DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM17
"HALLO~ BU IBUUUUUU KANG GIBAH? ENAK GOSIPNYA?" Hana tersenyum angkuh.
Ketiga wanita baya yang sejak tadi menggunjingkan dirinya, seketika pucat pasi, seperti melihat hantu di siang hari.
"H-Hana?! Uhuk!" saking gugup, Yuli tersedak ludah nya sendiri.
"Apapun makanannya, paling enak minum ludah sendiri ya, Bu Yuli?" Sindir Hana sembari melirik mangga dalam genggaman Yuli.
Ketiga wanita baya itu hening, tak se-berisik tadi.
"Kuping kalian gak pada torekan kan? Sini sini, aku jelasin satu kali, tolong bu ibu yang terhormat dengerin baik-baik ya, males soalnya ngulang-ngulang." Hana menghembus nafas kasar.
"Gini ya, Bu Nola, yang terhormat. Suami saya nikah lagi, bukan karena biar dia ada yang urusin, bukaaan. -- Samber gledek deh, dari pagi ketemu pagi, puas saya ngurusin tuh laki gak tau diri. Suami saya nikah lagi, karena udah berbuat zinah sama sepupu saya sendiri. Ngerti?" Hana menatap tajam Nola, membuat wanita baya itu membuang muka.
Dengan sorot mata angkuh, tatapan Hana beralih pada Yuli yang sejak tadi gugup setengah mati.
"Bu Yuli, yakin berani tanggungjawab karena udah berani fitnah saya mandul? Bahkan Dokter yang jelas punya ilmu saja, mengatakan saya wanita yang SEHAT! Lah, anda? Mengenyam pendidikan pun tidak pernah, punya ilmu nya pun juga tidak, berani banget membuat statement jika saya mandul? Kalau saya bisa membuktikan bahwa saya gak mandul, ibu berani bayar berapa? Eh, boro-boro bayar ya, punya hutang sama saya aja pura-pura lupa sampai sekarang. Sore ini saya tunggu ya pelunasan nya, lumayan loh tiga juta buat nampar mulut-mulut rombeng kayak kalian bertiga. -- Terus, apa tadi? Syukur-syukur ada yang mau? Ha ... ha ... jangan khawatir ih sama hal itu. Mending Bu Yuli khawatirin suami ibu tuh, dari kemarin ngegodain saya mulu." Hana menjulurkan lidahnya.
Wajah Yuli merah padam, ia memang sering memergoki suaminya membuntuti Hana saat wanita itu hendak belanja ke warung.
Hana tersenyum puas melihat wajah Yuli yang berubah kelam. Wanita itu beralih menatap Mpok Yati. Tatapan Hana bagai ingin menerkam.
"Dan, buat anda, Mpok Yati yang julidnya naudzubillah. Pertama, saya gak pernah tuh jorokin mertua saya, ibu mertua saya yang jatuh sendiri saat mendobrak pintu kamar. Lalu, saya gak pandai ngurus laki hanya karena perkara bangun siang? Eh, mohon maap nih, enam tahun loh saya menikah dan semalam adalah pertama kalinya saya bangun siang. -- Terus, piring-piring kotor yang menumpuk, Mpok Yati tau itu piring bekas apaan? -- Bekas acara nikahan suami saya! Mereka yang enak-enak nikah, saya yang nyuci? Gila aja, rugi dong!" Rahang Hana mengeras, tatapan tajamnya semakin mengintimidasi.
"Daaan, untuk urusan sarapan suami saya, emangnya sekarang istri Damar hanya saya saja? Kan udah punya bini baru, apa salahnya jika bini baru gantian melayani? -- Oh ya, sepertinya Mpok Yati ini dapat informasi nya setengah-setengah ya, kudet! Sertifikat tanah itu, atas nama ibu mertua saya, ya, itu fakta. Tapi, ada juga fakta lainnya. Sertifikat rumah itu, atas nama saya. Kenapa bisa begitu? Karena untuk semua pembangunan rumah beserta perabotan nya, itu semua murni uang saya. UANG SAYA YA, MPOK. UANG YANG SAYA DAPATKAN DENGAN BEKERJA. CATET. JADI, GAK ADA ITU GILA HARTA. BAE BAE JAGA ITU CONGOR!"
