Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Kamu harus jatuh cinta
"Harusnya kau itu jatuh cinta pada Putraku!!" Nyonya Felly berkacak pinggang. Jangan lupakan rautnya yang terlihat memendam kekesalan.
"Ehh...?"
Indah refleks menutup mulutnya yang tanpa sengaja menganga lebar. Wanita itu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Bibi Sumi yang kebetulan lewat pun merasa bingung dan heran, kenapa Nyonya bicara begitu.
"Asal kamu tahu ya, Putraku itu orang tertampan di seluruh dunia; selain itu, dia juga orang terkaya nomor tiga di negara ini!" Nyonya Felly berbicara berapi-api. Harga dirinya serasa tercabik-cabik karena ada seorang gadis yang tidak jatuh cinta pada putranya.
"Tapi, Nyonya..." Indah bingung harus menjawab apa.
"Saya tidak mau tahu! Kamu harus jatuh cinta pada Putraku!" Belum selesai Indah bicara, kata-katanya sudah dipotong oleh Nyonya Felly.
"Haa...?" Indah hanya bisa melongo.
Apalagi mendengar ucapan pelan Bibi Sumi yang lewat di belakang telinganya.
"Syukurin..." Bibi Sumi terkikik geli dan semakin menambah kebingungan Indah.
"Bagaimana...? Kamu mau kan jatuh cinta pada Putraku?!"
"Maaf, Nyonya!" Indah menggelengkan kepalanya. Di dalam otaknya masih terngiang ucapan Nyonya Felly kepada Tuan Muda Rama beberapa waktu yang lalu. Nyonya Felly sendiri yang mengatakan kepada Tuan Rama bahwa Indah hanyalah seorang gadis miskin.
Dan bahkan Nyonya Felly mempertanyakan statusnya yang hamil di luar nikah.
Kilasan-kilasan kalimat itu terus berputar di atas kepala Indah, seakan tidak mengizinkan Indah untuk melupakannya dan menjadikan kalimat itu untuknya bisa membangun tembok yang tinggi.
"Kenapa...?" Nyonya Felly benar-benar gusar. "Kenapa kamu tidak jatuh cinta pada Putraku?!"
"Saya sudah pernah jatuh cinta, dan itu membuat saya akhirnya menderita. Jadi, saya tidak ingin mengulanginya lagi!"
Tak dipungkirinya, masa lalunya bersama Jerry adalah salah satu penyebab dia tidak ingin jatuh cinta lagi. Apalagi kepada orang kaya yang pada akhirnya hanya akan memandang rendah mereka yang lebih miskin.
"Pacarmu yang bajingan itu? Huh! Jangan samakan Putraku dengan mantanmu yang tidak bertanggung jawab itu ya. Jelas saja Putraku jauh lebih baik daripada mantanmu itu. Putraku adalah orang yang sangat bertanggung jawab!" Entah kenapa Nyonya Felly tiba-tiba merasa perlu mempromosikan kebaikan-kebaikan putranya.
"Tetapi, saya memang tidak jatuh cinta kepada Tuan Rama, Nyonya!" Indah masih mencoba untuk mengelak. Mungkin saja harga diri Nyonya Felly sekarang ini terluka karena sebuah penolakan, sehingga membuatnya ngotot. Tetapi, dia tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
"Kalau begitu, kalian menikah saja!!"
Kerompyang...
Indah tersentak. Nyonya Felly tersenyum berbinar, merasa idenya sungguh brilian, tidak mempedulikan suara peralatan yang sudah terjatuh karena keterkejutan Bibi Sumi.
"Kalau kalian menikah, nanti lama-lama kamu pasti bisa jatuh cinta. Saya benar, kan?!"
Indah menggeleng, membuat Nyonya Felly menjatuhkan kedua bahunya. "Kanapa,,?" tanya Nyonya yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu.
"Kenapa...?" Indah balik bertanya. Yang diutarakan oleh Nyonya Felly adalah hal yang tak masuk di akalnya.
"Ada Nona Selena yang cantik jelita, dan jelas-jelas mencintai Tuan Muda. Kenapa harus saya?!" Indah jadi penasaran.
"Karena Aku tidak suka pengkhianat itu. Selingkuh itu ibarat penyakit, dan suatu saat bisa kambuh lagi. Dan Aku tidak mau Ramaku diselingkuhi lagi!" jawab Nyonya Felly tegas.
Indah yang merasa bingung dengan pembicaraan itu lebih memilih melanjutkan pekerjaannya. Mungkin Nyonya besar hanya sedang kalut pikirannya saja, hingga berbicara ngelantur.
Nyonya Felly yang merasa gagal mempersatukan Indah dengan Rama menjadi lemas. Dia lalu duduk terpekur di kursi dapur. Bertopang dagu dengan menumpukan siku di atas meja. Kedua matanya tak lepas mau perhatikan setiap gerak Indah.
Cling...
"Ahaaa..." Nyonya Felly menjentikkan jarinya. Saat satu ide brilian kembali muncul.
"Indah..." panggilnya.
Gadis yang sedang membersihkan kompor itu pun menoleh sambil menghembuskan napasnya lelah. Rupanya Nyonya itu belum selesai.
