tidur di dalam kamar ini kek?" Tanya Aneska polos.
" Tentu dirimu saja!" Ucap Brasetyo tertawa mengembang melihat kepolosan Aneska.
" Apa??? E..e benar..kah??" Ucap Aneska menatap tak percaya,
" Ya benar!" Ulang Brasetyo meyakinkan Aneska.
Mata coklat itu melihat ke semua arah kamar yang menakjubkan dan mewah. Entah bagaimana perkataan yang pantas untuk mengungkapkannya, yang jelas kamar tersebut benar-benar luas dan mewah. Lebih luas dari club malam tempat tinggalnya, bahkan lebih luas dari lapangan sepak bola.
" Aku harap, kamu bisa betah di rumah ini. Dan kamu bisa kapan saja membawa ibumu berkunjung kesini!" Ucap Brasetyo.
" Benar..kah?" Ya hanya itu yang bisa Aneska lontarkan. Itu bukan mimpi, namun Aneska sampai saat ini masih belum percaya apa yang di lihatnya. Dan bisa membawa ibunya ke rumah ini, membuat Aneska senang.