NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku tidak mau menjadi dewasa!

"Danc*kk!" umpat Aldo melayangkan satu pukulan penuh amarah pada Anggoro. Tubuh kurus itu jatuh di atas rerumputan.

"Kamu mau mencelakai semua orang? Hah?! Kamu dendam padaku? Padahal selama ini kita berteman Anggoro! Semua yang kulakukan hanya guyonan. Seharusnya kamu mengerti itu!" Aldo meluapkan kekesalannya setelah mendengar cerita Putra kalau Anggoro menempelkan stiker pada pohon beracun.

Anggoro meringis kesakitan, tetapi mulutnya tidak mengaduh. Dia memilih tetap membaringkan tubuhnya di atas rerumputan. Mendongak menatap langit yang terlihat biru cerah.

Telinga Anggoro berdenging hebat. Bukan karena efek pukulan dari Aldo. Melainkan perkataan aneh yang dilontarkan oleh anak kepala sekolah itu yang membuat Anggoro bergeming.

Selama ini kita berteman? Apa yang dilakukan adalah guyonan? Hah? Ucapan itu terekam, dan diputar ulang dalam benak Anggoro.

Teman macam apa yang pernah mengencingi buku Anggoro? Teman macam apa yang suka merampas uang jajan? Teman macam apa yang memanggil Anggoro dengan nama hewan? Anjing, Codot, nyambek, kuro, dan masih banyak yang lainnya. Dada Anggoro terasa sesak kini.

"Hey hey, jangan berkelahi!" Pak Nafi' mendekat untuk melerai.

"Pengecut yang hendak mencelakai teman sepertinya layak untuk dihajar." Aldo menggeram, menatap Pak Nafi'.

"Maaf Nak Aldo, tapi aku yakin ini salah paham. Kemarin Anggoro bersamaku saat menempel stiker dan kupastikan tidak ada pohon yang berbahaya," ucap Pak Nafi' menenangkan.

"Jadi, maksudnya ada orang yang melakukan sabotase?" tanya Aldo. Pandangannya beralih pada Pak Dolah yang duduk santai di depan tenda. Sekilas Aldo melihat, Sang survivor tersenyum penuh arti pada kerumunan bocah SMA yang sedang ribut itu.

"Bapak berjanji akan menyelidikinya," sahut Pak Nafi' bersungguh-sungguh.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Pak?" tanya Putra terlihat panik.

"Kurasa sebaiknya kalian semua berkunjung ke rumah Bu Anggun. Disana pasti lebih aman dan nyaman. Lagipula beliau sudah mengundang untuk makan malam. Bukan begitu Gery?" Pak Nafi' meminta persetujuan Gery.

"Ya, begitulah," jawab Gery ragu-ragu.

"Tapi Rana dan Bastian belum kembali," sergah Nana. Dia merasa ide untuk ke rumah Bu Anggun bukanlah solusi yang tepat.

"Aku dan Pak Dolah akan mencari mereka," balas Pak Nafi' meyakinkan.

Pada akhirnya semua peserta perkemahan berjalan ke rumah Bu Anggun dipimpin oleh Gery berjalan paling depan. Sedangkan Nana tampak enggan dan memilih berada di belakang. Selepas kepergian murid-muridnya, Pak Nafi' berjongkok di dekat Anggoro yang masih betah meringkuk di rerumputan.

"Butuh bantuan untuk berdiri?" tanya Pak Nafi' tersenyum. Anggoro memiringkan tubuhnya membelakangi Pak Nafi'.

"Aku tidak menandai pohon yang beracun. Tetapi aku yang harus dipukul," ucap Anggoro lirih.

"Bukankah aku sudah membelamu, Nak?"

"Asal Bapak tahu saja, aku sudah terbiasa menerima pukulan darinya. Hanya saja baru kali ini terjadi di depan Bapak, dan menyesal rasanya berpikir aku akan terlindungi saat bersama orang dewasa."

Pak Nafi' terdiam mendengar perkataan Anggoro yang tajam. Guru BK itu menghela napas, kemudian berdiri sembari membetulkan letak kacamatanya.

"Bagaimanapun dalam kegiatan ini aku adalah penanggungjawabnya. Aku akan menemani kalian, hingga pulang nanti dalam keadaan sehat tak kurang suatu apa. Bangunlah. Segera susul teman-temanmu. Aku dan Pak Dollah harus memanggil Rana dan Bastian," ujar Pak Nafi' datar. Senyumnya mendadak hilang.

"Satu hal yang perlu kamu mengerti Anggoro. Kehidupan orang dewasa itu rumit. Kita memang memiliki idealisme, tetapi seringkali dibenturkan dengan kenyataan. Aku mengerti kadang-kadang Aldo bersikap kurang baik padamu dan teman yang lain. Aku pun ingin memberinya teguran, tetapi keadaan tidak memungkinkan untuk melakukannya. Maka apa yang bisa dilakukan? Terus mengawasinya dan yakin, kelak dia akan berubah," tukas Pak Nafi'.