Mpok Yati mendengus kesal, ia tak terima dengan kalimat Hana yang terdengar kasar. "Kamu tuh gak sopan banget sih, Hana. Pantesan aja mertua mu gak suka!"
"Oh, mau diperlakukan dengan sopan? Emang Mpok sopan ya menggunjingkan saya seperti itu?" sinis Hana.
Mpok Yati membuang muka, ia tak bisa berkata-kata.
"Oh ya satu lagi, kalau punya menantu kayak saya, anda bakal menghasut putra anda supaya menggugat cerai saya? Maaf nih." Hana merapatkan kedua tangan di dada. "Saya juga gak sudi punya mertua kayak anda, dan gak sudi juga punya suami seperti anak anda yang doyan maling kolor di jemuran orang! Pait pait pait!" Hana mengetuk-ngetuk setir mobil tiga kali.
"K-kau?! Jangan ngomong sembarangan ya, Hana!" Ujung jari Mpok Yati menunjuk-nunjuk ke arah Hana.
Hana terkekeh, ia puas telah meladeni orang-orang yang sudah berbicara buruk tentang dirinya.
"Kamu kira anak saya mau sama cewek sok kecakepan kayak kamu? Hah?!" lanjut Mpok Yati berkacak pinggang.
"Lah, emang saya cakep. Dari pada situ? Muka kayak bakwan!" Hana mengacungkan jari tengah nya, lalu menyalakan mesin mobil.
Hana lekas menutup kaca yang tadi setengah terbuka. Ia tak peduli lagi dengan nada-nada sumbang dari Mpok Yati yang masih tak terima dengan perlawanan Hana.
Ban mobil berdecit, lalu melaju, meninggalkan hamparan debu pada ketiga wanita baya yang menatap sengit.
"Dasar, Mandul Gila!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah menghabiskan dua jam berkeliling menenangkan hati dan pikiran, Hana akhirnya memutuskan untuk pulang. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Gavriil karena sudi menemaninya melepaskan beban.
Hana tak lagi marah pada pria itu. Bagi Hana, amarahnya juga tak dapat memutar ulang waktu. Yang terjadi, ia biarkan terjadi. Apapun dampaknya, akan ia pikirkan nanti.
Yang sekarang ingin Hana utamakan adalah membahagiakan dirinya sendiri, kembali meniti karir, membuktikan ia tidak lah mandul dan memutuskan apa yang akan ia lakukan pada pernikahannya.
Hana melangkahkan kaki nya, menuju kamar. Selagi melangkah, mulutnya tak henti misuh-misuh.
"Belum dua puluh empat jam ini rumah aku tinggalin, lantai udah sekotor ini? Ampun deh, Tuti!" Dengan wajah kesal, Hana terus melangkah.
Setibanya di kamar, Hana langsung terpaku. Kamarnya sangat berantakan, beberapa pakaiannya di dalam lemari berserakan di atas ranjang.
Kedua jemari Hana mengepal erat, pemilik mata hazel itu menoleh, lalu menatap lekat meja rias kesayangannya. Lampu led pada meja riasnya ditinggalkan dalam kondisi menyala, belum lagi botol-botol skincare, parfum dan juga handbody berpindah-pindah posisi.
BRAK!
Hana menggebrak meja rias favoritnya, sorot mata yang tajam menatap kaca.
"Tuti Sialan! Kau ingin bermain-main dengan ku ya?"
Hana menarik laci meja rias, lalu menyambar sebuah gunting. Tergesa-gesa ia melangkah menuju kamar adik madu nya.
BRAK!
Pintu di buka secara kasar, Hana masuk ke kamar Tuti sambil menyeringai.
Hana mengeluarkan isi lemari pakaian Tuti, tak satupun terlewatkan.
"Kau ingin bermain-main dengan ku? Ayo, kita bersenang-senang!"
*
*
*
ada extra part kah
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