Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi pelajaran
Dina saat ini sudah siap untuk ke Rumah Sakit. Dia juga sudah menyiapkan keperluan papa dan mamanya. Hari ini dia ada kelas pagi. Tadi dia juga sudah mengabari kakek dan neneknya kalau akan ke Rumah Sakit membawa mobil sendiri karena nanti dia harus ke Kampus.
Karena masih pagi, jalanan pun masih lenggang. Dina hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di Rumah Sakit.
Dina langsung naik ke atas dan menuju ruang inap mamanya berada.
Tok tok tok.
Dina pun mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah," Azalea menjawab salam Dina.
Azalea di dalam hanya sendiri, sementara papanya sedang keluar.
"Alhamdulillah, Zaa. Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Papa mana?"
"Papamu sedang keluar, tadi aku pengen makan yang seger-seger. Jadi, papamu keluar nyariin aku buah." Ucap Azalea.
"Oh, tap-" Ucapan Dina terpotong oleh ketukan pintu.
Tok tok tok
Pintu pun terbuka, ternyata pramusaji datang membawakan makanan untuk sarapan Azalea.
"Maaf mengganggu, ini sarapannya untuk nona Azalea ya dan ini obat yang harus diminum pagi ini. Permisi." Ucap pramusaji.
"Iya, terima kasih." Balas Dina.
"Kamu mau sarapan sekarang atau nanti, Zaa?" Tanya Dina.
"Aku nunggu mas Damian aja, Din. Bentar lagi juga pasti balik. Eh, bukannya pagi ini kamu ada kelas ya? Udah sana kamu berangkat, nanti telat loh." Ucap Azalea.
"Iya, tenang aja, aku gak akan telat. Nanti sepulang dari kampus aku akan langsung mampir kesini. Oh iya, itu pakaian ganti dan keperluan papa dan kamu selama disini ya. Nanti kalau papa dan kamu mau bersih-bersih udah ada ganti. Ya udah aku tinggal dulu gak apa-apa ya. Lekas sembuh, ma. Assalamu'alaikum." Ucap Dina ijin pamit untuk pergi ke kampus.
"Hati-hati ya, gak usah ngebut-ngebut. Wa'alaikumussalam wa rahmatullah." Balas Azalea.
Dina langsung memeluk Azalea dan gegas keluar. Tak lama papa Damian pun masuk.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah,"
"Sarapannya sudah diantar, ayok sarapan dulu sayang." Ucap papa Damian yang menaruh belanjaannya dan berganti mengambil nampan sarapan untuk istrinya.
"Ayok, akk." Papa Damian menyuapi istrinya.
"Makan yang banyak sayang, biar cepat sembuh." Sambung papa Damian.
"Yang penting kenyang, mas. Kalau banyak ya gak muat ini lambung."
"Hm.. iya iya.."
Papa Damian menyuapi istrinya dengan sabar dan penuh kasih. Sesekali mereka saling tersenyum. Setelah selesai makan. Azalea minum obat.
"Mas," Panggil Azalea
"Iya sayang."
"Tadi Dina sudah kesini membawakan pakaian ganti. Tapi, dia langsung pamit karena ada kelas pagi ini."
"Loh, udah kesini ya? Kok mas gak ketemu dia dibawah tadi ya? Ya udah mas ngabarin ayah bunda mertua dulu ya sayang." Ucap papa Damian yang dibalas anggukan oleh Azalea.
Papa Damian langsung menghubungi ayah mertua jika istrinya sudah sadar.
"Sayang, sebentar lagi mereka akan kesini. Semalam mereka juga kesini dan rencananya kita akan bergantian untuk menjagamu. Tapi, mas hari ini mau disini saja. Masak istri mas sakit, mas malah kerja. Mas, mau menjaga istri mas yang mungil ini 24 jam."
Papa Damian tak mau istrinya kekurangan perhatian darinya. Dia ingin menebus kesalahan yang kurang bisa menjaga istrinya.
"Sekarang kamu rehat aja, dek. Kamu harus banyak istirahat juga biar cepat pulih. Mas akan disini menemanimu." Papa Damian membelai rambut istrinya.
"Iya mas. Ini aku juga merasa berat banget setalah minum obat." Ucap Azalea yang sedari tadi merasa matanya semakin berat untuk terbuka.
Papa Damian pun mengecup kening istrinya.
......
Dina sudah sampai di Kampus. Dia langsung menuju kelas karena waktu sudah mepet. Dia sedikit berlari kecil agar tak terlambat masuk. Tapi, tiba-tiba dia terpeleset dan akan jatuh, beruntung ada yang sigap menolongnya.
Alex lah yang menolong Dina. Dengan posisi mereka saling bertatapan membuat jantung Dina berdegup kencang.
Degh.