Anggoro bangun dari tidurnya di atas rerumputan. Dia mengusap-usap lengan dan paha yang sedikit kotor. Pak Nafi' kembali tersenyum. Menepuk pundak Anggoro pelan.

"Mari Pak Dollah," ajak Pak Nafi' menoleh pada Pak Dollah yang berdiri termenung di belakang. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju ke hutan.

Anggoro membuang ludah. Warna merah maroon bercampur dengan liurnya. Sensasi anyir dirasakan karena sudut bibirnya yang berdarah.

"Menunggu Aldo berubah? Bahkan kematian orang sepertiku pun takkan mengubah sifat begundal macam dia. Orang dewasa memang hanya memikirkan urusan perut. Idealisme bisa dibeli, prinsip hidup mengikuti siapa yang bisa memberi kejayaan. Menyedihkan. Aku tidak sudi menjadi dewasa yang demikian itu."

Anggoro kembali meludah. Dia berjalan terseok menuju ke tenda. Anggoro mengambil tas ransel dan meraih kotak p3k di dalamnya. Ia menyeka sudut bibirnya dengan kapas. Lalu mengambil obat pereda nyeri dan meminumnya.

Masih termenung di dalam tenda, sayup-sayup Anggoro mendengar bunyi langkah kaki mendekat. Tentu rasa penasaran mengusiknya. Siapa gerangan yang ada di luar tenda? Komplotan Aldo? Atau mungkin Pak Nafi' sudah kembali?

Bunyi langkah kaki rupanya tidak mendekati tenda tempat Anggoro berdiam. Perlahan, Anggoro melongok keluar. Tampak seseorang yang mengenakan jas hujan hitam sedang berjongkok masuk ke dalam tenda Pak Dollah.

Anggoro tidak dapat melihat rupa wajah orang di balik jas hujan itu. Yang pasti, Anggoro menyaksikan pada bagian lengan jas hujan dipenuhi cairan berwarna merah maroon. Dengan hati-hati, Anggoro kembali masuk ke dalam tenda. Kemudian mengambil sleeping bag, dan menyembunyikan dirinya disana. Anggoro juga menata beberapa tas ransel di atasnya. Ia bersembunyi dengan rasa takut yang nyaris membuat tubuhnya menggigil.

Beberapa menit berlalu. Dan benar saja, terdengar langkah kaki di depan tenda Anggoro. Detik berikutnya suasana senyap. Anggoro di dalam sleeping bag merasa yakin jika sosok berjas hujan hitam tadi sedang berdiri di bibir tenda dan mengamati.

Sementara itu, rombongan Aldo terus melangkah menuju ke rumah Bu Anggun. Nana yang berada di belakang tiba-tiba berjalan mendahului, kemudian berhenti tepat di depan Gery.

"Ada apa Nana?" tanya Aldo sedikit membentak.

"Sebaiknya kita tidak berkunjung ke rumah itu. Sejujurnya selama berada disana aku merasakan sensasi menakutkan yang tidak nyaman. Kalian tahu kan berita tentang rumah itu beberapa tahun yang lalu?" ucap Nana ketakutan.

"Apa-apaan ini. Padahal kamu paling jago beladiri di antara semua yang ada disini. Tapi malah ketakutan dengan cerita dongeng yang dilebih-lebihkan," sergah Aldo ketus.

"Gery, katakan sesuatu! Kamu juga merasakannya kan selama disana tadi?" Nana meminta pembelaan pada Gery.

"Ya sejujurnya rumah itu terasa hangat. Tetapi benar apa yang dikatakan Nana, ada sesuatu yang tidak nyaman menguar dari lantai atas. Meski begitu, menurutku tetap lebih aman jika kita berdiam disana. Mengingat ada orang yang melakukan sabotase pada kegiatan kita. Bukan tidak mungkin kegiatan kita selanjutnya lebih beresiko lagi," tukas Gery terdengar bijak. Nana melotot karena merasa Gery tidak membantunya.

"Jika begitu, kenapa kita tidak pulang saja? Apalagi sapu tangan yang dibawa Pak Dollah itu miliknya kan? Bisa saja Pak Dollah hendak menjebak kita," pekik Yuzi tiba-tiba. Semua orang terdiam. Apa yang dikatakan Yuzi hampir semua orang berpikiran serupa.

"Brengsek! Kita tetap harus menunggu Bastian. Begini saja, kita berdiam di rumah Bu Anggun. Sambil mencari informasi tentang si Dollah the Explorer itu. Kita bisa numpang wifi untuk browsing dan apapun itu pokoknya. Soal rumah itu horor, tai kucing lah! Jangan percaya sesuatu yang tidak pernah kalian lihat!" perintah Aldo sambil melotot.

1
Nur Hidayah
cepattt update kak🐣
홍시아
Buka aja dulu stiker di pohon
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!