Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 ( Di mana kau sekarang? )
Anjani meminta bertemu dengan Hasta di sebuah Cafe dekat kantor gadis itu. Setelah penolakan beberapa kali akhirnya Hasta menemui Anjani atas desakan Sarah yang mana sebelumnya Anjani meminta Sarah untuk membujuk Hasta agar mau menemuinya.
“Langsung saja kau mau bicara apa? Aku sedang sibuk,” ketus Hasta tanpa menatap Anjani.
“Kau marah padaku karena perkataan papa ku yang ingin menjodoh kan kita?” Anjani malah balik bertanya karena ia merasa risih dengan sikap dingin Hasta padanya.
“Katakanlah seperti itu. Aku harap kau bisa mendapatkan laki-laki yang memang mencintaimu. Aku permisi,” Hasta beranjak, tetapi ditahan oleh Anjani.
“Pria yang aku cintai adalah kau, Hasta,” lirih Anjani.
Hasta menoleh ia langsung melepaskan genggaman tangan Anjani lalu ia duduk kembali menatap lekat gadis itu dengan dahinya mengerut dalam,”Kau bercanda kan?” seru Hasta.
Anjani menggeleng dan melanjutkan bicara nya ia menjelaskan dengan detail tentang perasaannya yang mulai menyukai Hasta saat ia lulus sekolah. Akan tetapi, ia tidak berani mengungkapkannya karena takut jika persahabatan mereka menjadi rusak dan Hasta menjauh, tetapi saat Sarah memberitahu jika Hasta sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis dan mengira dirinya membuat Anjani khawatir dan takut kehilangan Hasta.
Jadi, ia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya lebih dulu pada pria yang masih setia mendengarkan ocehannya yang selama ini di pendam Anjani beberapa tahun lamanya. Walaupun respon Hasta seperti kesal dan marah padanya tidak membuat Anjani menyerah untuk meyakinkan Hasta jika dirinya lah yang pantas menjadi istrinya membuat Hasta merasa jengkel.
“Aku hargai perasaanmu, Anjani tapi aku benar-benar tidak bisa membalas cintamu karena di hatiku sudah ada nama gadis lain dan aku sangat mencintainya,” perkataan Hasta tentu saja menyakiti perasaan Anjani yang mendengarnya.
Bagaikan tertusuk seribu jarum yang menancap di dadanya saat ini membuat ia menangis dan Hasta menajdi panik. Pria itu mencoba menenangkan Anjani yang masih ia anggap sebagai sahabatnya,”Siapa dia? Siapa gadis itu, Hasta sehingga ia bisa membuatmu jatuh cinta dan merebut mu dariku?” seru Anjani menatap sendu ke arah Hasta.
Hasta terdiam ia tidak akan memberitahu apapun pada Anjani walaupun ia juga bingung mengenai keberadaan Jesan yang tidak tau ada di mana,”Kita pulang sekarang aku harus kembali ke kantor,” Anjani menolak.
“Aku akan tetap memaksamu untuk menikah denganku, Hasta,” ucap Anjani yang membuat Hasta habis kesabarannya.
“Terserah”
Setelah mengatakan itu Hasta benar-benar meninggalkan Anjani yang hanya menatap kepergian pria itu dengan perasaan yang sangat kecewa. Anjani meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang,”Papa aku ingin pernikahan ku dengan Hasta dipercepat karena aku tidak bisa kehilangan dia,” rengek Anjani.
*
*
Lelah bekerja Hasta memilih pulang ke rumah setelah kejadian kebakaran itu Sarah senang akhirnya putranya tidak pernah pulang sampai larut malam lagi. Setelah membersihkan diri Hasta berbaring ia meraih ponselnya dan seperti biasa ia memandangi wajah sang kekasih, memutar video bersama kekasihnya di dalam ponselnya.
Air mata nya pun jatuh untuk kesekian kalinya lalu meletakkan kembali ponselnya di nakas samping tempat tidur kemudian ia beralih mengambil sebuah bingkai foto dirinya bersama Jesan saat kekasihnya lulus dari kuliahnya.
Hasta mengusap bingkai foto tersebut dan mengecup wajah sang kekasih dengan napasnya yang memburu dan isak tangisnya sampai air matanya menetes tepat di bingkai itu,”Sayang aku sangat merindukanmu. Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu, menolongmu saat kebakaran itu. Di mana kau sekarang. Aku benar-benar tidak sanggup menjalani hidup tanpa kamu dan masih berharap kau masih hidup, Jesan,” Hasta memeluk erat foto itu dan langsung memejamkan matanya ia menangis tanpa suara seraya berdoa di dalam hatinya agar ia dipertemukan kembali oleh sang kekasih.
Tepat pukul tujuh malam Hasta terbangun sehabis menangis ia sempat tertidur setelah pulang kerja tadi sore”Ada apa bi,” tanya Hasta dengan kedua matanyanya yang sembab masih mengerjap-ngerjap.
