NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Luna meneguk ludah, menatapnya penuh keraguan. “Aku ingin tahu yang sebenarnya.”

Pria itu masih berdiri tegap, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Matanya gelap, penuh misteri, namun kali ini Luna tidak bisa membaca pikirannya seperti biasa.

Luna melangkah masuk ke dalam apartemen Renzo dengan wajah penuh emosi. Matanya menatap tajam ke arah pria itu, mencoba mencari kebenaran di dalam sorot matanya. Renzo yang berdiri di dekat jendela hanya diam, menunggu Luna berbicara lebih dulu.

"Aku ingin jawaban yang jujur, Renzo," suara Luna terdengar tajam, tetapi sedikit bergetar.

Renzo menoleh perlahan, ekspresinya tetap tenang. "Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Luna mengepalkan tangan, seolah mencoba menahan kemarahan yang bergemuruh dalam dadanya. "Jangan pura-pura tidak tahu. Aku sudah memberitahumu malam itu kalau Bimo kecelakaan! Patricia bilang... mereka mencurigaimu. Apa benar kamu yang melakukannya?"

Renzo mendekat, sorot matanya tajam tetapi bukan kemarahan yang tergambar di sana—melainkan kekecewaan. "Kamu benar-benar berpikir aku akan melakukan itu?"

"Aku tidak tahu... Aku ingin percaya padamu, tapi Bimo bilang kalau orang yang menabraknya memiliki ciri-ciri sepertimu. Bahkan mobilnya mewah kata Bimo." Luna menatap Renzo dengan perasaan campur aduk.

Renzo menghela napas, lalu menatap Luna dengan serius. "Jelas bukan aku pelakunya, Luna. Saat kejadian itu terjadi, aku ada di dekat rumahmu. Aku mengikutimu setelah keluar dari kantor malam itu. Lagipula untuk alasan apa aku menyakti Bimo?"

Luna terdiam. Pernyataan Renzo terdengar masuk akal, tetapi benarkah dia tidak berbohong?

Langkahnya semakin mendekat sampai tidak ada jarak diantara mereka, Renzo bisa mencium aroma parfum yang menempel pada tubuh Luna dengan jelas.

"Nggak sekarang, Ren. Situasinya masih genting," tolak Luna halus, seakan tahu apa yang akan dilakukan Renzo.

Renzo mengecup pundak Luna, menatap kekhawatiran yang ada di matanya.

Renzo pun meraih tangan Luna dengan lembut. "Kalau kamu masih ragu, ayo kita ke rumah sakit. Aku siap menghadapi Bimo secara langsung."

Luna mengangguk dan sekali lagi dia mendapat kecupan hangat dari kekasihnya.

.

Luna dan Renzo tiba di rumah sakit. Lorong rumah sakit terasa sunyi, hanya suara langkah kaki mereka yang menggema. Saat mereka memasuki kamar perawatan, mereka melihat Patricia duduk di samping ranjang Bimo dengan ekspresi waspada.

Saat melihat Renzo, mata Patricia langsung menyipit penuh kebencian.

"Lun, kenapa pacarmu itu ikut ke sini?" suara Patricia tajam.

Luna menarik napas panjang dan mencoba menenangkan situasi. "Kami datang untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bimo, apakah kamu ingat sesuatu?"

Bimo yang berbaring lemah di ranjang perlahan menoleh ke arah Renzo. Matanya mengamati pria itu dengan ragu-ragu.

"Aku... Aku ingat seseorang berdiri di dekat mobilku sebelum semuanya menjadi gelap," ucap Bimo lirih.

"Dan apakah orang itu aku?" Renzo bertanya dengan nada rendah, menantang.

Bimo terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Aku tidak yakin... Posturnya mirip, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia memakai topi hitam dan masker hitam, pakaiannya semua hitam. Mobilnya mewah juga berwarna hitam."

Patricia mendengus. "Itu jelas dia, Bimo! Jangan biarkan dia memutarbalikkan keadaan! Dia kaya, dia mampu melakukan apapun."

"Kamu lupa, dia juga pernah memukulmu hanya karena alasan yang tidak masuk akal!" imbuhnya lagi.

Luna yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Aku butuh bukti nyata. Kita tidak bisa menuduh seseorang hanya berdasarkan dugaan. Ini bukan hanya tentang karena dia kekasihku."

