Rosa kembali ke Bandung setelah enam tahun menghindari Papa dan Rama, Kakaknya. Selain kembali beradaptasi dengan sekolah baru dan menguatkan hatinya untuk bertemu Rama, Rosa juga dikejutkan dengan kedatangan Angkasa. Kakak kelasnya yang adalah anggota geng motor
Perasaannya dibuat campur aduk. Cinta pertamanya, kebenciannya pada Rama dan Papa, juga rasa kehilangan yang harus kembali dia rasakan.
Apakah Rosa bisa melaluinya? Apakah Rosa bisa mengembalikan perasaan damainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noey Ismii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Ciwi-ciwi
Istirahat kedua, Rosa ditemani Bella dan Najwa bergegas ke kantin. Menangis selama istirahat pertama tadi membuat Rosa kelaparan selama belajar. Mereka tidak lagi membahas apa yang terjadi dijam istirahat pertama. Bella dan Najwa sepakat untuk tidak bertanya lagi pada Rosa.
“Nasi campurnya disini enak, lho, Sa,” kata Bella sambil membawa Rosa ke salah satu sudut kantin.
Bangunan kantin berada di lantai satu gedung kelas X. Satu lantai untuk kantin, karena disini tempat semua murid berkumpul setiap jam istirahat. Ada berbagai bagian kantin sesuai jenisnya. Dari mulai nasi-nasi, mie, jajanan goreng-goreng, rebusan, kukusan, dan minuman-minuman.
Ada deretan bangku dan meja yang sudah disiapkan. Banyak kursi dan meja yang tersedia karena ini adalah satu-satunya kantin di dalam sekolah. Tempat tersedianya makanan dan minuman.
Sedangkan koperasi hanya menjual semua keperluan sekolah dengan tambahan jasa fotocopy. Jadi bisa dipastikan kantin akan penuh sesak dengan seluruh siswa dari kelas X sampai XII.
Mereka memesan masing-masing satu porsi nasi campur. Air putih tersedia gratis dari keran air minum. Mereka mambawa botol minumnya masing-masing. Kemudian duduk di salah satu kursi yang kosong.
Jam istirahat kedua biasanya kantin lebih kosong karena berbarengan dengan jam dhuhur, jadi sebagian akan pergi ke mushola. Bergantian dengan ke kantin.
Rosa, Bella, dan Najwa, memilih untuk ke kantin lebih dulu mengingat Rosa belum makan tadi.
“Rosa minta nomor sama IG ih, nanti aku masukin sekalian ke grup kelas,” kata Najwa. Dia mengambil sebuah benda pipih dengan logo buah gigit keluaran tahun lalu kemudian memberikannya kepada Rosa.
Rosa mengambilnya, mengetikan momornya. Lalu memberikan kembali kepada pemiliknya. Kemudian kembali menyendok nasinya. Dia mengerti kenapa Bella bilang ini nasi campur paling enak.
“Sekalian ih, follow ig aku juga, Sa,” kata Bella sambil mengeluarkan androidnya. Benda pipih yang canggih di tangan Bella terbungkus case lucu berwarna pink dengan gantungan manik-manik, yang juga berwarna pink.
“Aduh eta si Miss Pink, silau pisan,” komentar Najwa sambil menutup matanya. Dia baru selesai menyimpan nomor Rosa, kemudian langsung mengetik, “Udah masuk grup, yah, Sa,” katanya sambil tersenyum.
Senyum Rosa mengembang sambil mengangguk dia mengambil android yang disodorkan Bella, mengetik namanya di icon cari kemudian kembali memberikan benda itu pada pemiliknya.
“Apaan ih ini?” Bella hiperbola, “Kosong gini kayak hati aku!” lanjutnya seraya tangannya menyentuh dadanya.
“Aku gak bisa main sosmed. Itu juga baru bikin karena tugas MOS kemarin,” jawab Rosa.
Kedua teman barunya menatapnya tak percaya, “Aslinya? Disana gak ada sinyal?” tanya Bella kemudian.
“Mana mungkin Bella, jaman sekarang sampe pelosok juga udah masuk sinyal kali!” Najwa menyanggah.
“Ya bisa aja atuh, Jwa, kayak yang sinyalnya ilang timbul gitu,” Bella tak mau kalah.
“Kenapa main sosmed, Sa?” tanya Najwa.
Rosa menggeleng, “Gak ada waktu,” jawabnya. Memang benar. Sehari-hari dia akan membantu nenek dan waktu luangnya dia pakai untuk belajar. Kalau tidak begitu bagaimana dia bisa mendapatkan nilai-nilainya sepeti sekarang.
Nilai-nilainya bagus. Hampir disemua mata pelajaran. Hanya olah raga. Rosa tidak pandai di mata pelajaran itu. Semuanya. Rosa buruk disemua bidang olah raga. Terutama renang. Jangankan menceburkan badan, menyelupkan kaki di kolam pun, Rosa tidak bisa. Tidak sanggup.
Daripada harus rela menceburkan diri, Rosa lebih rela membuat berlembar tugas. Biar nilai praktek minus. Dia bisa menebusnya dengan nilai tulis.
Kembali kedua temannya menatapnya, kali ini dengan tatapan penasaran.
Bella menelan nasinya kemudian bertanya, “Kamu pasti pinter banget, Sa.”
Lagi-lagi Rosa menggeleng, “Aku biasa aja kok,” katanya.
“Tapi tadi kamu ngalahin Zihan waktu kuis matematika,” kata Najwa. Dia ingat coretan-coretan di buku Rosa.
