NovelToon NovelToon
Bu Fitri Guru Terbaik

Bu Fitri Guru Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Karir
Popularitas:880
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Guru Sinis

Melihat para guru magang yang murung dan tidak bersemangat, Fitri tidak bisa tinggal diam. Ia segera menghampiri mereka dan memberikan dukungan serta motivasi.

"Adik-adik, jangan berkecil hati dengan apa yang dikatakan Bu Ida," kata Fitri dengan lembut. "Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita terus belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik."

Fitri kemudian menceritakan pengalamannya sendiri sebagai guru honorer yang seringkali diremehkan oleh orang lain. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah menyerah pada keadaan dan selalu berusaha untuk membuktikan bahwa ia bisa menjadi guru yang berkualitas.

Saya percaya kalian semua adalah calon guru yang hebat," kata Fitri. "Kalian memiliki potensi yang luar biasa. Jangan biarkan satu orang membuat kalian merasa tidak percaya diri."

Fitri juga memberikan beberapa tips tentang bagaimana cara mengajar yang baik dan efektif. Ia mengatakan bahwa seorang guru harus bisa menjadi teman, sahabat, dan orang tua bagi para siswa.

"Mengajar itu bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran," kata Fitri. "Mengajar itu juga tentang bagaimana cara membangun karakter siswa dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik."

Para guru magang mendengarkan kata-kata Fitri dengan penuh perhatian. Mereka merasa termotivasi dan kembali bersemangat untuk mengajar.

"Terima kasih, Bu Fitri," kata seorang guru magang. "Kata-kata Ibu sangat menyemangati kami."

"Iya, Bu," timpal guru magang yang lain. "Kami jadi lebih percaya diri untuk mengajar."

Fitri tersenyum dan mengusap rambut para guru magang. Ia berharap mereka bisa menjadi guru-guru yang sukses dan berdedikasi. Ia yakin bahwa para guru magang ini akan memberi warna baru di sekolah dan pada akhirnya mereka pasti akan bisa menjadi seorang guru yang baik dan dicintai siswanya.

****

Meskipun kelasnya diisi oleh guru magang, Fitri tetap hadir di kelas. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat bagaimana para calon guru itu menyampaikan materi pelajaran. Fitri duduk di salah satu kursi siswa dan memperhatikan dengan seksama.

Ia melihat ada beberapa guru magang yang masih terlihat gugup dan kurang percaya diri. Namun, ada juga beberapa yang sudah cukup mahir dan mampu menguasai kelas dengan baik. Fitri merasa senang melihat semangat dan antusiasme para calon guru itu.

Setelah selesai mengajar, para guru magang menghampiri Fitri dan meminta pendapatnya tentang penampilan mereka. Fitri dengan senang hati memberikan masukan dan saran yang membangun.

"Kalian semua sudah hebat," kata Fitri. "Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu kalian perbaiki. Misalnya, bagaimana cara mengatur suara, bagaimana cara berinteraksi dengan siswa, dan bagaimana cara menyampaikan materi yang menarik."

Fitri juga memberikan semangat kepada para guru magang. Ia mengatakan bahwa mereka semua memiliki potensi yang besar untuk menjadi guru-guru yang sukses.

"Jangan pernah menyerah pada impian kalian," kata Fitri. "Teruslah belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi."

Para guru magang merasa sangat berterima kasih kepada Fitri atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Mereka berjanji akan belajar lebih giat lagi dan mengikuti jejak Fitri sebagai guru yang inspiratif.

Fitri kemudian menghampiri para siswanya dan meminta mereka untuk menghargai para guru magang. Ia mengatakan bahwa para guru magang itu adalah calon guru yang akan menggantikan mereka di masa depan.

"Anak-anak, kalian harus menghormati para guru magang," kata Fitri. "Mereka adalah guru-guru kita di masa depan. Jangan pernah meremehkan mereka."

Para siswa mengangguk tanda mengerti. Mereka kemudian memberikan tepuk tangan kepada para guru magang sebagai tanda penghargaan.

****

Bu Ida, yang kebetulan melintas di depan kelas Fitri, tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Ia melihat Fitri berinteraksi dengan para guru magang dengan begitu ramah dan hangat. Lagi-lagi, Bu Ida menganggap Fitri sedang mencari muka, padahal statusnya masih sebagai guru honorer.

"Lihat saja dia itu," gumam Bu Ida dalam hati. "Selalu saja ingin terlihat baik di depan semua orang."