“Tuan muda di panggil nyonya untuk makan malam,” ujar bi Yem selaku asisten rumah tangga di keluarga Nugraha.
“Bilang mama aku gak lapar,” jawab Hasta dengan suara beratnya.
Bi Yem mengangguk dan meninggalkan kamar Hasta tapi saat Hasta ingin masuk kembali Sarah memanggilnya dan sedikit menahan pintu yang baru saja ingin di tutup kembali oleh Hasta,”Tunggu … mama dan papa ingin membicarakan hal penting dengan mu. Ayo cepat lah ke meja makan,” perintah Sarah yang diangguki Hasta.
Hasta yang baru saja duduk di meja makan hanya terdiam. Ia hanya menatap semua makanan yang sudah tersedia di meja dan enggan memakannya,”Abang gak makan?” tanya Vanes.
Hasta menggeleng dan sesekali menarik napasnya sangat dalam membuat Sarah memperhatikan putranya seperti habis menangis,”Hmm … Hasta mana gadis yang ingin kamu kenalkan pada mama? Apa dia masih belum mau di perkenalkan dengan kelaurga Nugraha?” tanya Sarah.
“Tidak mah bukan dia gak mau tapi dia baru saja terkena musibah. Rumah kontrakan yang ia tempati terbakar,” lirih Hasta berusaha menahan tangis padahal air matanya kembali menggenangi pelupuk mata pria itu.
“Apa? Terbakar? Lalu bagaimana dengan kekasihmu. Apa dia selamat?” tanya Adnan yang sangat terkejut mendengarnya.
Lagi-lagi Hasta hanya menggeleng sesekali mengusap air matanya,”Aku tidak tau pah yang pasti polisi tidak menemukan seorang mayat di dalam rumah itu tapi aku tidak tau Jesan berada di mana. Aku sudah berusaha mencarinya dan bertanya pada polisi tapimereka belum menemukan nya juga. Aku berharap kekasihku masih hidup, hiks,” isak Hasta.
“Tapi mama berharap kekasihmu itu sudah lenyap dan menjadi abu menyatu dengan puing-puing bangunan yang habis terbakar dan tidak akan pernah kembali ke kehidupanmu, Hasta,” batin Sarah menatap ke arah Vanes seraya menyunggingkan senyuman jahatnya.
“Papa ikut prihatin kamu yang sabar ya. Papa doakan kekasihmu itu masih hidup dan kalian secepatnya bertemu kembali,” ujar Adnan berusaha menenangkan putranya yang terlihat kurus dan menjadi pendiam akhir-akhir ini. Ternyata itu masalahnya Adnan pun baru mengetahuinya sekarang karena Hasta tipe orang yang tidak pernah bercerita pada siapapun perihal apa yang tengah ia rasakan.
“Ish, kenapa papa membela gadis miskin itu sih,” batin Vanes merasa kesal.
“Papa mu benar, sekarang lebih baik kau makan. Kalau sakit kau juga yang rugi tidak bisa mencari kekasihmu,” Sarah pintar sekali berakting tanpa ada yang tau perbuatannya pada Jesan karena ia sudah mengancam pihak terkait untuk tidak mengatakan apapun hingga Hasta nantinya akan merasa curiga jika kebakaran itu bukan karena konsleting listrik melainkan kesengajaan yang dilakukan Sarah dan Vanes.
Dirasa omongan sang mama ada benarnya Hasta pun meraih piring dan mencoba untuk makan walaupun rasanya susah untuk menelan makanan tapi ia juga harus sehat tidak boleh sakit agar bisa melanjutkan pencarian Jesan.
Dreet
Dreet
“Ya hallo Dipta, ada apa tumben menelponku malam-malam begini,” ujar Adnan melalui telepon dengan Dipta.
“Maaf jika aku menganggu bisakah kau membawa Hasta ke rumah sakit? Anjani keracunan makanan dan mengigau nama putramu,” pinta Dipta.
“Apa?! Baiklah aku akan membawa Hasta ke sana. Kau tunggu saja,” jawab Adnan langsung menutup teleponnya.
“Siapa yang menelepon, pah. Kenapa papa menyebut nama ku?” tanya Hasta bingung.
“Papanya Anjani mengabarkan jika putrinya keracunan makanan dan saat ini berada di rumah sakit. Ia meminta mu untuk datang kesana karena Anjani memanggil nama mu terus,” terang Adnan.
Hasta malah diam tidak berbicara lagi,”Kenapa diam Hasta. Bersiaplah ikut papamu sekarang temui Anjani mama takut dia kenapa-kenapa,” desak Sarah.
Tidak ada pilihan lain Hasta pun ikut dengan Adnan walaupun kakinya terasa berat untuk melangkah tapi ia harus menuruti kemauan keluarga Sanjaya dengan alasan tidak enak dengan keluarga itu jika ia menolak dan masih memandang sang papa.
*
*
Bersambung