Bella mengangguk, “Zihan itu rangking satu terus waktu SMP, kemarin juara pertama juga buat nilai ujian SMP se-Bandung. Dan selalu yang pertama ngangkat tangan tiap kuis.”
Rosa mengangguk mendengar penjelasan Bella, Zihan ternyata sepintar itu. Rosa tadi hanya menjawab sebisanya. Dia tidak begitu memperhatikan sekitarnya.
“Aku belum nyampe setengahnya, kalian udah jawab aja,” Bella melanjutkan.
Tangan Najwa menyikut Bella yang duduk di sampingnya, “Makanya kamu teh jangan main hp aja, jualan weh terus sampe gak ada waktu belajar,” katanya sambil kembali menyuapkan nasi.
Senyum Bella mengembang, “Ini lumayan, Jwa. Aku udah bisa nabung buat beli hape baru,” bangganya.
Rosa penasaran, “Kamu jualan apa?”
“Bukan jualan beneran, Sa. Aku affiliate, second acount-ku buat full link toko,” jawab Bella lalu menjelaskan apa itu affiliate.
Mata Rosa melebar menatap kagum cewek di depannya, “Aku baru tahu, keren banget Bella,” pujinya jujur, dia melirik Najwa yang juga setuju dengannya.
“Keren sih, sampe-sampe nih pas kita kenalan waktu hari pertama masuk kelas dan dia langsung rusuh. Suruh sekelas buat follow dan maksa sekelas buat check out lewat link-nya.” Najwa melanjutkan, dia menyuapkan sesendok terakhir nasinya.
Bella tertawa, “Iya kan kesempatan. Gunakan dengan baik, dong teman,” jawabnya lagi. Dia sudah selesai dengan nasinya.
Rosa juga sudah menghabiskan makanannya, ketika didengarnya ada suara ribut di belakang. Mengikuti arah pandang kedua temannya, Rosa berbalik sambil meminum air mineralnya.
Dilihatnya seorang murid cowok dengan earbud wireless terpasang di telinga kanannya memasuki kantin. Seragamnya rapi dan rambut yang berponi.Yang membuat ribut adalah lima cewek di belakang cowok itu. Satu demi satu bertanya pada si murid cowok. Rosa mendengar panggilan ‘kak’, kakak kelas, pikir Rosa.
“Kak Angkasa, vokalis sekaligus gitaris Utara Band.”
Matanya bertemu pandang dengan si murid cowok berbarengan dengan Rosa mendengar suara Bella. Dia kemudian berbalik, “Utara band? Band sekolah?” tanyanya sambil membenarkan posisi duduknya. Dia ingat ekskul band di lembar informasi sekolah.
Bella mengangguk, “Bener! Band sekolah kita,” jawabnya.
“Terus cewek-cewek itu lagi caper, siapa tahu salah satunya kepilih buat vokalis cewek,” lanjut Najwa.
Kepala Rosa mengangguk-angguk mengerti.
“Bella, Rosa, kartu,” ucap Najwa.
Mata Rosa berkedip, “Kartu?”
Najwa mengangguk, “Kamu udah dijelasin, belum?”
Rosa menggeleng.
Tangan Bella mengeluarkan kartu seperti ATM dari dompetnya. “Ini, kartu buat akses semua hal di Sekolah. Kamu tau kan kalau tiap-tiap ruangan di sini pake kartu akses?”
“Kecuali ruang kelas,” tambah Najwa.
“Kecuali ruang kelas.” Bella mengangguk.
“Kenapa kelas gak pake kunci?”
“Karena sekolah ngebolehin kita pake ruang kelas buat pelajaran tambahan. Apalagi kelas XII. Mereka diizinkan pake ruang kelas sampe malem.”
“Ada yang sampe malem?”
Najwa mengangguk. “Persaingan dari sini ketat banget, Sa.”
Rosa mengangguk. Sekolah yang sangat super, pikirnya. Dia kemudian ingat dan mengeluarkan kartu miliknya. Menyerahkannya pada Najwa. Membiarkannya membayarkan untuknya.
“Yuk balik kelas, bentar lagi masuk,” ajak Najwa. Setelah mengembalikan kedua kartu milik Bella dan Rosa.
Rosa dan Bella mengikuti dari belakang.
-o0o-
Rama menghentikan langkahnya saat akan memasuki kantin. Matanya menangkap ekspresi Rosa di sana. Rosa dengan senyum kecilnya, menatap bergantian dua cewek di depannya. Sejenak Rama tertegun, sudah lama dia tidak melihat senyum Rosa.
Setiap Papa pulang menemui Rosa, Rama hanya akan melihat foto Rosa yang tanpa senyum. Rama dengan berat hati jarang ikut Papa. Karena selalu ada kegiatan setiap Papa tidak sibuk. Rama sampai kesal sendiri karena dia begitu aktif dengan segala organisasi saat SMP. Sampai tidak punya waktu untuk menengok adiknya itu.
Dan sekarang di hadapannya, meskipun Rama bersembunyi, secara live Rosa tersenyum. Entah kenapa itu membuat Rama merasa lega. Rosa bisa tersenyum.
Rosa masih bisa tersenyum.
Rama kemudian gelagapan saat ketiga cewek itu bediri dan berjalan ke arahnya, ke arah pintu. Secepatnya Rama menyingkir dari dekat pintu. Dia baru bernapas lega saat ketiganya melewatinya tanpa tahu dia bersembunyi di sana.
-o0o-