"Ya, Nyonya..." Indah kembali mendekat.
"Bagaimana kalau misalnya suatu saat pacarmu itu ingin kembali padamu?!"
"Saya yang tidak akan kembali, Nyonya!" Indah menjawab tegas. Baginya, sekali ditolak, tak akan ada kata kembali. Cukup sudah dia mengemis. Penghinaan Tuan Handoko sudah cukup menjadi luka yang kronis.
"Lalu, bagaimana kalau suatu saat dia mencarimu dan ingin merebut anakmu?!" Indah tersentak dengan pertanyaan itu. Itu adalah hal yang tak pernah dia pikirkan sebelumnya.
"Bisa saja kan, nantinya pacarmu itu tidak bisa punya anak dengan istrinya, lalu mencari anakmu. Itu sering ada lho di sinetron?!" Nyonya Felly berbicara tepat di dekat telinga gadis itu sambil mengelilingi tubuh yang terpaku itu.
Indah terhenyak. Wanita itu refleks menyandarkan tubuhnya pada meja kompor. Tangannya mencari pegangan agar tetap kuat berdiri. Wajahnya pias. Bukan hanya sinetron seperti yang ditonton sang Nyonya. Indah juga pernah membaca kisah novel seperti itu. Terlebih, itu adalah kutukan yang pernah dia ucapkan.
"Kalau sampai pacarmu itu menuntut hak asuh anak, dia pasti menang. Secara dia kan katanya dari keluarga kaya; hak asuh bisa saja dia beli. Apalagi kalau alasannya, kamu yang tidak akan bisa menjamin masa depan anakmu!" Nyonya Felly terus saja berusaha menakut-nakuti.
Air mata Indah mulai berjatuhan. Perlahan tubuhnya luruh ke lantai.
"Yes...!" Dalam hatinya, Nyonya Felly tersenyum penuh kemenangan. Kali ini saja, dia tidak peduli jika harus menjadi jahat. Walaupun dia merasa kasihan melihat kondisi Indah. Tidak apa-apa kalau Indah tidak mau menikah dengan Rama secara sukarela, ditakut-takuti sedikit juga tidak masalah. Toh, nanti setelah menikah, Rama pasti akan sangat menyayanginya. Karena Rama adalah putranya yang terbaik, dan tersetia, dan ter... bla bla bla...
"Kalau kamu menikah dengan Putraku, masa depan anakmu pasti terjamin; selain itu, mantan pacarmu itu tidak akan bisa merebut hak asuh atas anakmu!" Indah mendongak menatap lurus ke arah Nyonya Felly yang masih duduk di kursi di hadapannya. Yang dikatakan Nyonya Felly memang benar, tetapi apakah...
"Dan satu lagi, anakmu juga tidak akan lahir tanpa ayah. Dia akan menyandang nama Wijaya di belakang namanya. Memangnya kamu mau, nanti kalau sudah sekolah anakmu dibully teman-temannya karena tidak punya ayah?" Nyonya Felly semakin gencar dengan provokasinya.
Indah meringis, memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa kencang. Ucapan Nyonya Felly membuatnya merasa takut. Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? Bagaimana jika kutukannya menjadi kenyataan? Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Indah menatap lekat ke arah Nyonya Felly.
Semua yang diucapkan oleh Nyonya Felly memang benar, tetapi...
Indah mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Kenapa...?" tanya Indah. Dia ingin tahu alasannya sehingga Nyonya Felly begitu menggebu-gebu ingin menikahkan dirinya dengan putranya.
"Apa nya yang kenapa? Memangnya kamu rela jika pacarmu kembali dan mengambil anak yang kau kandung dan lahirkan dengan taruhan nyawa?" Indah menggeleng.
"Bukankah Anda tidak menyukai saya?!" Yah, beberapa hari yang lalu, Nyonya itu bahkan menggunjingnya di belakang.
"Eh...?" Nyonya Felly tidak paham dengan pertanyaan Indah.
"Siapa yang tidak menyukai kamu?" tanya Nyonya Felly bingung. "Saya? Kapan saya pernah bilang tidak suka sama kamu?!" Nyonya Felly menunjuk dirinya sendiri.
Nah loh...
"Bukankah menurut Anda, saya hanya gadis miskin yang mungkin bisa saja mendekati orang kaya agar bisa naik status? Bahkan saya wanita yang tidak bisa menjaga kehormatan, kan?!" Indah bicara menggebu-gebu, air matanya tak lagi bisa berhenti.
"Indah... Apa-apaan kamu ini?!" Bukan Nyonya Felly, tetapi Bibi Sumi yang menyahut. "Kenapa bicara seperti itu dengan Nyonya?!" Menurutnya, Indah terlalu lancang.
"Maaf, Nyonya. Mungkin Anda anggap saya lancang, tetapi saya benar-benar mendengarnya dengan telinga saya sendiri saat Anda bicara dengan Tuan Rama!"
"Haaa...? Kapan saya bicara seperti itu?!"
*
*
Cusss, lanjut geesss, tiga bab untuk pagi ini, mumpung si othor lagi rajin nulis.
Besok kalo kilap lagi yo maapken kalo up cuma atu😃😃😃
keselek biji kedondong gak tuh/Smug//Smug/