*Perasaan apa ini? Kenapa rasanya jantungku berdebar hebat?* Batin Dina.
Dina yang keburu sadar pun langsung bangkit dan berdiri.
"Terima kasih, kak. Sudah menolongku." Ucap Dina.
"Lagian kamu kenapa lari-lari begitu. Sampai dibelakang ada orang aja gak tahu kamu ini. Lain kali hati-hati." Ucap Alex memberi perhatian.
Blush
Hanya dengan ucapan seperti itu saja membuat Dina menjadi salah tingkah.
Sedang Alex yang melihatnya malah merasa gemas dengan Dina.
*Dia lucu juga. Manis." Batin Alex.
"Em, maaf ka, aku buru-buru. Keburu telat, sekali lagi terima kasih ya kak." Ucap Dina yang langsung berlari meninggalkan Alex.
*Dibilang suruh hati-hati malah lari-larian lagi. Dasar cewek. Eh, kenapa gue tadi bilang aku kamu sama dia. Ah tauk lah. Tapi, kenapa dia sendiri? Biasanya kemana-mana selalu berdua sama Zaazaa. Ah iya cewek itu. Hati gue ini sebenarnya kenapa? Gue penasaran sama Zaazaa tapi, kenapa gue merasa aneh pas tadi nolongin Dina?* Batin Alex.
"Woy, bro. Lu ngapain bengong disini? Awas kesambet." Tiba-tiba Aldo datang menepuk bahu Alex membuat Alex kaget. Disusul Gery dari belakang.
"Ada apa? Kenapa kalian berhenti disini?" Tanya Gery.
"Tauk nih Alex, gue datang aja dia bengong tadi." Jelas Aldo.
"Kesambet mbak kunti lu nanti, broo." Ucap Gery.
"Udah ayok jalan. Keburu kelas dimulai." Ucap Alex yang meninggalkan Aldo dan Gery.
"Woy, tunggu, malah ninggal." Ucap Aldo yang berlari menyusul dengan Gery.
Mereka bertiga pun menuju kelas.
Sementara di Rumah Sakit, ayah Leo dan istrinya baru saja datang.
"Assalamu'alaikum, anak ayah, bagaimana keadaanmu?" Ucap ayah Leo.
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah, Ayah Bunda, Zaazaa kangen banget." Jawab Azalea yang sudah terbangun dari tidurnya. Sebenarnya dia masih sedikit mengantuk tapi, karena dia ingin BAK jadi dia terbangun.
Papa Damian yang baru selesai dari bersih-bersih badan alias mandi pun keluar dari kamar mandi.
"Eh, ayah bunda mertua sudah datang, sudah lama?"
"Belum, baru saja." Ucap ayah Leo yang kini duduk di sofa.
"Kondisimu gimana sayang?" Tanya bunda Wulan.
"Alhamdulillah sudah baik, bun. Cuma masih sedikit mengantuk. Mungkin efek obat." Ucap Azalea.
"Kalau begitu kamu kembali istirahat saja, sayang."
"Bunda, maafin Zaazaa, gak bisa menjaga janin, Zaazaa."
"Udah sayang, kamu ikhlaskan ya, ini semua sudah takdir. Semoga esok kamu akan kembali diberi kesempatan untuk memiliki anak. Selalu berdoa dan berusaha sayang."
"Iya, bun." Ucap Azalea singkat karena memang ingin bicara panjang lebar dia masih merasa berat.
"Saya sebentar lagi ada meeting. Jadi, istri saya akan disini menemani kalian. Nanti saya akan kesini lagi setelah selesai." Ucap ayah Leo. Bunda Wulan yang tadi juga sudah dipamiti oleh suaminya kini hanya mengangguk. Begitu pun dengan papa Damian.
"Sayang, ayah pergi dulu ya, kamu mau nitip apa?" Ucap ayah Leo.
"Enggak, yah. Zaazaa gak pengen apa-apa saat ini."
"Ya udah ayah berangkat sekarang. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah."
Ayah Leo pun meninggalkan Rumah Sakit. Sebenarnya dia tak ada meeting. Semua itu hanya alasannya saja agar istri dan anak menantunya tak mencurigai dirinya. Ayah Leo melajukan mobilnya dengan sedikit kencang. Dia menuju suatu tempat dimana dia menyuruh orang-orangnya membawa Pak Johan dan anaknya ke tempat itu. Dia akan memberikan pelajaran kepada mereka berdua sebelum ayah Leo memenjarakannya.
Sesampainya di tempat yang dimaksud. Ayah Leo langsung disambut oleh orang-orang berbadan kekar.
"Bos" Sambut salah satu anak buah ayah Leo.
"Dimana mereka?" Tanya ayah Leo.
"Mereka ada di dalam, bos. Mari." Jawab anak buah ayah Leo dan mengantarkan ayah Leo di mana kedua orang tersebut dikurung.