Renzo menatap Patricia dengan ekspresi dingin. "Aku bisa membuktikan bahwa aku bukan pelakunya. Saat kejadian, aku ada di dekat rumah Luna. Aku punya saksi, bahkan aku menelpon Luna malam itu."

Bimo masih terlihat ragu. "Tapi... kalau bukan kamu, siapa?"

"Apa kamu yakin tidak ada orang lain yang mengincarmu, Bim?" tanya Luna berusaha agar Bimo mengingat sesuatu.

Renzo tidak menjawab, tetapi matanya menyiratkan sesuatu. Dia tahu seseorang berusaha menjebaknya, dan dia harus mencari tahu siapa orang itu.

Luna dan Renzo keluar dari ruangan di mana Bimo di rawat, mereka masih berada di dalam rumah sakit. Berjalan pelan melewati lorong-lorong menuju halaman.

"Aku memang posesif padamu, karena aku begitu takut kehilangan kamu. Dan kamu sudah tahu alasannya apa? Aku akan melindungi wanitaku bahkan jika itu harus membunuh, aku siap saja. Tapi kali ini aku berkata jujur, bahwa bukan aku pelakunya," lontar Renzo, itu merupakan kejujuran yang mengerikan.

"Aku tahu, tapi sebenarnya itu tidak perlu. Aku tidak akan mengkhianatimu, aku sudah berkomitmen seperti itu padamu, buanglah semua ketakutanmu itu, Renzo!"

"I want to, but it takes time,"

"Aku harus kembali ke kantor, banyak masyarakat yang kini sudah tahu brand kita. Mereka juga lebih aware dengan kesehatan. Paling tidak aku harus memantau perkembangan perusahaan, jika kamu mencurigaiku, kamu bisa ikut denganku."

Luna menggeleng, dia memilih tetap berada di rumah sakit menemani Bimo dan gantian berjaga dengan Patricia sampai perwakilan keluarga Bimo datang.

.

.

Sudah berhari-hari setelah kejadian itu, polisi masih mencari pelaku yang di duga melarikan diri. Identitas pelaku juga masih belum bisa di pastikan.

Renzo terbebas dari tuduhan, keluar dari ruang pemeriksaan dengan tatapan lurus tanpa ekspresi. Dia merogoh kantongnya untuk menyalakan rokok seperti biasa, di sudut kantor kepolisian dia membuat kepungan asap.

"Ren..... " panggil Luna sembari membuang napasnya lega, ternyata kata-kata pacarnya benar. Dia tidak ada hubungannya dengan ini.

"Sudah kukatakan padamu, aku hanya akan menyakiti seseorang yang menyakitimu." katanya dengan tenang.

Luna juga sudah memberi kabar Bimo dan Patricia atas keputusan dari kepolisan, bahkan kepolisian sudah menemukan mobil pelaku. Namun, identitasnya masih di selidiki.

"Aku menawarkan bantuan pada kepolisian, agar dapat menemukan pelaku dengan cepat." ucap Renzo menghembuskan asap terakhir dari rokoknya, kemudian menjejaknya di tempat yang di sediakan.

Tiba-tiba, ponsel Renzo bergetar. Itu Johan.

"Bos, aku sudah dapat sesuatu. Ada rekaman CCTV di dekat lokasi kecelakaan. Aku rasa kamu harus melihatnya sendiri."

Renzo menutup telepon dan menatap Luna. "Ada bukti yang bisa membantu kita. Sebaiknya kita pergi sekarang."

.

Di tempat Johan, mereka melihat rekaman CCTV yang menunjukkan seseorang dengan postur tubuh mirip Renzo mendekati mobil Bimo sebelum kecelakaan terjadi.

Luna menahan napas. "Itu..."

Renzo mengepalkan tangan. "Seseorang ingin menjebakku."

"Tapi mengapa dia melakukan semua ini? Untuk apa? Apa motifnya?" Luna bertanya-tanya dengan suara lirih, seperti sedang bertanya pada dirinya sendiri.

Johan memutar ulang rekaman itu. Gambar orang tersebut samar, tetapi ada sesuatu yang familiar dari cara dia berjalan.

Luna dan Renzo saling berpandangan.

Siapa sebenarnya orang itu?

1
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!