Bu Ida kemudian mempercepat langkahnya, berusaha untuk tidak terlalu lama melihat pemandangan yang membuatnya kesal. Ia tidak habis pikir mengapa Fitri selalu saja menjadi pusat perhatian. Padahal, menurutnya, Fitri tidak memiliki kelebihan apa pun dibandingkan dirinya.

"Mungkin dia punya ilmu pelet," pikir Bu Ida dengan sinis. "Atau mungkin dia memang pandai mencari muka."

Bu Ida terus saja berpikir negatif tentang Fitri. Ia tidak pernah bisa melihat kebaikan Fitri dari sudut pandang yang positif. Baginya, Fitri selalu salah dan pantas untuk direndahkan.

Sebelum Fitri keluar dari kelas bersama para guru magang, Bu Ida sudah lebih dulu pergi. Ia tidak ingin berpapasan dengan Fitri dan para guru magang. Ia merasa jijik dan muak melihat mereka.

****

Di kelas sebelah, suasana tidak kalah tegangnya. Bu Nilam, guru kimia yang terkenal jutek, sedang "beraksi". Berbeda dengan Bu Vivi atau Bu Ida yang gemar berteriak, Bu Nilam memiliki cara tersendiri untuk membuat siswa merasa kecil hati. Nada bicaranya yang sinis dan tatapannya yang tajam mampu membuat nyali siswa menciut.

Hari itu, ada seorang siswa yang tidak bisa menjawab soal kimia yang baru saja diberikan oleh Bu Nilam. Siswa tersebut sudah berusaha sekuat tenaga, namun tetap saja tidak menemukan jawaban yang tepat. Bu Nilam yang melihat hal itu pun langsung menghampiri siswa tersebut.

"Kamu ini bagaimana, sih?" kata Bu Nilam dengan nada sinis. "Soal seperti ini saja tidak bisa kamu kerjakan. Apa kamu tidak belajar semalam?"

Siswa tersebut hanya bisa menundukkan kepala, merasa malu dan bersalah. Ia tidak berani menatap Bu Nilam.

"Saya sudah belajar, Bu," jawab siswa tersebut dengan suara pelan. "Tapi, saya tetap tidak mengerti."

"Alasan saja kamu ini," kata Bu Nilam. "Kalau belajar, pasti bisa. Kamu ini memang malas dan bodoh."

Siswa tersebut semakin merasa kecil hati. Ia merasa bahwa dirinya memang bodoh dan tidak berguna.

"Sudahlah, kamu tidak usah belajar lagi," kata Bu Nilam. "Kamu memang tidak akan pernah bisa pintar."

Bu Nilam kemudian meninggalkan siswa tersebut dengan perasaan puas. Ia merasa bahwa dirinya telah memberikan pelajaran yang berharga bagi siswa tersebut.

****

Setelah "menyemprot" siswa yang tidak bisa menjawab soal kimia, Bu Nilam tidak berhenti di situ. Ia kemudian memberikan "pesan" kepada siswa lain, yang lebih terdengar seperti ancaman. Nada bicaranya masih jutek, tatapannya pun tajam menusuk.

"Kalian semua dengar baik-baik," kata Bu Nilam dengan suara lantang. "Kalau sampai ada lagi yang tidak bisa menjawab soal di kelas saya, jangan harap nilai kalian bagus."

Bu Nilam melanjutkan "ancamannya". Ia mengatakan bahwa siswa yang tidak bisa menjawab soal akan mendapatkan nilai di bawah KKM. Tidak hanya itu, Bu Nilam juga tidak akan mau membantu siswa tersebut untuk menaikkan nilai di rapor.

"Nilai kalian akan saya tulis apa adanya," kata Bu Nilam. "Tidak ada toleransi, tidak ada bantuan. Jadi, jangan main-main di kelas saya."

Siswa-siswa yang mendengar "pesan" Bu Nilam hanya bisa terdiam dan menundukkan kepala. Mereka merasa takut dan khawatir. Mereka tahu bahwa Bu Nilam tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Suasana kelas yang tadinya sudah tegang, kini semakin mencekam. Tidak ada satu pun siswa yang berani bersuara. Mereka semua merasa tertekan dan ketakutan.

1
Nusa thotz
aku tidak akan pernah kembali....copy paste?
Mika Su
kasihan kena omel guru galak
Mika Su
aku suka banget karena ceritanya beda sama yang lain
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!