"Mereka berada di dalam, bos."
"Baiklah, aku akan masuk."
Setelah anak buah ayah Leo membukakan kunci pintu. Ayah Leo langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Pa-pak Leo, Anda ada disini? To-tolong kami, pak." Ucap pak Johan yang kaget dengan kedatangan ayah Leo.
"Untuk apa aku menolong kalian, sedang yang membuat kalian berada di sini saja aku sendiri." Ucap ayah Leo.
Mata pak Johan melotot karena kaget. Sedang Sinta sedari tadi hanya diam saja.
"Ke-kenapa, pak? Saya salah apa?"
"Sebelum kamu bertanya, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Kenapa Anda tak berada di luar kota dimana saya menugaskan Anda, pak Johan?"
"Sa-saya, saya ada kepentingan keluarga, pak. Iya, kepentingan keluarga."
"Kepentingan seperti apa, pak Johan?"
"Itu, pak. Anak saya ingin memperkenalkan calon suaminya."
"Calon suami? Siapa itu?"
"Re-rekan kerja, pak. Anda pun mengenalnya. Da-Damian calon suami anak saya." Pak Johan menjawab dengan terbata.
"Damian ya? Bukannya Damian sudah menikah? Apa Anda tidak mengetahui hal itu, pak Johan?"
"Damian memang sudah memiliki istri, lalu kenapa? Istrinya hanya bocah ingusan, lalu ada hubungan apa, Anda sampai kepo seperti itu?" Tiba-tiba Sinta mengeluarkan suara.
"Jadi, saya tak boleh bertanya begitu?"
"Bu-" Ucapan Pak Johan dipotong oleh anaknya.
"Ya, Anda tak berhak ikut campur urusanku. Lagian cantik aku kemana-mana, lebih serasi denganku dibanding bocah ingusan itu. Pasti dia hanya ingin harta Damian aja. Kalau gak kenapa mau sama Damian yang sudah berumur?" Ucap Sinta yang semakin emosi kalau ingat dengan istri Damian.
"Jadi, istri Damian bocah ingusan dan mau hartanya saja. Ok ok ok. Jadi, apa kamu ini bercita-cita menjadi seorang pelakor, nona?" Ayah Leo memberikan pertanyaan menekan.
"Terserah, bukan urusan Anda." Ucap sinta sinis.
"Jadi, begini Anda mendidik anak Anda, pak Johan? Anda menuruti anak Anda untuk menjebak Damian agar dia bisa menjadi istri Damian dan membuat istri Damian memiliki madu begitu?"
"Apapun akan saya lakukan demi kebahagiaan anak saya, pak."
"Ah, begitu. Jika, Anda berkata begitu. Saya pun juga akan berkata seperti itu, pak Johan."
"A-apa maksudnya, pak Leo?"
"Seharusnya Anda menyadari kenapa Anda dan anak Anda berada di sini dan kenapa ada saya di sini. Saya juga ingin kebahagiaan untuk anak perempuan saya."
"A-nak perempuan?" Dari sini pak Johan merasa sudah bergetar hebat.
Pak Johan tak mengetahui jika Azalea anak dari ayah Leo. Karena pada saat acara di Hotel kemarin bertepatan dengan jadwal dirinya ditugaskan oleh ayah Leo. Sedang dia juga tak mengetahui jika istri dari Damian itu Azalea anak dari ayah Leo bosnya di kantor.
"Oh, anak Anda? Masih muda mau sama Om Om. Anak Anda gatel ya udah gak tahan minta digaruk?"
Seketika emosi ayah Leo yang sedari tadi dia tahan pun meluap dan tak tertahan.
Plaak
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Sinta. Sinta meringis kesakitan, hingga di sudut bibirnya mengeluarkan darah. Panas bercampur perih Sinta rasakan.
"Ya, anak perempuan saya. Anak kesayangan saya. Istri Damian adalah anak saya. Dan, kalian tahu? Dia sangat mencintai Damian, anak saya juga tak gila harta, bahkan dia memiliki usaha sendiri."
"Kalian sudah mengganggu kebahagiaan rumah tangga anakku. Bahkan kalian sudah membuat anakku kehilangan janin yang sedang dia kandung. Kalian akan menerima hukuman yang setimpal. Tunggu saja setelah ini dan bersiap-siaplah untuk mendekam ke dalam hotel prodeo. Satu lagi. Jangan sekali-kali kalian menghina anak kesayangan saya kalau tidak mau menyesal seumur hidup."
"Ahh,, lupa. Kamu, saya pecat."
Ayah Leo berlalu pergi meninggalkan kedua manusia tak tahu diri tersebut.
Sekarang ayah dan anak tersebut hanya saling menyalahkan.